Dialog Interaktif di RRI, Wawako: Pemuda Jangan Skeptis, Harus Punya Ide Baru

Dialog Interaktif di RRI, Wawako: Pemuda Jangan Skeptis, Harus Punya Ide Baru
BENTENGSUMBAR. COM - Wakil Wali Kota Padang Emzalmi Zaini melakukan dialog interaktif di RRI Padang, Rabu, 1 November 2017 malam. Tema yang dibahas kali ini menyoal mengatasi "Sikap Skeptis yang Dapat Merusak Momen Sumpah Pemuda".

Pada kesempatan itu Emzalmi mengatakan, para pemuda adalah harapan bangsa. Peran pemuda dengan intelektualitasnya haruslah membawa pergerakan baru untuk membentuk kemajuan bangsa. 

"Generasi muda seharusnya menjadi generasi yang paling dapat diandalkan. Karena di usia mereka yang fresh dan produktif, diharapkan dapat menjadi generasi penerus yang bisa menjadi penggebrak untuk membangun negeri ini," urainya.

Keberadaan pemuda saat ini, jelas Emzalmi, diharapkan dapat memberikan angin segar dengan ide-ide baru yang brilian pada setiap bidang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara seperti ekonomi, sosial budaya, keagamaan dan politik.

"Kami mengharapkan akan lebih banyak lagi ke depannya tokoh-tokoh muda Indonesia yang menjadi penggerak perubahan. Tidak hanya di bidang ekonomi atau pendidikan, tetapi dari berbagai bidang kehidupan," ungkapnya. 

Namun sayangnya, tukuk Emzalmi, banyak pemuda masa kini yang rusak moralitasnya. Banyaknya pelajar yang suka bertindak anarkis atau tawuran, berbuat asusila, atau terlalu konsumtif dengan menghambur-hamburkan uang orang tuanya.

“Kita mengatakan, "Berbangsa satu, Bangsa Indonesia", namun mengapa masih saja ada kerusuhan dan tawuran antar pelajar atau mahasiswa. Kita menegaskan, "Bertanah air satu", namun mengapa begitu banyak anak-anak muda yang terjerat dalam tindak kriminalitas," terangnya. 

"Kita mengatakan, "Berbahasa satu, Bahasa Indonesia", namun mengapa justru anak mudalah yang "merusak" tatanan Bahasa Indonesia yang baik dan benar tersebut dalam cara berkomunikasinya. Khususnya dalam aktivitas di media sosial dari para anak-anak muda masa kini,” lanjutnya.

Wawako pun menyampaikan kenangan masa kecil, remaja dan mudanya. Ia mengatakan, dulu semasa masih kecil sampai beranjak dewasa, setiap ada kegiatan masyarakat seperti kerja bakti, kegiatan keagamaan, atau adat istiadat, para pemuda pasti berperan aktif untuk ikut serta dalam acara ini. 

"Tapi kita lihat saat ini, rasanya para pemuda sudah tidak terlalu peduli pada acara seperti itu. Pemuda sekarang lebih suka hal-hal yang bersifat kesenangan dan hura-hura yang hanya mengisi kesenangan batinnya saja," pungkas wawako.

Salah seorang perwakilan mahasiswa yang ikut pada dialog interaktif itu, Ivan mengungkapkan persoalan moral generasi muda saat ini. Ia berpandangan, genarasi muda saat ini memiliki moral yang tidak cukup baik. Untuk itu, generasi muda harus memperbaikinya.

"Mahasiswa ayo mendukung pemerintah dan jangan suudzon terhadap pemerintah. Mari kita bersama berjuang khususnya di  Kota Padang tercinta ini," ajaknya. 

Ia mengatakan, generasi muda itu seharusnya generasi penerus bangsa, kader bangsa, kader masyarakat, dan kader keluarga. Di tangan pemudalah nasib bangsa ditentukan. 

"Namun, apabila kita lihat zaman sekarang, karya-karya besar yang dihasilkan para pemuda zaman dahulu rasanya sudah mulai rusak karena pengaruh era globalisasi. Seharusnya seiring dengan berkembangnya teknologi dan kemajuan komunikasi, kita harus semakin peduli dan peka terhadap lingkungan sekitar," ungkapnya. 

Dikatakannya, pemuda dituntut untuk berperan aktif dalam berkontribusi untuk masyarakat di sekitarnya. Tapi yang terjadi saat ini justru banyak pemuda yang sepertinya tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya.

"Karena persatuan para pemuda kala itulah, dengan semangat nasionalisme dan patriotisme mereka berhasil menyatukan perjuangan rakyat Indonesia dari berbagai wilayah, sampai akhirnya dapat menghantarkan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia," cakapnya. 

Kini setelah Indonesia merdeka, kata Ivan, cara yang dipakai oleh pemuda masa kini untuk memaknai Sumpah Pemuda adalah dengan menorehkan prestasi dalam ajang kompetisi nasional maupun internasional. Selain itu, mereka juga harus membuat inovasi pada bidang teknologi, kuliner, dan wirausaha muda.

"Sebagian pemuda telah menorehkan prestasi di segala bidang. Untuk itu, mari kita kembangkan, kita tularkan," ajaknya. 

Di samping itu, jelas Ivan, yang patut diperhatikan adalah banyak generasi muda saat ini yang masih mengalami krisis identitas diri dan kebangsaan. Ini ditandai dengan munculnya berbagai aksi atau tindakan tidak terpuji oleh pemuda yang sedang mengalami disorientasi tersebut. 

"Mulai dari merebaknya gaya hidup hedonis, alay, hingga aksi anarkis di lingkungan pergaulan pemuda Indonesia masa kini. Selain itu, banyak pemuda yang semakin apatis, sehingga cenderung tak acuh pada masalah yang dihadapi oleh bangsanya. Semakin sedikit pemuda yang mau berkontribusi untuk bangsa kita ini," ujarnya.

"Pernahkah sebagai pemuda Indonesia masa kini, kita membayangkan betapa berat dan sengsaranya perjuangan pemuda Indonesia kala itu dalam turut serta merebut kemerdekaan Indonesia? Pernahkah kita merasa berhutang budi, bahkan berhutang jasa kepada mereka para pemuda kusuma bangsa pendahulu kita? Lalu sudah merasa hebatkah diri kita dengan berlagak sok-sokan, merasa paling hebat dan unggul, rajin tawuran seperti yang terjadi belakangan ini? Apakah seperti itu balasan kita atas jasa-jasa perjuangan Pemuda Indonesia kala itu?” cakapnya.

Menurut Ivan, melalui momen Sumpah Pemuda, seharusnya dapat mengembalikan semangat nasionalisme dan patriotisme pada pemuda Indonesia, sehingga tak ada lagi pemuda yang krisis identitas diri dan apatis terhadap keadaan bangsanya.

Tak hanya itu, katanya lagi, sebagai pemuda janganlah hanya bisa menuntut terhadap perubahan yang instan tanpa memberikan solusi dan tindakan progresif yang nyata. Sudah saatnya para pemuda masa kini berkomitmen memberikan pengabdian dan karya nyatanya pada nusa dan bangsa.

"Pemuda Indonesia sebetulnya masih bisa mengubah bangsanya menjadi bangsa yang lebih baik. Berbagai permasalahan bangsa yang ada merupakan sebuah tantangan zaman yang tak dapat dihindari. Hal inilah yang harus diperhatikan," ujarnya.

Ironisnya, pemuda masa kini telah menampakkan sikap apatis terhadap persoalan yang dihadapi oleh bangsanya. Kemudian ini bisa dimanfaatkan oleh beberapa kelompok yang berlindung dibalik nama demokrasi demi kepentingan pribadi mereka.

Muhammad Fatjri Chai, mahasiswa Fakultas Hukum Unand Padang  berpendapat, jika hal tersebut terjadi, seperti yang sudah banyak disaksikan, akhirnya sistem pendidikan sering dikesampingkan, identitas budaya masyarakat dikebiri, hukum dijadikan permainan dan sistem peradilan tumpul oleh para elitis, dan sumber daya alam Indonesia yang semakin habis dieksploitasi secara massal. 

"Masalah yang kita hadapi kini adalah ketika para pemuda hanya bisa diam menatap nanar praktik kolonialisasi, seakan-akan mereka “menerima” dengan sukarela untuk “dijajah”. Untuk itu, spirit sumpah pemuda jangan hanya dijadikan hiasan sejarah yang menunggu usang hingga akhirnya tidak memberi makna apapun kini ataupun besok," tegasnya. 

Menurutnya, nilai-nilai sumpah pemuda tidak boleh dipandang sebagai nilai yang statis, tapi sebagai nilai yang dinamis dan dialektis. Semangat dari nilai sumpah pemuda tidak boleh berakhir ketika Indonesia mendeklarasikan medeka pada 17 Agustus 1945 saja. 

"Reaktualisasi nilai-nilai sumpah pemuda harus bersifat dinamis mengingat tantangan zaman yang begitu kuat dihadapan kita," tegasnya. 

Sementara itu, Ami Hamidah, mahasiswa Unand Padang menuturkan, predikat agent of changes yang diamanatkan oleh generasi masa lalu adalah sebuah amanat yang harus dilaksanakan. Pemuda harus senantiasa berada di garda terdepan dalam mengusung gerakan untuk perubahan sosial yang meliputi aspek-aspek sosial, pendidikan, budaya, dan hukum di Indonesia. Karena semua permasalahan ini penggerak utamanya adalah para pemuda.

"Mungkin kita tidak akan pernah bisa berdiri sendiri seperti sekarang. Untuk bisa terbebas dari “penjajahan” halus yang ada saat ini, harus dibutuhkan lebih banyak pemuda yang dapat mengubah potret kelam Indonesia," ungkapnya. 

Untuk itu, kata Ami, janganlah meninggalkan sumpah pemuda hanya sebagai sebuah kenangan dan sejarah, tetapi harus benar-benar memaknainya dan kembali menjadi inspirasi baru untuk membawa Indonesia ke arah yang lebih baik.

(by/dp)

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »