Wali Kota Padang 'Kanai Caruik Pungkang' PKL Taplau, Syofyan Datuk Bijo: Saya Sangat Tersinggung

Wali Kota Padang 'Kanai Caruik Pungkang' PKL Taplau, Syofyan Datuk Bijo: Saya Sangat Tersinggung
BENTENGSUMBAR.COM - Kejadian heboh yang akhir-akhir ini terkait video viral Wali Kota Padang Mahyeldi Ansharullah yang kanai caruik pungkang warga yang berjualan di tepi pantai Padang, mendapat perhatian oleh sebagian tokoh di daerah ini. 

Salah satunya adalah Ketua Forum Komunikasi Kerapatan Adat Nagari (KAN) se Kota Padang, Syofyan Datuk Bijo. Menurutnya, kejadian tersebut membuat dirinya tersinggung, sebab Mahyeldi Ansharullah selaku Wali Kota dipilih oleh rakyat dan diserahi tugas oleh negara untuk menjalankan aturan perundang-undangan.

"Sebagai warga Kota Padang, saya tersinggung. Apa pun namanya, Pak Wali itu kan dipilih oleh rakyat dan diserahi tugas oleh negara untuk menjalankan aturan main, termasuk tata tertib. Lantas, kenapa dia dipacaruk-caruik an?" kata Sofyan Datuk Bijo kepada BentengSumbar.com melalui sambungan selular, Jumat, 7 Agustus 2020.

Bagi Sofyan Datuk Bijo yang merupakan salah seorang Penghulu di Nagari Koto Tangah Kota Padang ini, tindakan warga tersebut sudah keterlaluan dan diluar batas kepatutan kepada seorang pemimpin. Menurutnya, warga boleh saja memohon kepada Wali Kota untuk tetap berjualan di area tersebut karena ramai pembeli, namun tentu dengan cara-cara yang beradab. 

"Sebagai seorang datuk atau penghulu, kalau tidak bakalamak an lo anak kamanakan e, ndak ka tanantian lo ulek e tu doh. Tapi kita kan tidak sampai disitu pula. Cuma persoalannya, artinya, bataratik lah menyapaikan, katakan lah, "Ambo katuju di siko mangaleh," katakanlah ekstrimnya seperti itu, walau pun melanggar. "Baa caro e tu Pak Wali, di siko banyak jua bali ambo a," tapi tidak bacaruk-caruik seperti itu," tegasnya. 

"Saya sebagai warga, apalagi Pak Mahyeldi itu juga sebagai seorang datuk atau penghulu, sangat tidak setuju dengan tindakan seperti itu. Artinya apa? Ada kelompok-kelompok masyarakat di sini, kita harus tegas, kalau perlu seluruhnya menuntut orang-orang seperti itu. LKAAM harus berbicara seperti itu, pemuda juga demikian," kata mantan Pj Bupati Solok Selatan ini.

Syofyan Datuk Bijo mengatakan, sebagai seorang datuk, dirinya merasa tersinggung dengan tindakan PKL tersebut kepada Wali Kota Padang. Sebab, pemimpin itu harus dihargai, meskipun dia terlihat lunak kepada warga.

"Sebagai sesama datuk, saya ikut tersinggung, bahkan sangat tersinggung. Tidak seperti itu adab kepada pemimpin. Pemimpin itu harus dihargai, sekali pun dia mungkin takut dengan kita, atau kita disegani orang segala macam. Tidak boleh seperti itu, tidak bisa saya menerima seperti itu. Itu dari segi adab ya," katanya.

Apatah lagi, kata Syofyan Datuk Bijo, sebagai Wali Kota Padang Mahyeldi Ansharullah diamanahkan oleh masyarakat, negara, dan Undang-undang untuk melakukan penertiban dan menjalankan aturan yang ada, termasuk menjaga keindahan pantai Padang. 

"Kemudian dari segi kapasitas dia sebagai Wali Kota. Dia kapasitasnya kan sebagai Kepala Daerah. Diamanahkan oleh masyarakat, diamanahkan oleh negara, oleh Undang-undang untuk menertibkan, untuk menjalankan aturan, termasuk aturan tata tertib. Termasuk aturan keindahan yang dia mulai di Pantai Padang itu. Kok kita berbuat seperti itu? Siapa kita? Hebat betul kita? Tidak seperti itu caranya. Kota Padang ini tidak dia yang punya, banyak orang asalkan ber-KTP Padang. Artinya, Pak Wali itu orang nomor satu di kota ini. Diakui oleh Undang-undang, diakui oleh negara, dan diakui oleh masyarakat sebagai orang nomor satu yang diamanahkan negara oleh negara untuk mengatur. Kenapa kita tidak patuh? Kan banyak cara-cara yang lain? Kok bacaruik-caruik pungkang seperti itu? Agak emosi saya melihatnya," pungkasnya.

Dikatakan Syofyan Datuk Bijo, harus ada gerakan dan tindakan terhadap peristiwa memalukan tersebut. Pelakunya harus dicari dan dilakukan pembinaan. "Kita bukan berarti balas dendam, bukan seperti itu. Tapi dia harus diberitahu, bahwa tindakannya itu, kata-katanya itu adalah melanggar aturan, adab kepada seorang pimpinan," jelasnya.

Meski demikian, Syofyan Datuk Bijo juga menyesalkan ajudan Wali Kota Padang yang seakan membiarkan kejadian tersebut. Harusnya ajudan maju ke depan. Ini ajudan malah di belakang. "Itu tidak ajudan namanya. Harusnya, sudah seperti itu sambutan masyarakat, harus ajudan yang ke maju ke depan. "Eh ibu, ini Wali Kota bu, tidak ibu saja yang punya Wali Kota ini, mungkin ibu tak menyeganinya, tapi kami menyeganinya. Saya anak buahnya, jangan ibu berbicara seperti itu, ada aturan mainnya." Itu peran dari ajudan, bukan menonton melihat kejadian," tukuknya.

Baca Juga: Video 'Kanai Pacaruik Pungkang' oleh Emak-emak Viral di Medsos, Ini Kata Wako Mahyeldi

Syofyan Datuk Bijo menyayangkan pihak-pihak yang memviralkan video kejadian tersebut, sebab sudah membuat malu nagari ke luar. Ia mengatakan, kebebasan yang dijamin Undang-undang tetap ada batasannya, bukan bebas sebebas bebasnya. 

"Tidak semuanya yang bisa dia lakukan seperti itu. Ini namanya memberi malu kita ke dunia luar. Boleh bebas, tapi bukan berarti batilanjang. Dalam Undang-undang ITE tak seperti itu. Itu kena sama UU ITE, sebab yang diviralkannya Pak Wali di media sosial, apa ada izin dari Pak Wali, dia memviralkan? Coba baca lagi UU ITE itu. Apakah ini terkait politik? Saya juga tidak tahu," pungkasnya. 

"Kenapa diviralkan? Ini kan malu-malu bersama, bukan malu Wali Kota saja atau pribadinya, tapi malu Kota Padang. Seharusnya, yang memviralkan berfikir pula agak sedikit, ini nagari kita, keburukan kita jangan sampai ke luar. Kan itu pepatah Minang, jangan mencabik baju di dado. Apa dia tidak tinggal di Padang? Saya orangnya normatif saja, kalau salah ya salah," ungkap orang lingkaran satu pasangan Emzalmi-Desri Ayunda di Pilkada Kota Padang 2018 lalu ini.



(by)

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »