Kami Bela NKRI, Bukan Bela Basuki

Kami Bela NKRI, Bukan Bela Basuki
Ilustrasi Piknik. 
BANYAK diantara kami yang sebenarnya lebih suka kedamaian dan ketenangan, bukan ontran-ontran dan kegaduhan. Kami lebih suka bekerja mencari rejeki demi kesejahteraan anak istri, dan di akhir pekan mencari hiburan dengan rekreasi.

Tapi melihat anda gaduh dan berisik, serta heboh melakukan berbagai propaganda politik dengan kemasan agama, membuat kami merasa tercekam dan serasa sedang menonton film horor. Jantung kami berdegup kencang, melihat kata kata ancaman berbau darah.

Pertama tama ingin kami sampaikan, bahwa sepandai dan sehebat apapun anda mengemas aksi 4 Nopember sebagai aksi bela agama, bagi kami ini adalah politik praktis. Tak perlu kecerdasan tingkat tinggi untuk mencari benang merah antara aksi ini dengan Pilkada DKI. Patut diduga ada bandar besar dan sutradara sekelas Steven Spielberg yang memegang remote control aksi ini dari ruangan bersuhu 18 derajat. Targetnya adalah menggagalkan Ahok ikut Pilkada DKI. Itu cuma dugaan lho, bukan tuduhan.

Kami semula memilih berdiam diri. Kami tahu ini isue sensitif yang terkait umat mayoritas di republik ini. Salah ngomong urusannya bisa panjang. Tapi saya tersentak saat melihat ormas besar seperti NU dan Muhamadiah justru melarang anggotanya untuk ikut terlibat di aksi tersebut. Bahkan saya baca di sosmed (bukan pendapat saya lho), seorang ulama NU mengatakan bahwa aksi ini ditunggangi kelompok radikal yang mengusung konsep khilafah dan anti NKRI.

Demi dewa, saya jadi sadar ada bahaya besar yang mengancam negeri ini. Saya makin yakin saat target demo ternyata juga menuju ke istana negara dan konon TO nya adalah Presiden Jokowi. Oo, kamu ketahuan. Ini jelas jelas politis, agama cuma jadi alibi dan kedok propaganda belaka.

Maaf, saya bukan pengangguran yang punya waktu untuk teriak-teriak di jalanan sambil keringatan. Andai punya waktupun, saya tak akan bersedia melakukannnya. Kita ini satu nusa, satu bangsa, satu bahasa. Beda agama tak harus membuat kita saling berjibaku dan terjadi konflik horisontal. Biarkan TNI Polri yang menjadi representasi negara menghadapi aksi ini. Saya berharap semuanya berjalan damai tanpa jatuh korban dari pihak manapun.

Saya jadi tahu bahwa kelompok anda sebenarnya bukan representasi dari kelompok mayoritas. Banyak sih jumlahnya, ribuan saat dipotret pakai drone. Tapi jika dikomparasi dari jumlah warga NU yang konon 50 juta ditambah warga Muhamadiah yang juga sekian puluh juta, saya jadi tenang bahwa ternyata mayoritas saudara muslim saya di republik ini lebih senang hidup damai dan menjunjung toleransi. Hidup berdampingan dalam damai itu nikmat lho.

Melalui tulisan ini saya ingin sampaikan bahwa kami semua yang cinta NKRI dan republik ini tidak ingin terpecah belah hanya gara gara Pilkada (maaf, otak saya yang kecerdasannya pas pasan menolak jika ini dikaitkan isue agama). Tadi malam saya makan nasi padang bareng seorang haji, dan dia yang jelas jelas muslim sejak lahir juga mengatakan bahwa ini murni politik. Agama cuma dijadikan kedok saja.

Saya cuma bisa berdoa bahwa negeri ini tetap aman tenteram dibawah Pancasila dan UUD 45. Komitmen founding father sudah jelas. Jika ada yang anti demokrasi tapi melakukan demonstrasi, koq aneh ya? Jika ada yang tidak percaya kepada penegak hukum tetapi memaksakan hukum, koq aneh ya? Kami bela NKRI, bukan Basuki.

Kami pasrahkan semua ini kepada petinggi negara ini. Presiden, BIN, Menkopolhukam, Kapolri, Panglima TNI, anda semua lebih paham dari kami dalam menghadapi situasi ini.

Saya mau piknik aja..
Lebih menyegarkan mental dan hati

Sumber: akun facebook Ari Wibowo

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »