Menelusuri Jejak Nenek Moyang Indonesia di Xian, Antara Muslim Hui dan Minangkabau

BENTENGSUMBAR.COM - Tak dapat dipungkiri, nenek moyang bangsa Indonesia terdiri dari berbagai bangsa yang berdagang dan singgah di Indonesia sejak dahulu. Jejaknya pun ada di Xian.

Ditemukan banyak kemiripan antara peninggalan sejarah, makanan dan kebiasaan muslim Hui yang mendiami Xian dengan yang terdapat di Indonesia khususnya di Minangkabau. 

Kuat dugaan bahwa Islam masuk ke Indonesia tidak hanya dibawa langsung oleh pedagang Arab, India dan Persia akan tetapi juga ada kontribusi dari Muslim Hui dari China yang juga dikenal sebagai bangsa pedagang dari zaman dahulu kala.

Jalur Sutera adalah sebuah jalur pedagangan kuno yang menghubungkan antara timur dan barat , mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengembangan kebudayaan China, India dan Roma. 

Istilah jalur sutera dipakai karena salah satu komoditas penting yang diperdagangkan adalah sutera dari Chang an ( salah satu distrik di Xian ) China. Para ahli sejarah menetapkan, bahwa Xian yang terletak di provinsi Shaanxi China tengah adalah titik nol kilometer dari jalur sutera.

Di tengah kota Xian saat ini dapat ditemui pemukiman penduduk minoritas muslim Hui yang hidup damai dan dapat beribadah dengan tenang. 

Islam telah masuk di Xian China sejak abad 7 Masehi, hal ini ditandai dengan masih kokoh berdirinya Masjid Raya Xian yang berdiri sejak abad 7 Masehi, tidak jauh dari Bell Tower dan moslem market di tengah kota Xian.

Moslem market merupakan salah satu kawasan perdagangan penting di Xian dan juga menjadi salah satu destinasi wisata terpenting di Xian. 

Di kawasan ini dapat ditemukan beragam makanan khas muslim Xian yang enak dan terjamin halal , termasuk juga produk sutera yang menjadi komoditas utama Xian dari zaman dahulu kala.

Menelusuri kawasan muslim Xian, serasa menyelusuri daerah yang familiar dengan kita, sangat dirasakan kehangatan dan keramahan khas muslim seperti yang dirasakan dimanapun di seluruh dunia. 

Wajah dan perawakan Muslim Hui terlihat berbeda dengan suku bangsa asli china, karena katanya dulu banyak kawin campur dengan pendatang dari Arab / Persia / Turki, pemuda pemudi Muslim Hui terlihat ganteng dan cantik.

Rasa betah di tengah komunitas muslim Hui juga ditunjang oleh menu kuliner yang seolah juga familiar dengan kita, dengan cita rasa yang luar biasa enak, sarat dengan bumbu dan lada.

Ditemukan beberapa penganan kecil yang baik rupa maupun rasanya mirip dengan yang terdapat di Indonesia. 

Contohnya Kipang kacang, wajik, kue sagun, seperti makanan kecil khas tradisional Minangkabau.

Aksesoris pakaian yang dikenakan, menunjukkan identitas muslim mereka di tengah keramaian.

Jilbab, peci, bahkan pemimpin muslim Hui mengenakan tutup kepala, mirip seperti Saluak yang digunakan oleh datuk-datuk, pemimpin adat di MinangKabau.

Gaya berpakaian nenek nenek Muslim Hui mirip sekali dengan gaya berpakaian nenek nenek di Minangkabau.

Begitu juga dengan arsitektur bangunan di Masjid Raya Xian, Masjid kuno yang terpelihara sejak tahun 700 M, ditemukan beberapa detail yang mempunyai kemiripan dengan yang terdapat di Indonesia.

Salah satunya adalah motif ukiran di salah satu sudut bangunan pelengkap masjid, mirip sekali dengan motif ukiran yang terdapat di Rumah Gadang, Rumah tradisional Minangkabau.

Apa dan bagaimana kok bisa terjadi kemiripan kemiripan seperti itu, sepertinya menarik untuk dipelajari , mungkin ada ahli sejarah yang berminat meneliti lebih jauh.

(Sumber: detikTravel)

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »