BENTENGSUMBAR.COM - Nama Habib Hasan Mulachela tak banyak yang mengenalnya. Dia lelaki yang sudah tak muda lagi dan senang “Menebar Benih Kebaikan” di sembarang tempat yang dipandang sebagai “ladang”. Yang pasti dia akan berada bersama masyarakat yang kurang beruntung.
“Saya ingin menyapa mereka, di kala virus corona mewabah. Agar membuat mereka sedikit merasa nyaman meski hanya ada lima kilogram (Kg) beras dan sediit uang lauk pauk.”
Habib Hasan yang keturunan dari Negara Yaman ini menceritakan, ayahnya yang berasal dari Madura dan ibunya dari Jakarta itu bukan dari kalangan keluarga mampu. Dia hidup bersama sembilan saudara, ayahnya bekerja di perusahaan batik rumahan. Dan ibunya berjualan lontong Betawi dan Hasan kerap bergiliran membantu ibunya.
Dia bangga sekali dengan kedua orangtuanya, Hasan dan saudara-saudaranya termasuk yang beruntung, karena mampu kuliah. Sayang, Habib Hasan tidak selesai saat kuliah di Undip, Semarang. “Untuk uang jajan, saya sempat kerja di bioskop. Saya juga jualan batik,” kenang Habib Hasan sembari meneteskan air mata.
Dunia Politik
Hasan muda juga tertarik dengan politik. Dia bergabung dengan PPP, yang saat itu sedang fenomenal dengan tokohnya, Mudrick M Sangidu. Dia sempat duduk sebagai anggota DPRD Kota Surakarta. Sampai saat ini dia masih tercatat sebagai salah satu pengurus bidang di kepengurusan DPP PPP.
Dia mengungkapkan, semua yang didapat saat ini adalah karena doa dan bimbingan orangtua. “Tanpa mereka, aku bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa,” ujarnya.
“Menebar Benih”
Habib Hasan Mulachela makin intens berbagi kepada sesama sejak pandemi Covid-19 merambah Tanah Air, awal Maret lalu. Mulai dari Kota Solo dan sekitarnya, bahkan hingga ke sejumlah daerah di Jawa Timur dan Jawa Barat.
Dia keliling door to door, dari kampung ke kampung untuk membantu masyarakat yang berada di garis kemiskinan. Membagikan 5 kilogram (kg) beras dan uang tunai. Tak memandang asal usul, suku, ras, agama, maupun golongan. Prinsipnya, siapun yang membutuhkan wajib ditolong.
“Saya tidak lihat mereka golongan apa, agamanya apa. Saya masuk ke desa tidak kenal mereka siapa. Mereka membutuhkan, ya wajib ditolong,” ungkapnya saat berbincang santai dengan BentengSumbar.com di kediamannya di Pasar Kliwon, belum lama ini.
Jelang perayaan Natal tahun lalu, Habib Hasan menyempatkan diri menyambangi penganut Kristiani. Mengetuk satu per satu rumah warga di Kampung Debegan, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Solo. Tak lupa, suami Nur Mimi tersebut mengucapkan selamat Natal. Berpesan kepada penganut Kristiani untuk selalu menjaga kesehatan di tengah pandemi Covid-19.
“Alangkah baiknya mereka ikut menikmati. Ikut merasakan, bahwa di saat situasi sesulit apapun, ada yang memikirkan mereka. Itu yang penting. Jadi mereka tidak panik dan stres. Justru panik dan stres itu bahaya. Mudah terpapar Covid-19,” tambahnya.
Habib Hasan berpikir, bantuan uang tunai yang diberikan bisa dibelanjakan masyarakat di warung-warung kelontong sekitarnya. “Yang dibantu kan bisa membeli lauk pauk atau kebutuhan pokok di warung tetangganya. Terus pemilik warung bisa kulakan dagangan lagi. Dengan begitu roda perekonomian masyarakat berputar,” ucapnya.
Selama blusukan, Habib Hasan menemukan fakta jika masih terjadi kesenjangan sosial yang tinggi. Banyak masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan. “Bahkan ada yang sakit sampai tidak bisa bangun, sampai yang punya kelainan fisik dan tidak bisa jalan. Tapi mereka masih memikul beban tanggungan keluarga. Belum lagi yang terkena PHK (pemutusan hubungan kerja),” ujarnya.
Dia memandang kegiatan sosial yang diinisiasinya bukan sebagai ajang pamer. Namun, diharapkan memacu pihak-pihak lain untuk ikut berbagi.
“Mereka mau makan dari mana? Pertama kali blusukan, Maret lalu, setiap hari saya menangis melihat orang seperti itu. Saya kaget kenapa baru melihatnya sekarang? Kenapa tidak melihat kehidupan mereka yang susah itu dari dulu? Kasihan. Saya hidup enak, tapi mereka seperti itu. Padahal kita sama-sama makhluk Tuhan,” ceritanya.
Terpisah, Habib Hasan berharap ada pemulihan perekonomian di lini bawah pada masa pandemi yang berkepanjangan ini. Jika tidak, masyarakat yang terdampak akan semakin kesulitan. Toleransi juga harus terus diuri-uri (dirawat). Tak hanya di Kota Solo, tapi juga di seluruh Indonesia.
Refleksi kemerdekaan dan kemakmuran selama ini, bagi dia, bermula dari toleransi. Dia menilai semua agama dan golongan memberikan sumbangsih untuk kemerdekaan Indonesia.
Kurangnya pengalaman dan pengetahuan politik, kata dia, membuat masyarakat mudah dibodohi tokoh-tokoh yang memiliki agenda sendiri. Baik yang mengaku ulama maupun politisi. Habib juga mempertanyakan kontribusi kelompok-kelompok tersebut bagi Indonesia.
“Jangan koar-koar ceramah segala macam. Tapi praktikan di lapangan. Toleransi harus dijaga. Jangan sampai terpecah belah. Jangan mau diadu domba kelompok-kelopok tertentu. Pemerintah harus tegas. Kita warga negara Indonesia tidak boleh dan jangan mau dipecah-pecah,” pesannya.
(RS)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »