Dua Guru Besar PTN di Padang Bedah Buku Berkhidmat Untuk NU di Ranah Minang

Dua Guru Besar PTN di Padang Bedah Buku Berkhidmat Untuk NU di Ranah Minang
BENTENGSUMBAR.COM - Dua guru besar dari perguruan tinggi negeri di Padang bedah buku Berkhidmat Untuk NU di Ranah Minang (1994-2014) yang ditulis Armaidi Tanjung. Masing-masing Guru besar Universitas Islam Negeri Imam Bonjol (UIN IB) Padang Prof. Dr. H.Asasriwarni, MH, dan guru besar Universitas Negeri Padang (UNP) Prof. Dr.H. Syahrial Bakhtiar, M.Pd. Selain itu, juga tampil kandidat doctor Universitas Andalas Padang Dr. (C) Hary Efendi Iskandar, SS, M.A.

Bedah buku yang berlangsung di aula PWNU Sumatera Barat jalan Ciliwung No. 10 Padang, Selasa, 26 November 2019 malam, dimoderatori dosen UIN IB Padang Aidil Aulya, S.H.I, M.A.Hk berlangsung meriah dan antusias peserta yang mayoritas dihadiri kader muda NU di Sumatera Barat. 

Asasriwarni mengatakan, bedah buku NU di Sumatera Barat ini merupakan yang pertama. Karena itu, kehadiran buku yang ditulis Armaidi Tanjung luar biasa. 

"Buku ini membukakan mata kita tentang kehadiran dan aktifitasnya yang selama ini mungkin saja sudah dilupakan. Secara pribadi buku ini mengingatkan saya terhadap apa yang sudah dilakukan NU masa lalu. Bahkan saya yang pernah terlibat dalam kegiatan NU itu sendiri sudah lupa. Setelah membaca buku ini, ternyata pernah melakukan suatu kegiatan di NU,” kata Asasriwarni mantan Rais Syuriah PWNU Sumbar 2010-2014. 

Menurut Asasriwarni, dengan latar belakang wartawan, Penulis buku mampu menyampaikan dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami.

"Buku ini patut menjadi rujukan bagi mahasiswa, peneliti, pemerhati NU dan kader-kader NU di Sumatera Barat,” tutur Asasriwarni yang juga memberikan pengantar di buku ini.

Guru besar UNP Syahrial Bakhtiar menambahkan, harus diakui, di kalangan akademisi tidak banyak orang di Sumatera Barat mengetahui NU Sumbar. Hal ini tentu disebabkan tidak adanya literatur ke-NU-an yang ditulis, baik dari kalangan NU sendiri maupun di luar NU Sumatera Barat. Berbeda dengan di Jawa, sangat banyak literatur yang ditulis kalangan akademisi baik dari dalam NU sendiri maupun di luar NU. Bahkan peneliti dari negara asing pun banyak yang menulis tentang NU.

“Apa yang ditulis dalam buku ini, terlihat apa adanya. Dengan latar belakang wartawan, sang penulis memang menyajikan apa adanya. Apalagi si penulis, juga termasuk pelaku di dalamnya. Tanpa buku, akan membuat orang dari nol kembali dalam menata organisasi. Jangan buat orang lain mulai dari nol. Kehadiran buku ini menghindari orang lain mulai dari nol tersebut,” tutur Syahrial Bakhtiar yang pernah aktif di Gerakan Pemuda Ansor Sumatera Barat di era 1980-an. 

Dosen Universitas Andalas Hary Effendi Iskandar menyebutkan, buku ini menjawab banyak hal terkait NU di Sumatera Barat pada rentang 1994-2014. Banyak informasi simpang siur, ternyata buku ini mampu menjawabnya. Apalagi diantara pelaku di dalam buku ini masih hidup saat ini.

“Karenanya, jika ada banyak beda tafsir, sebuah karya buku wajar saja. Buku ini luar biasa mampu menyajikan dengan arsip dan dokumen yang dimiliki si penulisnya. Yang tidak setuju, silakan saja tulis sehingga akan melahirkan buku berikutnya,” kata Hary Effendi.

"Yang saya salut kepada penulisnya adalah dari latar belakang pendidikannya. S1-nya program studi kesejahteraan sosial STISIP YPKM Padang, S2-nya Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) IAIN IB Padang. Tapi mampu menulis buku sejarah seperti ini. Saya sendiri hingga kini masih belum mampu menulisnya. Ini menunjukkan ketekunan dan nilai lebih sang penulis,” kata Hary yang juga kader muda NU ini.

Moderator Aidil Aulya menyimpulkan, bedah buku ini ternyata menjadi silaturrahmi pikiran kalangan tokoh NU dan kader-kader muda NU di Sumatera Barat. Sebuah buku sejarah memiliki dimensi masa lalu, dimensi masa sekarang dan dimensi masa akan datang.

“Kehadiran buku ini yang menyampaikan perjalanan NU Sumbar masa lalu, akan memberikan spirit bagi NU Sumatera Barat saat ini dan masa mendatang. Semakin jauh ke depan, maka kehadiran buku ini semakin dirasakan penting untuk melihat masa lalu NU di Sumatera Barat,” kata Aidil.

Penulis buku Armaidi Tanjung mengatakan, ide penulisan buku karena seringnya mahasiswa yang datang mencari literatur ke-NU-an berskala Sumbar untuk menulis skripsi maupun tesis. Apalagi kader-kader muda NU yang ingin meneliti untuk kepentingan akademis. Mereka selalu terbentur tidak adanya literatur  buku yang bisa dijadikan bahan rujukan. 

“Tak kalah pentingnya, buku diharapkan menjadi catatan sejarah NU Sumbar sejak saya mengenal NU di Sumbar hingga 2014. Silakan penulis berikutnya melanjutkan, maupun menulisnya dari sisi berbeda,” kata Armaidi yang juga penulis buku, Pariaman Dulu, Kini dan Masa Depan ini.

(rel)

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »