Terinspirasi Suku Badui, Anies Ingin Warga DKI Memandang Kaki Sebagai Alat Transportasi

Terinspirasi Suku Badui, Anies Ingin Warga DKI Memandang Kaki Sebagai Alat Transportasi
BENTENGSUMBAR.COM - Visi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mendorong masyarakat hidup sehat lewat berjalan kaki, semakin nyata.

Anies Baswedan mengaku akan terus memperlebar trotoar sekaligus menyempitkan ruang jalan Ibu Kota.

Pernyataan tersebut ia sampaikan seusai mencanangkan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-492 DKI Jakarta di Taman O, Jalan Bulak Ringin, Cibubur, Ciracas, Jakarta Timur, Sabtu, 27 April 2019.

Anies Baswedan beralasan, konsep trotoar yang diusungnya merujuk pada kaki sebagai alat transportasi, yang katanya semakin jarang digunakan karena kemudahan transportasi saat ini.

"Apa alat transportasi yang hampir semua orang punya? Kaki. Kaki adalah alat transportasi yang insyaallah kita semua punya," katanya.

"Tapi kita seringkali kalau mikir transportasi, tidak memikirkan kaki. Segalanya langsung naik motor, naik mobil," sambung Anies Baswedan.

"Efeknya apa? Kita juga di pemerintahan, membangun jalan roda untuk roda. Kita tidak membangun jalan untuk kaki. Karena kita tidak memandang kaki sebagai alat transportasi. Inilah yang saya tadi maksud," jelasnya.

Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan menyulap seluruh trotoar menjadi lebih lebar.

Sehingga, seluruh warga Jakarta akan sering berjalan kaki, ketimbang menumpang kendaraan umum untuk berpindah tempat.

"Perubahan wajah baru itu bukan fisiknya saja. Cara pandangnya berubah. Begitu kita memandang kaki sebagai alat transportasi, maka kami pemerintah menyiapkan trotoarnya," tuturnya.

"Warga lebih sering berjalan kaki di dalam kota. Terbayang ya wajah baru itu bukan sekadar fisiknya, tapi belakangnya itu," imbuh Anies Baswedan.

"Kita ingin masyarakat Jakarta yang lebih sehat. Sehat tidak kalau berjalan kaki? Sehat. Tapi makin hari, kita makin sedikit yang mau jalan kaki. Nah, pemerintah akan bangun lebih banyak lagi trotoar," paparnya.

Konsep jalan kaki yang dikedepankannya, kata Anies Baswedan, tidak terlepas dari beragam kritik masyarakat.

Namun, dirinya meyakini kebiasaan berjalan kaki seperti yang dilakukan oleh kebanyakan suku Badui, Banten, merupakan bukti nyata pentingnya kaki sebagai alat transportasi.

"Banyak yang tanya sama saya, kenapa trotoar-trotoarnya lebar-lebar sekali, jalannya kecil? Karena yang bertanya tidak membayangkan kaki sebagai alat transportasi. Jadi sering-seringlah menggunakan kaki untuk alat transportasi," saran Anies Baswedan.

"Ada satu suku di Jawa ini yang ke mana-mana berjalan kaki. Namanya suku Badui. Ia meyakini betul bahwa kaki adalah alat transportasi," ucapnya.

"Nah, kita ingin di Jakarta, kaki digunakan, sepeda digunakan, motor tentu boleh, tapi kendaraan umum juga kita dorong," ujarnya.

"Jadi, inilah contoh bahwa kita ingin terjadi perubahan Jakarta bukan hanya secara fisik, tetapi perubahan secara cara pandang. Itu yang ingin kita lakukan," jelasnya.

Sebelumnya, Anies Baswedan meresmikaan tiga Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di kawasan Senayan, Jakarta Pusat.

Ketiganya adalah JPO Bundaran Senayan, JPO Gelora Bung Karno (GBK), dan JPO Polda Metro Jaya.

Ia menyebut JPO kekinian merupakan babak baru dalam penataan Ibu Kota, untuk memberikan rasa nyaman terhadap para pejalan kaki.

"Kita berharap ini menjadi babak baru bagi penataan kota," ujar Anies Baswedan di JPO Gelora Bung Karno, Kamis, 28 Februari 2019.

Namun, tuntasnya ketiga JPO ini molor dari target yang telah ditetapkan, yakni pada akhir Desember 2018 lalu.

Saat peresmian ini pun masih ada fasilitas yang belum rampung, yakni lift di sisi kanan dan kiri untuk para penyandang disabilitas.

Bahkan, JPO Polda Metro Jaya belum bisa digunakan untuk umum, karena masih dalam proses finishing.

Meski begitu, Anies Baswedan berharap pembangunan JPO ini bisa memenuhi kebutuhan warga Jakarta yang berjalan kaki.

JPO yang didesain artisitik dan dihiasi banyak lampu LED bisa menampilkan suasana keindahan.

"Perlu digarisbawahi seluruh jajaran, bahwa berjalan kaki tak boleh hanya sebatas perjalanan. Berjalan kaki harus menjadi pengalaman, karena itu rancangan yang dibuat untuk pejalan kaki termasuk trotoar dan JPO, harus memberikan pengalaman yang baru," papar Anies Baswedan.

Tak hanya itu, Anies Baswedan juga mengklaim adanya tiga JPO artistik pertama di Jakarta ini, sebagai tanda kesetaran bagi semua warga, terlebih untuk penyandang disabilitas.

"Ini juga dirancang ramah bagi disabilitas, agar kota kita menjadi contoh bahwa kesetaraan ada pada semua aspek, termasuk kesetaraan fasilitas bagi semua warga yang ada di Ibu Kota, khususnya bagi saudara kita penyandang disabilitas," tuturnya.

Total anggaran yang dibutuhkan untuk membangun tiga JPO Kekinian ini mencapai Rp 56 miliar. Rinciannya, anggaran JPO Bundaran Senayan Rp 17,4 miliar, JPO GBK Rp 18,5 miliar, JPO PMJ Rp 19,3 miliar, dan jasa konsultan sekitar Rp 1 miliar.

Nominal tersebut sudah termasuk pemasangan lift, instalasi listrik, dan penerangan dengan sistem panel surya.

Namun, belum termasuk biaya akses ramp ke halte busway untuk mempermudah para disabilitas menuju halte Transjakarta, menggunakan kursi roda.

Pada JPO kekinian ini nantinya akan dilengkapi pencahayaan warna-warni dan dipasangi kamera closed circuit television (CCTV) untuk keamanan.

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meresmikan tiga Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di kawasan Senayan, Jakarta Pusat.

Ketiganya adalah JPO Bundaran Senayan, JPO Gelora Bung Karno (GBK), dan JPO Polda Metro Jaya.

Saat seremonial peresmian dilakukan, Anies Baswedan didampingi oleh Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta Hari Nugroho, Sekretaris Daerah Saefullah, Wali Kota Jakarta Selatan Marullah Matali, Wali Kota Jakarta Pusat Bayu Meghantara, dan Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup Yusmada Faizal.

"Dengan mengucap Bismillah, JPO Bundaran Senanyan, JPO Gelora Bung Karno, dan JPO Polda Metro Jaya secara resmi dinyatakan digunakan," ujar Anies Baswedan di lokasi, Kamis, 28 Februari 2019.

Dalam sambutannya, Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta Hari Nugroho memberikan laporan kepada Anies Baswedan, bahwa tiga JPO ini sudah rampung dibagun dan sudah bisa digunakan publik.

Hanya, satu dari tiga JPO ini, yakni JPO Polda Metro Jaya, belum rampung 100 persen karena masih dalam proses finishing.

"Tiga JPO sudah selasai secara struktur dan fungsi. Khusus untuk JPO Polda Metro Jaya, saat ini masih dalam penataan trotoar. Sementara, kedua JPO yang lain sudah bisa selesai dan digunakan," kata Hari Nugroho.

Sementara, Anies Baswedan mengatakan, proyek JPO ini bakal menjadi salah satu ikon baru di Ibu Kota.

Sebab, belum diresmikan saja sudah banyak yang menggunakan tiga JPO ini sebagai tempat swafoto.

Seusai melakukan seremonial peresmian, rombongan Gubernur lalu meninjau JPO GBK.

Saat memasuki JPO ini, para pejalan kaki disambut lantai yang terbuat dari kayu, sehingga memberikan kesan elegan dipandang mata.

Sayangnya, lantai kayu ini tidak senyaman lantai pada umumnya, sebab agak licin saat diinjak.

Proses pembangunan JPO dilakukan sekitar empat bulan sejak Oktober 2018.

(Source: tribunnews.com)

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »