![]() |
Evi Yandri Rajo Budiman, Ketua FKAN Pauh IX. |
BENTENGSUMBAR.COM - Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari Pauh IX Evi Yandri Rajo Budiman mengajak anak muda untuk kembali meneladani perjuangan para pemuda Indonesia dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan negeri ini. Menurutnya, pemuda hari ini haru menjadi yang terbaik untuk dirinya, keluarga, bangsa dan negara.
"Sebagai pemuda, kita tidak boleh takut untuk mulai mewujudkan hal-hal besar dalam hidup kita. Berani memulai dan mencoba, selagi muda tidak boleh menunda. Apa yang bisa dikerjakan, kerjakanlah. Jadilah yang terbaik untuk dirimu, untuk keluargamu, untuk bangsamu, dan untuk negaramu," ungkapnya ketika menghadiri acara Pemuda Manggis Bersatu (PAMBER) dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda ke-88, Sabtu, 29 Oktober 2016.
Selain Evi Yandri Rajo Budiman, acara yang dilaksanakan di Gedung Pemuda Blok H Manggis Perumnas Belimbing, Kelurahan Kuranji, Kecamatan Kuranji, Kenagarian Pauh IX, Kota Padang, Sumatera Barat tersebut, juga dihadiri oleh tokoh masyarakat lainnya, seperti Ketua LPM Kelurahan Kuranji Irwan Basir Datuk Rajo Alam.
Menurut Evi Yandri, Sumpah Pemuda saat ini seakan lenyap dalam hiruk pikuk dunia yang makin lama semakin menawarkan berbagai rupa godaan. Nilai nilai kepemudaan seakan ambruk di tengah api zaman yang kian leluasa memanggang berbagai keinginan. Gaya hidup instan, ingin bekerja mudah, namun tak membutuhkan waktu panjang, yang membuat nilai-nilai perjuangan itu menjadi luntur hingga hilang.
"Kemajuan teknologi yang memudahkan hidup kita para pemuda saat ini, telah menjebak kita pada generasi yang disebut dengan generasi "Manjaisme". Memiliki keinginan besar terhadap sesuatu hal, namun tidak melakukan upaya yang maksimal, semangat dan prinsip dalam mewujudkan keinginan tadi," pungkasnya.
Ia mengatakan, situasi kekinian ini jauh berbeda dengan para pemuda yang ikut berjuang memerdekakan negara ini. Sebut saja misalnya, Bung Tomo yang mengobarkan semangat para pemuda melawan sekutu. Bung Hatta, Bung Karno, Bung Syahril, yang waktu itu masih sangat muda bersama pemuda lainnya merumuskan kemerdekaan negara ini.
"Di Sumatera Barat ada Ahmad Husein yang terkenal dengan pasukan Harimau Kuranji, Djamaluddin Wak Ketok, Sipatai Rajo Jambi, yang waktu itu baru berumur 20 tahun-an yang terkenal dengan perang Lubuk Lintah-nya, membuat ciut nyali pasukan Belanda," ucap Evi lagi.
"Di era mengisi kemerdekaan dan momentum Sumpah Pemuda ini, kita tidak dituntut memanggul senjata. Namun tentu kita harus tetap mewarisi dan melanjutkan semangat para pemuda pendahulu kita. Dengan berani berfikir besar, menciptakan hal-hal besar, menorehkan prestasi-prestasi besar di berbagai bidang," tukuknya.
"Jangan pernah kau tanya, apa yang kau terima dari negerimu, tapi tanya dirimu, apa yang telah kau berikan untuk negerimu," tuturnya mengakhiri kata sambutannya. (by)
"Sebagai pemuda, kita tidak boleh takut untuk mulai mewujudkan hal-hal besar dalam hidup kita. Berani memulai dan mencoba, selagi muda tidak boleh menunda. Apa yang bisa dikerjakan, kerjakanlah. Jadilah yang terbaik untuk dirimu, untuk keluargamu, untuk bangsamu, dan untuk negaramu," ungkapnya ketika menghadiri acara Pemuda Manggis Bersatu (PAMBER) dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda ke-88, Sabtu, 29 Oktober 2016.
Selain Evi Yandri Rajo Budiman, acara yang dilaksanakan di Gedung Pemuda Blok H Manggis Perumnas Belimbing, Kelurahan Kuranji, Kecamatan Kuranji, Kenagarian Pauh IX, Kota Padang, Sumatera Barat tersebut, juga dihadiri oleh tokoh masyarakat lainnya, seperti Ketua LPM Kelurahan Kuranji Irwan Basir Datuk Rajo Alam.
Menurut Evi Yandri, Sumpah Pemuda saat ini seakan lenyap dalam hiruk pikuk dunia yang makin lama semakin menawarkan berbagai rupa godaan. Nilai nilai kepemudaan seakan ambruk di tengah api zaman yang kian leluasa memanggang berbagai keinginan. Gaya hidup instan, ingin bekerja mudah, namun tak membutuhkan waktu panjang, yang membuat nilai-nilai perjuangan itu menjadi luntur hingga hilang.
"Kemajuan teknologi yang memudahkan hidup kita para pemuda saat ini, telah menjebak kita pada generasi yang disebut dengan generasi "Manjaisme". Memiliki keinginan besar terhadap sesuatu hal, namun tidak melakukan upaya yang maksimal, semangat dan prinsip dalam mewujudkan keinginan tadi," pungkasnya.
Ia mengatakan, situasi kekinian ini jauh berbeda dengan para pemuda yang ikut berjuang memerdekakan negara ini. Sebut saja misalnya, Bung Tomo yang mengobarkan semangat para pemuda melawan sekutu. Bung Hatta, Bung Karno, Bung Syahril, yang waktu itu masih sangat muda bersama pemuda lainnya merumuskan kemerdekaan negara ini.
"Di Sumatera Barat ada Ahmad Husein yang terkenal dengan pasukan Harimau Kuranji, Djamaluddin Wak Ketok, Sipatai Rajo Jambi, yang waktu itu baru berumur 20 tahun-an yang terkenal dengan perang Lubuk Lintah-nya, membuat ciut nyali pasukan Belanda," ucap Evi lagi.
"Di era mengisi kemerdekaan dan momentum Sumpah Pemuda ini, kita tidak dituntut memanggul senjata. Namun tentu kita harus tetap mewarisi dan melanjutkan semangat para pemuda pendahulu kita. Dengan berani berfikir besar, menciptakan hal-hal besar, menorehkan prestasi-prestasi besar di berbagai bidang," tukuknya.
"Jangan pernah kau tanya, apa yang kau terima dari negerimu, tapi tanya dirimu, apa yang telah kau berikan untuk negerimu," tuturnya mengakhiri kata sambutannya. (by)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »