BentengSumbar.com --- Ada cerita menarik yang disampaikan Kepala Bagian Pertanahan Kota Padang, Amasrul, terkait proses pembebasan lahan proyek Irigasi Banda Luruih-Maransi. Cerita tentang suka duka tim pembebasan lahan yang dibentuk Pemko Padang.
"Pemilik lahan yang termasuk objek yang dibebaskan pada proyek Irigasi Banda Luruih-Maransi tersebut domisilinya berserak. Ada yang di Padang, ada yang di Pekanbaru, ada yang di Jakarta, ada yang di Mamuju, ada yang di Papua, bahkan ada yang di luar negeri. Sebagian dari mereka kita datangi satu persatu," ungkap Amasrul ketika berbincang-bincang dengan www.bentengsumbar.com di ruangan kerjanya, Senin (1/12/2014).
Proses menemui pemilik lahan atau ahli warisnya pun beragam. Ada yang didatangi ke tempat domisilinya. Ada pula yang tidak bersedia didatangi, tetapi mereka sendiri ke Padang, sembari pulang kampung. "Di Jakarta, kami masuk gang ke luar gang, mencari pemilik lahan atau ahli waris mereka. Kami juga ke Irian Jaya menemui ahli waris mereka," ujarnya.
Lucunya, ada seorang pemilik lahan yang katanya tinggal di Kota Pekanbaru. Tim yang dipimpin Amasrul pun mendatangi Pekanbaru. Setiba di Pekanbaru, tetangganya mengatakan kalau dia sudah pindah ke Bukittinggi. "Kita datangi ke Bukittingi. Eh rupanya sudah pindah ke Pengambiran Padang," ungkap Amasrul.
Perlu diingat, ujar Amasrul, pada masa Walikota Fauzi Bahar, lahan proyek Irigasi Banda Luruih-Maransi yang yang berhasil dibebaskan hanya 300 meter yang terdiri dari 24 persil. Sedangkan, sejak enam bulan kepemimpinan Walikota Mahyeldi, berhasil di bebaskan sekitar 800 meter atau 85 persil. Berdasarkan harga yang ditentukan konsultan apresial, maka harga per meternya Rp320 ribu.
"Alhamdulillah, target kita tahun 2014 ini sudah tercapai, bahkan dua titik yang menjadi target tahun 2015 juga sudah kita bebaskan. Jadi, pekerjaan kita untuk tahun 2014 sudah tuntas sebenarnya, bahkan melebihi target," cakap mantan Camat Koto Tangah ini. (by)
"Pemilik lahan yang termasuk objek yang dibebaskan pada proyek Irigasi Banda Luruih-Maransi tersebut domisilinya berserak. Ada yang di Padang, ada yang di Pekanbaru, ada yang di Jakarta, ada yang di Mamuju, ada yang di Papua, bahkan ada yang di luar negeri. Sebagian dari mereka kita datangi satu persatu," ungkap Amasrul ketika berbincang-bincang dengan www.bentengsumbar.com di ruangan kerjanya, Senin (1/12/2014).
Proses menemui pemilik lahan atau ahli warisnya pun beragam. Ada yang didatangi ke tempat domisilinya. Ada pula yang tidak bersedia didatangi, tetapi mereka sendiri ke Padang, sembari pulang kampung. "Di Jakarta, kami masuk gang ke luar gang, mencari pemilik lahan atau ahli waris mereka. Kami juga ke Irian Jaya menemui ahli waris mereka," ujarnya.
Lucunya, ada seorang pemilik lahan yang katanya tinggal di Kota Pekanbaru. Tim yang dipimpin Amasrul pun mendatangi Pekanbaru. Setiba di Pekanbaru, tetangganya mengatakan kalau dia sudah pindah ke Bukittinggi. "Kita datangi ke Bukittingi. Eh rupanya sudah pindah ke Pengambiran Padang," ungkap Amasrul.
Perlu diingat, ujar Amasrul, pada masa Walikota Fauzi Bahar, lahan proyek Irigasi Banda Luruih-Maransi yang yang berhasil dibebaskan hanya 300 meter yang terdiri dari 24 persil. Sedangkan, sejak enam bulan kepemimpinan Walikota Mahyeldi, berhasil di bebaskan sekitar 800 meter atau 85 persil. Berdasarkan harga yang ditentukan konsultan apresial, maka harga per meternya Rp320 ribu.
"Alhamdulillah, target kita tahun 2014 ini sudah tercapai, bahkan dua titik yang menjadi target tahun 2015 juga sudah kita bebaskan. Jadi, pekerjaan kita untuk tahun 2014 sudah tuntas sebenarnya, bahkan melebihi target," cakap mantan Camat Koto Tangah ini. (by)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »