Diantara Dua Mudik

Diantara Dua Mudik
KATA mudik pada setiap tahun selalu populer di Indonesia. Pada sesi akhir dari bulan Ramadhan atau seminggu menjelang lebaran, kata mudik banyak kita dengar dan kita baca dari media yang beragam.

Namun tahukah kita apa arti kata mudik yang sesungguhnya? 

Menurut kamus besar bahasa indonesia mudik berarti berlayar atau pergi ke udik atau hulu sungai di daerah pedalaman. Kata mudik juga diartikan sebagai orang yang melakukan perjalanan pulang ke kampung halamannya setelah lama merantau.

Dapat diartikan hulu sungai disini adalah asal atau sumber mata air pertama sebelum air itu mengalir sampai ke hilir atau muara. Sedangkan kampung halaman adalah daerah tempat kelahiran atau daerah asal seseorang sebelum dia pergi merantau ke daerah lain.

Mudik telah menjadi budaya di Indonesia terutama bagi orang yang sedang merantau jauh dari kampung halamannya.

Hal serupa juga berlaku bagi orang Minang yang merantau ke daerah lain. 

Idealnya, bagi orang Minang selama lamanya di rantau suatu saat masih tetap ingin pulang ke kampung halamannya. 

Pepatah adat mengatakan:

Satinggi tinggi tabangyo bangau pulangnyo ka kubangan juo
sajauah jauah pai marantau pulangnyo ka kampuang juo

(Setinggi terbangnya bangau, hinggapnya di kubangan juga, sejauh jauh pergi merantau pulangnya ke kampung juga).

Selain itu bagi orang Minang sebenarnya merantau itu sifatnya sementara dan suatu saat akan kembali pulang ke kampung halamannya. 

Hal ini sesuai dengan pepatah adat:

Karatau madang di hulu
Babuah babungo balun
Ka rantau bujang dahulu
Di kampuang paguno balun

(Laki-laki di Minangkabau disuruh pergi merantau karena di kampung belum bisa berbuat apa apa). 

Merantau bagi orang Minang adalah suatu pilihan dan mudik adalah suatu keharusan jika di rantau sudah berhasil mengumpulkan "modal" yang dapat digunakan untuk membangun kampung halaman.

Jika dilihat dari kacamata agama mudik bisa diartikan kembali ke asal (hulu) kejadian dari tempat merantau (hilir) yaitu dunia. Mudik dapat diartikan kembali ke pada Tuhan  sebagai sumber penciptaan seseorang sebagai manusia.

Mudik dapat disebut juga kembali ke asal kejadian (kambali ka asa). Sebagai makhluk ciptaan Tuhan maka manusia akan kembali menghadap kepada Tuhan.

"Sesungguhnya kita milik Allah (dari Allah) dan kepada-Nya kita kembali.” (QS Al Baqarah: 156).

Dapat disimpulkan ada dua arti mudik disini yaitu: pertama, pulang ke kampung halaman dari tempat merantau. Kedua, pulang ke asal kejadian menghadap kepada Tuhan yang menciptakan semua manusia.

Kedua jenis mudik ini sama-sama mengumpulkan modal di perantauan, modal berupa ilmu, harta, pangkat dan jabatan pada satu sisi untuk dibawa ke kampung dan modal berupa amal ibadah dan amal-amal kebajikan kepada sesama manusia sebagai bekal menghadap kepada Tuhan. 

Kegagalan di daerah rantau membuat seseorang malu untuk pulang ke kampung halamannya dan menetap diperantauan. Merantau seperti ini dikenal dengan istilah "Marantau Cino". 

Apakah kegagalan diperantauan dunia juga akan membuat sesorang malu untuk bertemu dengan Tuhan-Nya??

Satu hal yang pasti adalah bahwa kegagalan manusia diperantauan dunia dalam mengumpulkan sesuatu untuk menghadap Tuhan tidak serta merta membuat dia bisa bertahan hidup selamanya. 

Ajal seseorang membuatnya terpaksa "mudik" menuju penciptanya walau dengan bekal alakadarnya karena perantau pada hakikatnya berada diantara dua mudik.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1440 H.
Mohon Maaf Lahir dan Bathin

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »