Seseorang yang Tidak Boleh Disebut Namanya

Seseorang yang Tidak Boleh Disebut Namanya
MUNGKIN karena saya pernah susah, maka saya memahami kebijakan-kebijakan pemerintahan sekarang ini. Saya tidak mau menyebut namanya, karena akan mengundang orang-orang yang tidak suka jika namanya muncul.

Ketika terjadi salah perhitungan waktu dalam bisnis, maka secara otomatis keuangan bermasalah. Hutang-hutang usaha seperti air bah membentuk banjir "jatuh tempo". Bergiliran menghantam keras.

Hal yang pertama dilakukan ketika perahu bocor adalah mengurangi beban yang tidak perlu. Maka saya lepaslah beberapa barang yang "saya inginkan dan bukan saya butuhkan". Saya berfikir toh nanti bisa beli lagi.

Ketika bocor semakin dalam, secara bertahap saya mencabut kenikmatan-kenikmatan yang selama ini melekat. Mulai realistis dan kompromi dengan keadaan. Gengsi dikubur di halaman. Yang ada dalam pikiran adalah bagaimana menyelamatkan situasi, sudah bukan lagi mimpi.

Selama 2 bulan ini itulah yang dijalankan pemerintah. Salah kelola sekian tahun menjadikan negara ini dalam kondisi 'hampir bangkrut' dengan hutang ribuan triliun yang bunganya saja bisa membuat Bill Gates istighfar dan masuk Islam (?).

Mencabut subsidi, stop hutang, menghilangkan bansos dan menghapus BLT adalah tindakan-tindakan emergency yang harus dilakukan untuk menyelamatkan situasi. Pada titik ini, saya paham kenapa si ibu itu dulu harus menjual asset supaya bisa belanja bahan makanan. Dana dialihkan ke hal yang lebih urgen seperti BPJS.

Fokus utama adalah membangun lapangan ekonomi baru. Darat sudah penuh, laut dibangun. Sisa uang dari hasil "mencabut kenyamanan" digunakan membangun infrastruktur seperti listrik, transportasi, kilang dan lain-lain. Kerak-kerak kebocoran seperti para mafia di migas, pertanian dan perikanan di rontokkan dengan cairan pembersih kloset untuk kemudian ditambal.

Apakah sudah kelihatan hasilnya ?

Yang bertanya, apalagi dengan nada sinis sebuah hasil, buat saya hanyalah seorang anak kaya manja, cengeng dan bodoh. Baru 2 bulan berjalan kok sudah ribut hasil.

Keberhasilan dan kegagalan bisa dilihat dari prosesnya, apakah benar atau salah. Ketika proses sudah benar, maka bisa diharapkan sebuah keberhasilan. Itupun butuh waktu bertahun-tahun supaya kapal ini stabil kembali. Jangankan bicara kesejahteraan, tidak tenggelam saja sudah untung.

Mungkin karena pernah sama-sama susah saya memahami pola pikir 'seseorang yang tidak boleh disebut namanya' ini....

Saya musti ekstra hati-hati, karena diluaran masih banyak yang sakit hati...

Ditulis Oleh: Denny Siregar, Pengamat Sosial, Politik dan Budaya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »