Saudi dan UEA Diam-diam Bekerja untuk Pemisahan Kurdistan

Saudi dan UEA Diam-diam Bekerja untuk Pemisahan Kurdistan
BENTENGSUMBAR. COM - Seperti Israel, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab telah mendukung pemisahan wilayah Kurdistan Irak dalam upaya untuk "menjepit sayap" Turki, Iran dan Irak, sebuah laporan mengatakan.

Dalam sebuah artikel yang diterbitkan pada hari Sabtu, 21 Oktober 2017, David Hearst, pemimpin redaksi media berita Middle East Eye (MEE), menggambar sikap paralel antara Tel Aviv mengenai suara Kurdi dengan Riyadh dan Abu Dhabi.

Referendum Kurdi yang kontroversial berlangsung pada tanggal 25 September, menimbulkan tentangan dari Baghdad dan tetangga Irak, khususnya Iran dan Turki.

Hanya Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang secara terbuka menyuarakan dukungan atas apa yang dia sebut "upaya sah orang-orang Kurdi untuk mencapai keadaannya sendiri."

Mayor Jenderal Yair Golan, mantan wakil kepala militer Israel, juga membela separatis Kurdi serta Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang dilarang di Turki.

"Dari sudut pandang pribadi saya, PKK bukanlah organisasi teroris, begitulah yang saya lihat," kata Golan.

Al Saud dan Tel Aviv Saling Memandang

Menurut laporan tersebut, sementara Arab Saudi secara resmi meminta pembatalan plebisit tersebut, di balik layar, dia mendukung rencana orang-orang Kurdi untuk memecah negara Arab dan mempertanyakan integritas teritorial negara-negara tetangganya.

Pengadilan Kerajaan Saudi dilaporkan mengirimkan serangkaian utusan untuk mendorong pemimpin Kurdi Massoud Barzani melanjutkan proyek separatisnya.

Mantan jenderal militer Saudi, Anwar Eshki, termasuk di antara tokoh-tokoh yang secara eksplisit mengatakan bahwa berusaha untuk menciptakan Kurdistan yang lebih besar akan "mengurangi ambisi Iran, Turki dan Irak."

"Ini akan mengikisr sepertiga wilayah masing-masing negara atas Kurdistan," katanya.

Eshki lebih jauh mengatakan kepada kantor berita Rusia Sputnik bahwa “dia yakin orang Kurdi memiliki hak untuk memiliki negara mereka sendiri" dan mengklaim bahwa Irak telah "pergi jauh dalam mengetepikan orang Kurdi."

Pada bulan Juli 2016, mantan jenderal Saudi tersebut melakukan kunjungan ke Zionis Israel dan bertemu dengan seorang pejabat senior kementerian luar negeri senior Zionis Israel dan sejumlah anggota parlemen Zionis Israel.

Harian Israel Ha'aretz pada saat itu menggambarkan kunjungan tersebut sebagai "hal yang sangat tidak biasa," karena Eshki tidak dapat melakukan perjalanan ke Zionis Israel tanpa persetujuan dari pemerintah Saudi.

(IT)

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »