Catatan BY: Ketika Uda Tu Tamakan Kajai

Ketika Uda Tu Tamakan Kajai
IBA denai melihat uda tu tadi. Ia merasa asing di tengah-tengah komunitas yang selama ini selalu bersamanya. 

Ia merasa asing di tengah-tengah teman sepermainan sewaktu bersuling-suling semasa ketek dulu. Ia merasa asing di tengah-tengah teman seperasaian. 

Keterasingan itu ia rasakan ketika ia melawan prinsip hidupnya bernagari. Ia dianggap tak lagi sehaluan, akibatnya ia hanya dipandang dengan sudut mata.

Ia sudah memantapkan hati memilih pemimpin kota ini yang keluar dari keumuman yang dikehendaki Anak Nagari. Sedari awal perjuangan, uda tu termasuk yang gigih menyuruh tokoh Nagari maju menjadi pemimpin kota ini.

Namun, saat perjuangan itu baru dimulai, tokoh Nagari baru saja dipasangkan untuk merebut kursi kepemimpinan kota ini, uda itu malah lari dari perperangan. 

Mungkin karena uda tu ingin pemimpin yang agamis, pemimpin yang bekerja seperti ia bekerja, turun ke bandar, masuk got, mengambil sampah berserakan.

Tapi, kalau soal agamis yang ia baca, bukankah orang kampung yang dulu ia elu-elukan itu juga agamis dan terlahir dari keluarga Islam yang kuat.

Kalau soal tata cara bekerja yang ia baca, bukankah ia tahu, tata cara kerja orang berilmu dengan buruh kasar berbeda. Orang berilmu bekerja dengan konsep yang jelas, tak asal masuk got. 

Kalau kepedulian yang ia baca, uda itu sendiri sudah merasainnya. Beliau bantu uda itu selama ini, apa kata uda tu, beliau dengar dan kehendak uda tu pun dia penuhi, selama tak menyalahi aturan.

Dulu, uda itu selalu membangga-banggakan beliau di depan denai. "Beginilah, beganalah, kita harus tetap dukung dan suport."

Uda itu pula dulu mengajarkan denai, "Iduik banagari harus saling menyegani, harus saling bela membela, harus saling dukung mendukung, urang Pauh bagak sakandang."

Tapi kini, uda itu pula yang tak megamalkan ucapannya. Termakan omongan sendiri. Entah apa yg uda itu cari, sehingga harus menanggung beban terasing itu.

Kalau uda itu konsisten dengan perjuangannya bersama Ninik Mamak dan Anak Nagari, menahan angek dingin tekanan kekuasaan, tak akan terasing uda tu. Tak pula uda tu dianggap semacam OPR di zaman bergolak.

Agaknya uda tu tamakan kajai, sehingga lupa dengan kajinya sendiri. Semoga uda itu cepat cegak dari rasa keterasingannya dan kembali mengabdi untuk kebersamaan membangun Nagari. Amin.

Ditulis Oleh:
Zamri Yahya
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kecamatan Kuranji

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »