SAYA pernah membahas bahwa kenaikan BBM kemarin, selain untuk mengurangi beban berat negara juga sebenarnya adalah trik khusus pemerintahan Jokowi, karena pasti akan diturunkan pada titik yang tepat.
Prediksi saya ternyata mengena. Inilah marketing communication cantik ala pemerintahan Jokowi, selain daripada apa yang dilakukannya dengan para menterinya yang juga cerdik.
Apakah ini pencitraan seperti yang dituduhkan ?
Oh, tentu. Tidak ada namanya politik tanpa pencitraan. Bodoh namanya. Hanya pencitraan bagaimana yang dimaksud.
Iran sesudah diembargo dengan begitu kuat membutuhkan pencitraan terhadap negaranya. Maka tampillah Mahmoud Ahmadinejad sebagai "juru bicara" dengan lidahnya yang tajam dan ke-zuhudannya yang mengagumkan.
Tidak bisa dipungkiri, Kang Mahmoud adalah pendorong nama Iran di dunia Internasional. Beliau meneruskan citra yang dibangun Ayatullah Khomeini dalam revolusi Iran. Tongkat estafet.
Itulah yang dinamakan pencitraan positif. Permainan politik.
Begitu juga yang dilakukan pemerintahan Jokowi tidak lepas dari hal itu. Pencitraan jika masuk pada koridor yang tepat, maka akan berbuah hal yang baik. Beda kalau pencitraan hanya dengan lipsync seperti "saya prihatin" tapi do nothing.
Pencitraan seperti ini pernah dilakukan Jokowi di Solo dan berhasil. Dari hanya mengumpulkan suara 39 persen di tahun 2005, Jokowi meraih simpati mutlak di tahun 2009 dengan meraup suara masyarakatnya 90 persen.
Tidak ada yang salah dengan pencitraan jika itu memang untuk kebaikan. Sudah bukan zamannya lagi iklan di TV, sekarang adalah zaman komunikasi marketing. Jika membawa dampak baik, maka secara otomatis penghargaan akan naik.
Selamat datang di era baru reality show yang menggusur tayangan ulang penuh editan. Masyarakat cerdas adalah oposisi terbaik pemerintah.
Ditulis Oleh; Denny Siregar.
Prediksi saya ternyata mengena. Inilah marketing communication cantik ala pemerintahan Jokowi, selain daripada apa yang dilakukannya dengan para menterinya yang juga cerdik.
Apakah ini pencitraan seperti yang dituduhkan ?
Oh, tentu. Tidak ada namanya politik tanpa pencitraan. Bodoh namanya. Hanya pencitraan bagaimana yang dimaksud.
Iran sesudah diembargo dengan begitu kuat membutuhkan pencitraan terhadap negaranya. Maka tampillah Mahmoud Ahmadinejad sebagai "juru bicara" dengan lidahnya yang tajam dan ke-zuhudannya yang mengagumkan.
Tidak bisa dipungkiri, Kang Mahmoud adalah pendorong nama Iran di dunia Internasional. Beliau meneruskan citra yang dibangun Ayatullah Khomeini dalam revolusi Iran. Tongkat estafet.
Itulah yang dinamakan pencitraan positif. Permainan politik.
Begitu juga yang dilakukan pemerintahan Jokowi tidak lepas dari hal itu. Pencitraan jika masuk pada koridor yang tepat, maka akan berbuah hal yang baik. Beda kalau pencitraan hanya dengan lipsync seperti "saya prihatin" tapi do nothing.
Pencitraan seperti ini pernah dilakukan Jokowi di Solo dan berhasil. Dari hanya mengumpulkan suara 39 persen di tahun 2005, Jokowi meraih simpati mutlak di tahun 2009 dengan meraup suara masyarakatnya 90 persen.
Tidak ada yang salah dengan pencitraan jika itu memang untuk kebaikan. Sudah bukan zamannya lagi iklan di TV, sekarang adalah zaman komunikasi marketing. Jika membawa dampak baik, maka secara otomatis penghargaan akan naik.
Selamat datang di era baru reality show yang menggusur tayangan ulang penuh editan. Masyarakat cerdas adalah oposisi terbaik pemerintah.
Ditulis Oleh; Denny Siregar.
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »