Pengamat Sarankan Ahok-Djarot Hati-hati Bangun Koalisi, Salah Langkah Bisa Berakibat Fatal

Pengamat Sarankan Ahok-Djarot Hati-hati Bangun Koalisi, Salah Langkah Bisa Berakibat Fatal
BENTENGSUMBAR.COM - Meski belum ada keputusan resmi dari KPU, Pilkada DKI Jakarta hampir dipastikan akan berlangsung dua putaran. Hal ini dikarenakan dari tiga pasang calon yang bertarung, tidak ada yang mendapatkan suara di atas 50 persen.

Berdasarkan hasil quick count sejumlah lembaga survei dan hasil sementara KPU, yang bakal melaju ke putaran kedua adalah pasangan Basuki T. Purnama-Djarot Saiful Hidayat dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.

Pengamat Politik dari Forum Studi Lintas (FOSIL) Luthfi Amin mengatakan kedua paslon ini dipastikan akan memperebutkan suara Agus-Sylvi di samping berupaya agar suara yang diperolehnya tidak tercuri. Menurut Luthfi, salah satu caranya adalah membangun tambahan koalisi.

"Namun, kesalahan dalam memilih koalisi bisa berakibat fatal, tidak hanya berakibat tak menambah suara, tetapi juga bisa menurunkan perolehan suara Ahok-Djarot di putaran kedua," ujar Luthfi di Jakarta, Jumat, 17 Februari 2017.

Salah satunya, kata Luthfi, jika Ahok-Djarot menjalin koalisi dengan Partai Demokrat. Menurut dia, koalisi dengan Partai Demokrat diyakini tidak akan menambah suara bagi Ahok-Djarot, bahkan justru bisa mengurangi perolehan suaranya. Pasalnya, loyalis-tradisional PDI Perjuangan dan Megawati Soekarnoputri akan hengkang dari pemilih Ahok-Djarot.

"Padahal PDIP adalah mesin politik yang bergerak dan menjadi pilar utama penopang kemenangan Paslon Ahok-Djarot," tanda dia.

Hal serupa, kata dia juga bisa terjadi jika Ahok-Djarot menjalin koalisi dengan PPP kubu Romahurmuziy. Menurut dia, koalisi dengan PPP kubu Romi hanya seperti ingin mendapatkan dukungan dari 'buih' karena koalisi tersebut tidak bisa menambah suara Ahok-Djarot, tetapi justru akan menggerogoti perolehan suara Ahok-Djarot.

"PPP Romahurmuziy secara tradisional adalah masyarakat Islam garis keras terutama alumni 411, 212 dan 112. Dukungan dari Romi dkk juga hanya bersifat simbolis dan elitis dan tidak bisa mempengaruhi grassroot," jelas dia.

Selain itu, lanjut Luthfi salah satu faktor kekalahan Agus-Sylvi di Pilkada DKI Jakarta juga karena mesin politik Romi tidak bekerja. Bahkan dia menilai PPP Romi tidak mempunyai dukungan akar rumput dan konsep yang jelas untuk memenangkan kandidat yang didukungnya.

"Itu terbukti dengan kekalahan paslon yang didukung PPP kubu Romi di beberapa daerah berdasarkan perhitungan quick count. Tak hanya di DKI Jakarta, tetapi juga di Pilkada Banten, Balbel, Gorontalo dan Cimahi," kata dia.

Lebih lanjut, dia menilai kehadiran PPP kubu Romi di koalisi Ahok-Djarot bakal berisiko mengurangi kinerja mesin politik PPP kubu Djan Faridz. Padahal, kata dia, PPP Djan Faridz telah terbukti mampu mewarnai stigma dukungan umat Islam kepada pasangan Ahok-Djarot di putaran pertama.

"Mesin Politik PPP Djan Faridz bergerak efektif, baik melalui organ partai maupun sayap Partai. Ditambah faktor Djan Faridz sendiri yang bisa pengaruhi suara pemilih. Tidak heran apabila dalam putaran pertama, pemilih di Tanah Abang serta kantong-kantong tradisional PPP dan Nahdhiyyin banyak dimenangkan oleh Ahok-Djarot," ungkap dia.

Karena itu, Luthfi berharap Ahok-Djarot membangun koalisi yang selektif, efektif dan efisien. Menurutnya, salah membangun koalisi bisa menjadi langkah bunuh diri politik bagi Ahok-Djarot.

"Lebih efektif kalau Ahok-Djarot memilih jalin koalisi dengan PAN dan PKB untuk menambah suara di putaran dua tanpa beresiko menggerus suara yang sudah diperoleh," pungkas dia. (beritasatu)

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »