Catatan Khairul Ikhwan: Padang Kota Kuliner Dunia

Catatan Khairul Ikhwan: Padang Kota Kuliner Dunia
Penulis DR. H. Khairul Ikhwan, aktivis HMI dan anak nagari Pauh IX Kecamatan Kuranji, Kota Padang.
KOTA
Padang tidak hanya menjadi ibukota Provinsi Sumatera Barat. Kota terbesar di pesisir barat Sumatera ini sudah menjadi wakil citra Sumatera Barat. Baik citra tingkat nasional, maupun dunia. Terutama di bidang kuliner, orang di luar Sumatera Barat lebih mengenal Padang ketimbang Sumatera Barat atau Minangkabau.

Contohnya, kuliner Minangkabau yang terkenal justru disebut masakan Padang. Ada nasi Padang, soto Padang, hingga sate Padang. Padahal, sate Padang lebih identik dengan sate Pariaman.

Citra Kota Padang di dunia kuliner kemudian menginspirasi pemegang kebijakan di Sumatera Barat untuk membuat branding baru pariwisata provinsi ini. Maka, melekatkan slogan Taste of Padang sebagai branding pariwisata Sumbar sejak 2017 yang lalu. Di mata orang-orang di luar Sumbar, bahkan di mata dunia, selain Sumatera Barat melahirkan banyak tokoh bangsa, secara awam, orang-orang lebih mengenal daerah ini karena makanannya.

Makanan khas Sumatera Barat boleh dikatakan sudah mendunia. Rendang menjadi makanan paling enak sedunia. Soto Padang juga termasuk dalam sup terenak di dunia. Uniknya, popularitas makanan khas Sumatera Barat itu diidentikkan dengan Kota Padang.

Kasanah kuliner ini sangat esensial untuk menciptakan branding baru Kota Padang. Branding ini untuk menaikkan level Kota Padang menjadi kota dunia. Potensi Kota Padang menjadi kota dunia sangatlah besar. Potensi itu ada pada kekayaan kuliner Sumatera Barat yang diidentifikasikan pada Kota Padang.

Menjadi kota dunia itu tidak melulu soal menjadi kota modern, metropolitan dan sejenisnya. Kota Sawalunto menjadi kota dunia karena potensi sejarah tambang yang ada di sana. Kota Sawahlunto ditetapkan oleh UNESCO sebagai kota warisan dunia dengan Tambang Batubara Ombilin yang ada di sana.

Sesuatu yang membanggakan, sekaligus memiriskan bagi Kota Padang. Sebagai ibukota provinsi, Kota Padang kalah telak dari sebuah kota kecil bernama Sawahlunto.

Kota Padang sebenarnya berpotensi menjadi kota dunia. Seperti Sawahlunto, seperti Gianyar yang ditetapkan sebagai kota kerajinan dunia, atau seperti Ambon yang ditetapkan sebagai kota musik dunia. Potensi Kota Padang menjadi kota dunia ada pada kulinernya.

Kota Padang merepresentasikan kuliner Sumatera Barat secara umum. Bahkan, ketika orang Pariaman menjual sate di Kota Padang, walau sate itu diberi label sate Pariaman, tapi tetap saja dikenal sebagai sate Padang. Begitu pun, ketika orang Payakumbuh menjual rendang di Jakarta, tetap saja orang-orang menyebutnya rendang Padang. Belum lagi, kasanah kuliner lain yang ada di Kota Padang, mulai dari kuliner khas Mentawai, Nias, Peranakan, India, dan lain sebagainya. Kekayaan kuliner yang hidup di Kota Padang sangat beragam dan luar biasa. Dengan begitu, Kota Padang pantas menjadi kota kuliner dunia.

Menjadikan Kota Padang sebagai kota kuliner dunia tentulah tak mudah. Perlu berbagai upaya dilakukan. Tak cukup dengan sebuah kampanye yang masif saja, tapi yang paling penting adalah menghidupkan kuliner di kota ini.

Salah satu upaya menghidupkan kuliner di Kota Padang adalah dengan memajukan los lambuang. Kota Padang mesti memiliki banyak los lambuang.

Pasar-pasar tradisional atau pasar satelis di Kota Padang bisa disulap menjadi los lambuang. Kota Padang perlu juga memiliki los lambuang yang ikonik, misalnya los lambuang terbesar di Sumbar, atau bahkan terbesar di Indonesia.

Pasar kuliner kaki lima juga mesti dihidupkan. Dahulu, ada pasar kuliner kaki lima di Jalan Permindo. Tapi, pasar kuliner ini sudah meredup saja. Pasar kuliner kaki lima atau pasar kuliner malam, pasar kuliner pagi bisa ditumbuhkan di tempat-tempat lain. Misalnya, di seputaran Pantai Padang atau Pantai Purus bisa dijadikan pusat kuliner berbasis laut.

Menghidupkan usaha kuliner juga menjadi upaya yang mesti dilakukan. Sentra-sentra produksi kuliner yang melibatkan masyarakat luas harus ditumbuhkan.

Komunitas-komunitas kuliner mesti dihidupkan. Branding yang bagus, hingga promosi berkelanjutan dengan event-event atau festival kuliner yang rutin dilaksanakan menjadi sebuah keniscayaan.

Branding Kota Padang sebagai kota kuliner dunia bukan sekadar untuk gagah-gagahan. Branding itu dampak ekonomi, sosial, bahkan dampak budaya yang sangat luas. Branding itu akan menghidupkan pariwisata, ekonomi, menumbuhkan kembali kasanah kuliner yang begitu beragam dan kaya.

Kekayaan kuliner adalah berkah tak terhingga dari Tuhan Yang Maha Kuasa untuk Kota Padang. Kekayaan itu seharusnya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

*Penulis adalah Anak Nagari Pauh IX Kecamatan Kuranji Kota Padang

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »