Wajah Cerah Ekonomi Syariah Sumbar

Wajah Cerah Ekonomi Syariah Sumbar
LESUNYA ekonomi global saat ini tidak terlepas dari system ekonomi kapitalis yang menguasai pasar saat ini. Data World Bank tahun 2019 mengatakan, inflasi menjadi penyebab utama ekonomi dunia mengalami kemunduran karena dollar diperdagangkan bebas oleh sekelompok elit yang menguasai pasar dunia. Otomatis, semua system perbankan dan transaksi pasar tidak bebas bergerak dalam mengelola sumber pendapatan. Karenanya, berimplikasi pemotongan bunga bank yang terus meningkat sehingga nasabah terpaksa meminjam balik ke bank dengan membayar berkali lipat. 


Inilah system kapitalis yang terus berputar dan mendarah daging yang diterapkan selama ini di Indonesia. Sehingga, pelan-pelan nasabah mulai paham dan sadar bahwa ada satu system yang lebih selamat daripada system yang ada saat ini. system yang menjamin uang seseorang Kembali dengan nominal yang sama sesuai kesepakatan kedua pihak yang didasarkan atas akad yang jelas. Tanpa ada unsur gharar (ketidakjelasan) dan maysir (perjudian) dalam akad antar kedua pihak.


Atau yang lebih dikenal sekarang di Indonesia, Ekonomi Syariah. Pertumbuhan ekonomi Syariah dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang signifikan. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Agustus 2019 menunjukkan, persentase pertumbuhan Bank Umum Syariah meningkatkan menjadi 20.37 %. Artinya, ini menunjukkan kebanyakan nasabah ingin beralih bank dari bank konvensional ke bank Syariah.


Sebagai negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, potensi bank Syariah untuk berkembang amat besar. Namun, persentase pangsa pasar secara umum masih berada dikisaran 6 persen. Jika dibandingkan dengan Malaysia, yang sudah mencapai diatas 30 persen dibandingkan dengan Indonesia yang masih jauh tertinggal.


Terdapat beberapa faktor yang membuat penetrasi perbankan Syariah tidak leluasa bergerak. Salah satunya, tingkat literasi dan inklusi keuangan Syariah dari masyarakat masih rendah. Sehingga perlu dilakukan sosialisasi bertahap agar masyarakat semakin sadar dan paham manfaat perbankan Syariah terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia.


Mengacu data OJK, indeks literasi keuangan Syariah di Indonesia masih 8 persen sedangkan indeks inklusi keuangan Syariah baru 11 persen. Dibandingkan dengan indeks rerata nasional keuangan sudah menginjak angka 30 persen, sedangkan untuk indeks inklusi keuangan nasional mencapai 68 persen.


Berdasarkan fakta diatas, masyarakat, asosiasi perbankan Syariah dan pemerintah mesti mengambil langkah strategis untuk menggenjot pertumbuhan industri perbankan Syariah secara nasional. Secara kelembagaan, pemerintah telah membentuk Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) yang dipimpin langsung oleh Presiden Jokowi. 


Menurut Sekretaris Jenderal Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Achmad K. Permana mengatakan, ini Langkah positif untuk melakukan koordinasi antarpemangku kepentingan keuangan Syariah, termasuk perbankan Syariah agar lebih harmonis dalam menyelaraskan setiap kebijakan yang dibuat. Perlu harmonisasi antar-pemangku kepentingan agar masyarakat dapat melihat, percaya, dan mau beralih menggunakan layanan bank Syariah. 


Sebab, dilihat dari infrastruktur, bank Syariah tidak kalah jumlahnya dengan bank konvensional. Hampir semua transaksi perbankan di bank konvensional sudah bisa dilakuka di bank Syariah. Jadi sebenarnya, tidak ada alasan untuk tidak ‘hijrah’ ke bank Syariah (Republika 22/02/2019).


Sumatera Barat


Proyeksi pertumbuhan ekonomi Syariah di Sumatera Barat diperkirakan akan jauh membaik. Sebab, Sumatera Barat memiliki karakteristik daerah yang cukup unik. Dibandingkan provinsi lain, Sumatera Barat bisa unggul dalam mengelola keuangan Syariah. Karena di Sumatera Barat masih erat memegang prinsip Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah. Bahwa setiap kebijakan pemerintah harus sejalan dengan budaya dan agama yang menjadi karakteristik orang Sumatera Barat.


Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumatera Barat memperkirakan, pertumbuhan ekonomi di Sumatera Barat tahun 2020 tumbuh sebesar 4,9% - 5,3% (yoy). Dengan tekanan inflasi diperkirakan moderat dan tetap terkendali rentang 3,0% + 1% (yoy). Ini menunjukkan stabilitas kondisi keuangan riil masih dalam kondisi wajar dan terkendali. Sehingga peluang untuk pemulihan ekonomi berbasis Syariah menjadi semakin terbuka lebar. Sebab, dengan membaca sifat dan karakteristik orang Sumatera Barat yang kuat memegang nilai-nilai islam, sangat berkemungkinan pertumbuhan ekonomi Syariah berkembang pesat.


Kedepan, bukan tidak mungkin pertumbuhan ekonomi Syariah di Sumatera Barat melebihi pertumbuhan ekonomi nasional. Semoga saja.


*Ditulis Oleh: Muhammad Irsyad Suardi, Penulis di Padang.

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »