Tegur Keras Penebar Isu SARA di Pilkada DKI, Buya Syafii Ma'arif: Jangan Membajak Tuhan

Tegur Keras Penebar Isu SARA di Pilkada DKI, Buya Syafii Ma'arif: Jangan Membajak Tuhan
BENTENGSUMBAR.COM - Isu suku ras agama dan antargolongan (SARA) di Pilkada DKI Jakarta, menjadi salah satu pembicaraan Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat dengan tokoh Muhammadiyah Syafii Maarif. 

Guru Besar Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ini menegur para penebar isu SARA, termasuk soal spanduk larangan mensalatkan jenazah pendukung penista agama.

"Itu pekerjaan orang-orang yang tak ada kerjaan. Jangan membajak Tuhan. Itu orang putus asa yang kemudian orang itu menjadi kalap. Janganlah seperti itu," ungkap mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ini di kediamannya, kawasan Nogotirto, Sleman, DIY, Kamis, 2 Maret 2017.

Kepada Djarot, Buya Syafii juga berpesan agar ketimpangan sosial di Jakarta harus diatasi. Dia berharap Jakarta bisa bebas dari kemiskinan.

"Saya berharap Jakarta harus memelopori program (pengentasan kemiskinan). Jakarta harus dibebaskan dari kemiskinan. Kalau tidak bisa jangan ngomong," terangnya.

Buya Syafii memaparkan bahwa kondisi Jakarta saat ini mulai membaik. Meskipun demikian lanjut Buya Syafii, kantong-kantong kemiskinan masih ada di Jakarta.

"Ke depan harus sudah tidak ada lagi kantong-kantong kemiskinan di Jakarta. Jakarta harus bebas kemiskinan," tutur Buya Syafii.

Buya Syafii membantah mendukung salah satu calon Pilkada DKI.

Tuhan Kok Diajak Kampanye

Jauh hari sebelumnya, ulama kharismatik Nahdlatul Ulama (NU) KH Mustafa Bisri yang akrab disapa Gus Mus mengaku prihatin dengan sejumlah kelompok yang kerap memanfaatkan agama demi kepuasan nafsu politiknya. 

Menurutnya, selain mencoreng citra agama, sikap ini merupakan cermin ketidakmampuan mengenali Tuhannya. Ia menegaskan, mengikutsertakan agama untuk kepentingan tertentu, seperti kampanye politik adalah tindakan berlebihan.

"Gusti Allah diajak kampanye. Kebangetan tenan, kurang ajare nemen banget. Gusti Allah kok diajak kampanye. Kalau nggak bisa berpolitik, ya nggak usah berpolitik lah," pintanya, sebagaimana dikutip dari NUOnline. 

Menurutnya, perilaku keberagamaan harus ditunjukkan secara sederhana dan bijaksana. Tak cukup mengandalkan semangat mencintai Allah, tanpa disertai pengenalan secara mendalam tentang Allah.

"Kita lihat kembali, Allah itu apa? Jangan-jangan kita Allahu Akbar Allahu Akbar tapi nggak tahu Allah itu segede apa. Atau jangan-jangan kita selalu bilang Allahu Akbar tapi pikiran kita sama sekali tidak ke Allah," tegas kiai asal Rembang, Jawa Tengah ini.

Bagi Gus Mus, mencintai Allah tanpa mengenalinya hanya berbuntut pengagungan pendapat sendiri. Akibatnya, yang bersangkutan menganggap perlu mengadakan pembelaan kepada Tuhan, termasuk dengan jalan kekerasan.

"Lha wong agama kok dibuat ngerusak. Itu kan aneh bin ajaib. Gusti Allah itu ar-Rahman, ar-Rahim, al-Lathif. Lha kok ngerusakan, iku piye?" tuturnya. (Merdeka/NUOnline)

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »