![]() |
Mak Jot sahur bersama Wako Mahyeldi dan Camat Frengki Willianto |
BentengSumbar.com --- Usianya memasuki 80 tahun, nenek Syamsidar masih terlihat tegar menjalani kehidupan. Wanita perkasa yang dikenal tetangga dengan panggilan Mak Jot itu masih kuat menafkahi dirinya serta anak bungsunya Nurmaini (34) yang memiliki kedua kaki tak sempurna.
Mak Jot sehari - hari berjualan lotek di depan 'gubuk' mungilnya di jalan Ampang, Kelurahan Lubuk Lintah, Kecamatan Kuranji. Pada bulan puasa ini, Mak Jot berjualan mulai saat petang menjelang berbuka, hingga menjelang waktu Isya. Setelah itu Mak Jot menunaikan shalat Isya dan hampir tak pernah melewatkan shalat tarwih.
Hebatnya Mak Jot mungkin tak dapat dibandingkan dengan kebanyakan warga di lingkungannya. Betapa tidak, walaupun hidup serba kekurangan dan memiliki lahan satu - satunya tempat rumahnya berdiri, namun ia relakan separuh dari tanah itu dipakai negara untuk pembangunan jalan Alai - By Pass beberapa tahun lalu. Padahal, kala itu banyak warga yang menolak tanahnya diganti rugi, bahkan hingga sekarang masih terdapat beberapa titik jalan itu yang belum selesai karena warga masih saja bertahan.
Penggantian terhadap rumah dan tanah Mak Jot ketika itu sekitar Rp28 juta. Sayangnya, jumlah itu tak memadai lagi buat Mak Jot untuk membeli tanah yang lebih luas serta untuk membangun rumah yang lebih layak. Sebagian uang Mak Jot justru dipakai untuk membiayai hidup kelima anaknya yang bergantung kepada ibunya yang telah menjanda puluhan tahun ini.
Maka saat ini, Mak Jot dan Nurmaini yang lumpuh terpaksa tinggal di gubuk yang sama sekali tak memenuhi syarat kesehatan apalagi untuk disebut layak. Gubuk itu berukuran 3 x 3 meter, terbuat dari kayu - kayu sawmil dan seng - seng bekas. Ruangannya hanya cukup untuk dua batang kasur tenpat Mak Jot dan Nurmaini merebahkan beristirahat.
Sebetulnya tanah Mak Jot masih tersisa sekira 7 x 5 meter, namun berbagi dengan anak ketiganya, Nurbaini yang tinggal bersama suami dan dua anaknya di bangunan yang bersisian. Kondisinya tak berbeda jauh dengan gubuk yang ditempati Mak Jot. Apalagi Nurbaini menempatinya berempat dengan suami dan anak - anaknya.
Prihatinnya, untuk aktivitas mandi, mengambil air dan buang hajat keluarga itu harus menumpang di sumur tetangga lantaran tak punya sumur dan WC sendiri. Sumur yang pernah mereka miliki sudah tertimbun di badan jalan yang saat ini menjadi jalan Raya Ampang.
Meskipun dalam kondisi serba kekurangan, Mak Jot senantiasa bersyukur karena diberi kesehatan dan kekuatan. Pada usia "laruik sanjo'' ini Mak Jot masih dikarunia mata yang terang dan fisik yang kuat. Ia mampu mandiri, tanpa tergqntung dengan anak - anaknya.
"Alhamdulillah, penglihatan Mak masih terang. Badan Mak juga masih sehat sehingga Mak masih bisa berjualan lotek dan beribadah ke masjid,'' tutur Mak Jot kepada tamunya yang datang pada Kamis (24/7) dini hari.
Diantara tamu yang berkunjung ke rumah Mak Jot pada waktu menjelang sahur adalah Walikota Padang. H. Mahyeldi didampingi beberapa kepala SKPD serta Camat Kuranji Muhammad Frengki Wilianto.
Mak Jot sempat tertawa lepas dengan wajah sumringah ketika diajak berbincang oleh Walikota Mahyeldi.
"Tadinya Mak terkejut karena tidak menyangka yang datang adalah Walikota. Mak hanya diberi tahu sebelumnya bahwa akan ada tamu yang akan makan sahur di tempat Mak, tapi Mak dilarang mempersiapkan apapun," cerita Mak Jot usai kunjungan itu.
Mak Jot sangat berterima kasih, Walikota telah memberikan perhatian terhadap keluarganya dan berjanji akan membantu pembangunan rumahnya. Selqin itu, Walikota juga menjanjikan akan memberikan kursi roda untuk Nurmaini yang lama didera kelumpuhan.
''Ini barangkali rezeki Mak. Tentu Mak sangat berterima kasih,'' ucapnya lirih.
Sementara itu, Camat Kuranji M. Frengki Wilianto menyebut warganya ini sebagai warga yang memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Mak Jot adalah warga yang pertama dengan rela menerima penggantian atas tanahnya yang terkena pembangunan jalan, sementara yang lain keberatan dan sempat kisruh dalam penyelesaiannya.
''Memang patut kita apresiasi, Mak Samsidar dari kaum suku Jambak Lubuk Lintah termasuk warga yang peduli pembangunan. Pemerintah layak memberikan penghargaan. Namun saat sekarang kita bersyukur ada program bedah rumah dari Walikota Padang yang menyentuh keluarga ini,'' kata Frengki.
Singgah Sahur Terakhir
Sedangkan kunjungan ke rumah warga oleh Walikota Mahyeldi bersama rombongan Tim Singgah Sahur, ini kemungkinan kesempatan terakhir mengingat sudah di penghujung Ramadhan. Walikota berjanjinakan meneruskan program ini dengan melakukan kunjungan - kunjungan ke rumah warganya yang dhuafa.
"Program ini akan kita lanjutkan karena memang dengan kunjungan seperti ininkita bisa menjalin kedekatan dengan warga serta mengetahui realita kehidupan mereka. Sekaligus kita membantu meringankan beban mereka melalui program - program pengentasan kemiskinan yang telah kita canangkan," kata Mahyeldi.
Khusus dalam kunjungan di rumah ibu Syamsidar alias Mak Jot, ia menyatakan akan membantu pembangunan rumah keluarga itu. Juga akan memberi penguatan kepada usaha Mak Jot dan Nurmaini agar bisa lebih berkembang.
Terakhir, Walikota menekankan pentingnya penguatan lemabaga adat, dimana ninik mamak dalam suatu kaum suku lebih memberikan perhatian terhadap anak kemenakan di bawah payung suku tersebut.
''Ini perlu menjadi perhatian kita, agar penguatan lembaga adat dapat berjalan lebih baik agar perannya dalam mengayomi anak kemenakan dapat bersinergi dengan pemerintah,'' tukas Mahyeldi. (BY/rel)
Mak Jot sehari - hari berjualan lotek di depan 'gubuk' mungilnya di jalan Ampang, Kelurahan Lubuk Lintah, Kecamatan Kuranji. Pada bulan puasa ini, Mak Jot berjualan mulai saat petang menjelang berbuka, hingga menjelang waktu Isya. Setelah itu Mak Jot menunaikan shalat Isya dan hampir tak pernah melewatkan shalat tarwih.
Hebatnya Mak Jot mungkin tak dapat dibandingkan dengan kebanyakan warga di lingkungannya. Betapa tidak, walaupun hidup serba kekurangan dan memiliki lahan satu - satunya tempat rumahnya berdiri, namun ia relakan separuh dari tanah itu dipakai negara untuk pembangunan jalan Alai - By Pass beberapa tahun lalu. Padahal, kala itu banyak warga yang menolak tanahnya diganti rugi, bahkan hingga sekarang masih terdapat beberapa titik jalan itu yang belum selesai karena warga masih saja bertahan.
Penggantian terhadap rumah dan tanah Mak Jot ketika itu sekitar Rp28 juta. Sayangnya, jumlah itu tak memadai lagi buat Mak Jot untuk membeli tanah yang lebih luas serta untuk membangun rumah yang lebih layak. Sebagian uang Mak Jot justru dipakai untuk membiayai hidup kelima anaknya yang bergantung kepada ibunya yang telah menjanda puluhan tahun ini.
Maka saat ini, Mak Jot dan Nurmaini yang lumpuh terpaksa tinggal di gubuk yang sama sekali tak memenuhi syarat kesehatan apalagi untuk disebut layak. Gubuk itu berukuran 3 x 3 meter, terbuat dari kayu - kayu sawmil dan seng - seng bekas. Ruangannya hanya cukup untuk dua batang kasur tenpat Mak Jot dan Nurmaini merebahkan beristirahat.
Sebetulnya tanah Mak Jot masih tersisa sekira 7 x 5 meter, namun berbagi dengan anak ketiganya, Nurbaini yang tinggal bersama suami dan dua anaknya di bangunan yang bersisian. Kondisinya tak berbeda jauh dengan gubuk yang ditempati Mak Jot. Apalagi Nurbaini menempatinya berempat dengan suami dan anak - anaknya.
Prihatinnya, untuk aktivitas mandi, mengambil air dan buang hajat keluarga itu harus menumpang di sumur tetangga lantaran tak punya sumur dan WC sendiri. Sumur yang pernah mereka miliki sudah tertimbun di badan jalan yang saat ini menjadi jalan Raya Ampang.
Meskipun dalam kondisi serba kekurangan, Mak Jot senantiasa bersyukur karena diberi kesehatan dan kekuatan. Pada usia "laruik sanjo'' ini Mak Jot masih dikarunia mata yang terang dan fisik yang kuat. Ia mampu mandiri, tanpa tergqntung dengan anak - anaknya.
"Alhamdulillah, penglihatan Mak masih terang. Badan Mak juga masih sehat sehingga Mak masih bisa berjualan lotek dan beribadah ke masjid,'' tutur Mak Jot kepada tamunya yang datang pada Kamis (24/7) dini hari.
Diantara tamu yang berkunjung ke rumah Mak Jot pada waktu menjelang sahur adalah Walikota Padang. H. Mahyeldi didampingi beberapa kepala SKPD serta Camat Kuranji Muhammad Frengki Wilianto.
Mak Jot sempat tertawa lepas dengan wajah sumringah ketika diajak berbincang oleh Walikota Mahyeldi.
"Tadinya Mak terkejut karena tidak menyangka yang datang adalah Walikota. Mak hanya diberi tahu sebelumnya bahwa akan ada tamu yang akan makan sahur di tempat Mak, tapi Mak dilarang mempersiapkan apapun," cerita Mak Jot usai kunjungan itu.
Mak Jot sangat berterima kasih, Walikota telah memberikan perhatian terhadap keluarganya dan berjanji akan membantu pembangunan rumahnya. Selqin itu, Walikota juga menjanjikan akan memberikan kursi roda untuk Nurmaini yang lama didera kelumpuhan.
''Ini barangkali rezeki Mak. Tentu Mak sangat berterima kasih,'' ucapnya lirih.
Sementara itu, Camat Kuranji M. Frengki Wilianto menyebut warganya ini sebagai warga yang memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Mak Jot adalah warga yang pertama dengan rela menerima penggantian atas tanahnya yang terkena pembangunan jalan, sementara yang lain keberatan dan sempat kisruh dalam penyelesaiannya.
''Memang patut kita apresiasi, Mak Samsidar dari kaum suku Jambak Lubuk Lintah termasuk warga yang peduli pembangunan. Pemerintah layak memberikan penghargaan. Namun saat sekarang kita bersyukur ada program bedah rumah dari Walikota Padang yang menyentuh keluarga ini,'' kata Frengki.
Singgah Sahur Terakhir
Sedangkan kunjungan ke rumah warga oleh Walikota Mahyeldi bersama rombongan Tim Singgah Sahur, ini kemungkinan kesempatan terakhir mengingat sudah di penghujung Ramadhan. Walikota berjanjinakan meneruskan program ini dengan melakukan kunjungan - kunjungan ke rumah warganya yang dhuafa.
"Program ini akan kita lanjutkan karena memang dengan kunjungan seperti ininkita bisa menjalin kedekatan dengan warga serta mengetahui realita kehidupan mereka. Sekaligus kita membantu meringankan beban mereka melalui program - program pengentasan kemiskinan yang telah kita canangkan," kata Mahyeldi.
Khusus dalam kunjungan di rumah ibu Syamsidar alias Mak Jot, ia menyatakan akan membantu pembangunan rumah keluarga itu. Juga akan memberi penguatan kepada usaha Mak Jot dan Nurmaini agar bisa lebih berkembang.
Terakhir, Walikota menekankan pentingnya penguatan lemabaga adat, dimana ninik mamak dalam suatu kaum suku lebih memberikan perhatian terhadap anak kemenakan di bawah payung suku tersebut.
''Ini perlu menjadi perhatian kita, agar penguatan lembaga adat dapat berjalan lebih baik agar perannya dalam mengayomi anak kemenakan dapat bersinergi dengan pemerintah,'' tukas Mahyeldi. (BY/rel)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »