Susi, Peluru Tajam yang Ditembakan Kepada Kemunafikan

Susi Pudjiastuti
SOSOK Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti yang kelihatan nyentrik, menjadi perbincangan hangat di media sosial. Mulai dari yang menyerang pribadinya habis-habisan sampai pembelaan yang dilakukan kepadanya oleh sebagian kalangan.

Sebenarnya apa yang ada pada Bu Susi bukan sesuatu yang terlalu luar biasa, karena yang pencapaiannya lebih daripada beliau juga banyak. Mulai dari merangkak-rangkak akhirnya menjadi milyuner.

Menjadi luar biasa karena kejenuhan kita sudah mencapai puncak. Kejenuhan melihat manusia-manusia santun yang serakah. Kejenuhan melihat serigala-serigala berbaju putih gamis dengan ekor dan taring yang mencuat keluar.

Bu Susi adalah peluru tajam yang ditembakkan kepada kemunafikan. Ikon dari pemberontakan. Setetes air dari kedahagaan yang panjang. Ia berada di barisan senjata-senjata yang terlebih dahulu menyalak, seperti Jokowi, Ahok dan Bu Risma.

Sempurna apa yang ada pada Bu Susi sebagai ikon. Ijazah SMP tapi pemilik perusahaan miliaran menampar deretan gelar tapi karyawan yang ngos-ngosan setiap bulan. Gaya ngudut, lesehan dan tatoan tapi berisi, melawan jilbab panjang dan rambut tinggi sansak tapi otak basi.

Bu Susi melontarkan kita ke era 80-90 an, ketika dunia musik kita ramai dengan notasi menjenuhkan dan keputus-asaan melalui Rinto Harahap, Betharia Sonatha, Obbie Messakh dibawah bendera JK Records. Maka model Deep Purple, Iron Maiden, AC/DC sampai Slank menjadi panutan dari jiwa pemberontak yang anti kemapanan. Kemapanan yang mematikan akal dan hati.

Terlihat nakal memang. Tapi memang itulah fase remaja dari negara yang bernama Indonesia. Meski usianya berbunyi ratusan tahun, tapi sekian abad kita dikerdilkan. Badan besar, pikiran kanak-kanak karena selalu diberi permen tanpa pernah belajar bagaimana cara mendapatkannya dengan keringat.

Sumpah pemuda kali ini banyak diisi oleh wajah ndeso tapi turun ke jalan, wajah cina tapi auman singa, wajah punk tapi kerja beneran.

Ibarat remaja tahun 80-90 an, Indonesia nampak seperti pemuda berambut gondrong, anting satu dikanan, celana jeans sobek kebanggaan, baju flanel kotak dengan lintingan, rokok ditangan sebagai simbol kebebasan dan teriakan menggema, "Kami sekarang adalah pemuda !"

Butuh sekian puluh tahun lagi untuk negara ini menjadi negara agamis dan spiritualis, ketika kedewasaan adalah fase yang harus dijalani. Indonesia adalah negara dalam perjalanan menuju matang.

Seperti kita dulu juga.

(Penulis Denny Siregar, pengamat permasalahan sosial. Tinggal di Jakarta)

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »