Ogah Tanggapi Pernyataan Panglima TNI, Polri Pastikan Proses Penyidikan Kasus Dugaan Makar Tetap Berjalan

Ogah Tanggapi Pernyataan Panglima TNI, Polri Pastikan Proses Penyidikan Kasus Dugaan Makar Tetap Berjalan
BENTENGSUMBAR.COM - Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo tersinggung jika aksi umat Islam digelar untuk berbuat makar terhadap presiden Joko Widodo. Meski begitu, disisi lain jajaran kepolisian sudah menangkap tersangka dugaan makar sebanyak 13 orang.

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Setyo Wasisto enggan menanggapi komentar Gatot. Hanya saja dia memastikan, proses penyidikan kasus dugaan makar tetap berjalan.

“Tanya Panglima saja itu ya. (Soal kasus makar) dalam proses penyidikan. Sedang lakukan penyidikan tolong sabar,” kata Setyo di Jakarta, Sabtu, 6 Mei 2017.

Perihal penetapan tersangka, kata Setyo, penyidik sudah berhati-hati. Dia mengklaim penetapan tersangka telah sesuai dengan prosedur. “Penetapan tersangka sudah memenuhi prosedur yang harus dilalui. Bukti ada bukti. Bukti kan pasti ada.”

Meski kasusnya sudah berbulan-bulan, diketahui belum ada satupun berkas tersangka makar dilimpahkan ke Kejaksaan. Setyo menuturkan, masih perlu waktu penyidik menuntaskan kasus ini.

Wiranto Akan Panggil Gatot dan Tito

Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan (menkopolhukam) Wiranto akan segera memanggil Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dan Kepala Polri Tito Karnavian.

Pernyataan ini disampaikan Wiranto menjawab wartawan yang mempertanyakaan pernyataan panglima TNI Gatot yang secara tegas menolak adanya upaya kudeta dalam aksi bela Islam di Jakarta. Pernyataan ini jelas bersebarangan dengan kepolisian dibawah pimpinan Kapolri Tito yang menyatakan adanya upaya makar dan telah mengamankan pihak-pihak yang diduga melakukan makar terhadap presiden Joko Widodo tersebut.

"Nanti akan saya kumpulkan (panglima TNI dan Kapolri) untuk menjawab pertanyaan kamu ya," kata Wiranto kepada wartawan di gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Sabtu, 6 Mei 2017.

Sebelumnya, panglima TNI Gatot menegaskan tidak melihat bahwa aksi bela Islam termasuk Aksi Simpatik 55 akan didompleng kelompok tertentu untuk melakukan makar alias kudetata terhadap Presiden Joko Widodo.

Diketahui, Aksi Simpatik 55 yang domotori Gerakan Nasional Pembela Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) hari ini (Jumat, 5/5), bertujuan untuk mendukung independensi hakim dalam kasus dugaan penodaan agama yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

"Tidak (didompleng)," tegas Panglima TNI dalam acara talkshow #PanglimaDiRosi di Kompas TV, Jumat, 5 Mei 2017.

Dengan muka dingin dan sedikit senyum, Panglima TNI mengaku tersingggung dengan pertanyaan presenter Rosiana Silalahi.

"Kudeta Presiden Jokowi, saya agak tersinggung dikatakan seperti itu, karena saya sebagai umat Islam juga," kata Panglima TNI.

Jelas Panglima TNI, para kiai dan ulama adalah motor perjuangan merebut kemerdekaan. Mereka bergerak bersama santi dan masyarakat, gotong royong.

"Kenapa, karena mayoritas masyarakat Indonesia adalah muslim," ungkapnya.

"Jadi yang memerdekakan bangsa ini adalah mayoritas umat Islam, umat Katolik, umat Hindu, umat Buddha, dari berbagai macam suku yang tinggal di sini," tegas Panglima TNI menambahkan.

Dengan asumsi, masyoritas umat Islam yang telah mati-matian merebut kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan, maka tidak mungkin menghancurkannya.

"Masa mayoritas Islam yang memerdekakan bangsa ini (melakukan kudeta/makar)?" ujar Panglima TNI.

"Itu tidak mungkin, buktinya Aksi 411 dan Aksi 212 damai, aman, dan tertib. Ini kan berita hoax saja yang menyampaikan seperti itu (kudeta/makar). Sehingga menakut-nakuti kita semuanya. Jangan takut, karena Indonesia tidak bisa ditakut-takuti, karena kita adalah kumpulan manusia yang berjiwa satria dan patriot," tukas Panglima TNI menegaskan.

(Buya/aktual/rmol)

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »