Menguak Asal Usul 'Si Mata Biru' di Nanggroe Aceh Darussalam

Menguak Asal Usul 'Si Mata Biru' di Nanggroe Aceh Darussalam
Si Mata Biru dari NAD.
BentengSumbar.com --- Lamno, adalah salah satu wilayah di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang terkenal dengan sebagian penduduknya berbeda dari masyarakat Aceh pada umumnya. Mereka dikenal dengan sebutan "si Mata Biru atau bule" dari serambi Mekkah. Mereka memiliki perawakan yang tinggi, berhidung mancung, berambut pirang, berkulit putih, dan tentunya memiliki mata yang biru atau kecokelatan. Akan tetapi, tidak semua penduduk di Wilayah Kabupaten Aceh Jaya, Kecamatan Lamno memiliki perawakan yang seperti itu. Ciri khas ini dimiliki oleh para penduduk asli Daya yang keturunan Portugis.

Berjarak sekitar 75 kilometer dari Banda Aceh, Lamno menyimpan sejuta sejarah. Sejak dahulu, Lamno terkenal sebagai kawasan asal gadis berkulit putih, bermata biru, berambut pirang mirip bangsa Eropa. Mereka dipercaya merupakan keturunan prajurit Portugis yang terdampar di Kerajaaan Daya di abad ke-15 silam.

Sejarah mencatat, sekitar tahun 1492-1 511, kapal perang Portugis pimpinan Kapten Pinto yang kalah perang dengan Belanda di Selat Melaka, mengalami kerusakan saat berlayar dari Singapura. Kapal ini terdampar di pantai Kerajaan Daya. Raja Daya tak ingin membiarkan kapal itu lari dan mendarat tanpa izin di Kuala Daya. Laskar Rimueng Daya menghujam tembakan ke kapal itu dengan meriam besar hingga tenggelam.

Semua awak kapal dan tentara Portugis akhirnya menyerah dan meminta perlindungan. Sambil menunggu bala bantuan armada kapal dari negerinya menjemput mereka, pasukan Portugis menjadi tawanan. Awak kapal dikarantina dalam satu kawasan berpagar tinggi. Hari demi hari mereka terus menunggu pertolongan. Tapi bantuan tak kunjung datang. Mereka pun menyerah pada Raja Daya. Raja Daya yang terkenal arif itu membebaskan mereka tanpa syarat harus menjadi budak.

Tentara Portugis itu kemudian berbaur dengan penduduk Lamno. Mereka diajarkan bertani, berbahasa, dan diperkenalkan adat istiadat dan budaya masyarakat Aceh. Seiring berjalannya waktu, mereka menikah dengan warga setempat, dan sampai sekarang keturunan portugis ini menjadi salah satu masyarakat asli Aceh. Mereka hidup dengan adat dan budaya masyarakat Aceh pada umunya, dan Islam yang kental di Aceh juga menjadi Agama kepercayaan mereka.

Sedangkan versi kedua, sejarah menceritakan bagaimana bangsa eropa menjadi bagian dari Lamno. Bangsa portugis melakukan perdagangan dengan penduduk Kerajaan Daya (Lamno). Pelabuhan Lamno menjadi gerbang keluarmasuknya bangsa dari berbagai belahan dunia, termasuk Portugis dari Eropa. Mereka menjual barang-barang sejenis keramik, porselen, dan senjata. Sementara penduduk Kerajaan Daya menjual rempah-rempah dan emas ke pedagang Eropa.

Keterbukaan Kerajaan Daya terhadap bangsa asing membuat Raja Kerajaan Lamuri gusar, kemudian menaklukkan Kerajaan Daya dan menahan bangsa Eropa di Meunanga. Portugis yang menjadi tawanan akhirnya berbaur dengan penduduk dan memeluk agam Islam. Mereka kemudian menjadi bagian dari sejarah Negeri Daya dan mewarisi keturunan bermata biru di lamno.

Setelah berhasil menaklukkan Kerajaan Daya, Kerajaan Lamuri yang merupakan kerajaan terbesar dan tertua di Aceh menyerang Kerajaan Pase dan Kerajaan Pedir, dan menyatukan dibawah kedaulatan Kerajaan Aceh Dar Assalam dan mendeklarasikan Sultan Ali Mughayat Syah sebagai Raja yang Pertama sekitar tahun 1511.

Akan tetapi, kini mereka tidak hanya dapat ditemui di daerah tersebut. Masyarakat asli Aceh keturunan Portugis ini juga dapat ditemukan di Wilayah - wilayah Aceh lainnya. Mereka menyebar karena bencana Tsunami yang menerjang Aceh pada 2004 silam. Apalagi tempat tinggal mereka di pesisir pantai. (ogah/int)

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »