
Banyak kalangan di tanah air yang merasa prihatin dengan nasib Satinah. Aksi penggalangan dana dilakukan, mulai dari pengamen jalanan sampai kepada artis papan atas. Bahkan Cinta Penelope, artis cantik sekaligus model, rela disawer Rp10 ribuan di perempatan Lampu Merah, demi menyelamatkan nyawa TKI asal Kediri, Jawa Timur tersebut.
"Besok pagi aku mau berangkat ke Kediri. Kebetulan di sana memang ada job manggung, tapi sekalian bikin penggalangan dana untuk Satinah," ungkap Cinta saat melakukan aksi ngamen di lampu merah Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa (25/3), sebagaimana diberitakan beberapa media nasional.
Saat manggung nanti, Cinta berusaha menarik hati para penonton untuk ikut menyumbang. Salah satu caranya, dengan melakukan ritual `saweran` saat dirinya tengah bergoyang menghibur masyarakat.
"Bebas mau nyawer berapa saja. Nominalnya juga terserah, mau 10 ribu juga boleh. Ini kan sifatnya amal, nggak ada patokan harus nyumbang berapa," papar Cinta.
Tak hanya artis, politisi pun ikut prihatin atas nasib Satinah. Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh menyatakan partainya siap membayar kekurangan diat atau tebusan untuk menyelamatkan Satinah.
"Kalau pemerintah minta bantuan untuk membayar, kami yang akan membayar," kata Surya Paloh, sebelum acara Kampanye Akbar Partai NasDem di Alun-alun Kidul Surakarta, Jawa Tengah, Kamis (27/3).
Menurut Surya Paloh, pelindungan warga negara Indonesia merupakan kewajiban pemerintah, dan seharusnya pemerintah tidak memikirkan untung rugi untuk urusan nyawa manusia.
"Nyawa manusia tidak bisa dinilai dengan uang," katanya.
Surya Paloh berharap pemerintah segera berinisiatif untuk menyelesaikan masalah Satinah. Pelaksanaan hukuman bagi Satinah tinggal delapan hari, namun hukuman bisa dibatalkan asal membayar diat sebesar Rp21 miliar. Sementara Pemerintah baru sanggup membayar Rp12 miliar.
Satinah binti Jumadi membunuh majikannya karena tak tahan mendapat siksaan. Ia melawan dan memukul majikan perempuannya hingga koma dan berujung kematian. Selain pembunuhan, Ia juga dikenai pasal perampokan karena membawa kabur uang puluhan ribu riyal milik majikannya.
Satinah diadili pada kurun 2009-2010 dan divonis hukuman mati. Pemerintah Indonesia berupaya menolong Satinah dengan melakukan lobi kepada keluarga korban. Awalnya Satinah akan dieksekusi pada pertengahan 2011, namun ditunda karena lobi masih berlangsung.
Keluarga korban bersedia memberi pengampunan yang memungkinkan hukuman mati bagi Satinah dibatalkan, namun menuntut diat sebesar 15 juta riyal. Lobi yang dilakukan pemerintah berhasil menurunkan nilai diat menjadi 10 juta riyal dan turun lagi menjadi 7 juta riyal atau sebesar Rp21 miliar. (Malin)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »