BENTENGSUMBAR.COM - Kepala Dinas Perdagangan Kota Padang Andre Algamar mengatakan, sampah organik yang ada di Pasar Raya Padang diolah menjadi pupuk organik bernama Pupuk Pasar Sampah (PSP) Vermikompos di lantai 5 Pasar Raya Padang.
"Pengelolaan sampah tersebut diinisiasi oleh Dinas Perdagangan Kota Padang," kata Andre Algamar, Selasa, 11 Agustus 2020.
Dinas Perdagangan mengajak kelompoknya untuk mengelola sampah menjadi pupuk sebagai percontohan pengelolaan sampah.
"Pengelola PSP Vermikompos ini dilakukan oleh sekelompok pemuda yang menamai diri Tumbuah Kambang Basamo Team," ungkapnya.
Salah seorang anggota kelompok ini Reki Kardiman mengatakan sampah organik dari Pasar Raya diolah menjadi pupuk dengan menggunakan media cacing.
Menurutnya, sampah organik banyak menumpuk di Pasar Raya Padang dan disayangkan hanya dibiarkan dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS).
"Sebelumnya kita sudah pernah juga di Padang, Painan, kali ini Dinas Perdagangan, mereka menyediakan anggaran dan tempat, kita membantu mengelolannya," kata Reki Kardiman, Selasa, 11 Agustus 2020.
Reki Kardiman mengatakan sampah yang bisa digunakan untuk pupuk, seperti sampah sayur-sayuran, seperti sayur kangkung, kol, sawi, dan lainnya.
Menurutnya, sampah sayuran ini dicacah bagian-bagian kecil.
Kemudian dicampurkan dengan kotoran sapi dan didiamkan selama beberapa minggu.
Selanjutnya dimasukan cacing lumbricus sp pada media semi kompos tersebut.
Proses memasukan cacing ini disebut Vermikompos.
Setelah beberapa lama cacing dipisahkan dengan medianya.
Kemudian dilakulan pengayakan dan dilakukan uji laboratorium dan uji lapangan.
"Satu ton sampah sayuran ini, kalau kita cacah menjadi 300 kg hasil cacah, dimakan cacing semuanya tetap 300 kg," ujarnya.
Reki Kardiman mengatakan dari satu ton sampah bisa menghasilkan produk yang sudah jadi sekitar 300 kg.
Kemudian dijual dengan harga Rp10.000 per kg yang dibungkus atau pakjing per 40 Kg.
Menurutnya, prosesnya pembuatan sampah menjadi pupuk ini perlu dikontrol, pengawasan dan waktu lama.
Terlebih untuk proses semi kompos membutuhkan waktu berminggu-minggu atau malah berbulan.
"Kalau barang jadinya, pasarannya bisa untuk untuk taman rumah tangga, bisa juga taman kota dan untuk pertanian bisa juga," tambahnya.
Menurutnya, Beda PSP Vermikompos dengan pupuk konvensional lebih menggunakan bahan alami, bukan kimiawi.
"Serta bisa meningkatkan kualitas tanaman, dan sudah memenuhi santar Indonesia atau SNI," tambahnya.
Reki mengatakan untuk produk PSP Vermikompos sudah dijual di Kota Padang dan ke luar Sumbar.
"Pengelolaan sampah di pasar ini masih model percontohan, karena baru mulai beberapa hari lalu sekitar dua minggu," tambahnya.
(*)
« Prev Post
Next Post »