Kesalahan Penggunaan Huruf ‘K’ Sebagai Singkatan Kata Serapan Dalam Penunjuk Harga

Kesalahan Penggunaan Huruf ‘K’ Sebagai Singkatan Kata Serapan Dalam Penunjuk Harga

PERHATIKAN
gambar di bawah ini!


Kesalahan Penggunaan Huruf ‘K’ Sebagai Singkatan Kata Serapan Dalam Penunjuk Harga

Seperti yang kita lihat gambar tersebut merupakan salah satu contoh sebuah daftar menu makanan. Daftar menu makanan dapat dengan mudah ditemukan baik di restoran maupun di cafe. Kemudian, apa hal istimewa yang perlu diperhatikan dari daftar menu makanan tersebut? Perhatikan daftar harga yang ditulis berdampingan dengan daftar menu makanan, di sana terdapat beberapa keterangan, di antaranya:


a) Nasi putih 6K.

b) Gado-gado 20K.

c) Opor Ayam 10K.


Selanjutnya, perhatikan huruf ‘K’ setelah penulisan nominal angka pada harga. Sebagian orang sangat mengenal fungsi huruf ‘K’ yang diletakkan di belakang  angka tersebut. Bukan hanya pada harga, huruf ‘K’ juga sering ditemukan pada sosial media seperti Instagram dan Twitter yang berfungsi untuk menunjukkan jumlah pengikut (Followers) yang dimiliki oleh sebuah akun. Namun, ternyata pemakaian huruf ‘K’ pada nominal harga tidaklah tepat dan tidak sesuai dengan kaidah penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Berikut ulasannya!


Sebelum menyamakan persepsi tentang mengapa pemakaian huruf ‘K’ tidak sesuai dengan kaidah penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar, terlebih dahulu mari kita samakan persepsi tentang apa fungsi dari huruf ‘K’ tersebut.


Pertama, dilansir dari Merriam Webster huruf ‘K’ adalah singkatan untuk Kilo yang artinya ‘ribu’. Dalam sejarahnya, Kilo berasal dari bahasa Yunani yaitu ‘Chilioi’ untuk menyatakan banyak atau jamak, lalu kata dalam bahasa Yunani ini diserap oleh bahasa Prancis menjadi Kilo yang kemudian diperkenalkan sebagai satuan metrik kilo untuk menunjukkan ribuan, seperti kilometer, kilogram, kiloliter dan banyak lagi. Tak sampai di sana, satuan Sistem Internasional (SI) mengesahkan huruf ‘K’ menjadi satuan kilo secara internasional. Huruf ‘K’ mulai digunakan untuk singkatan ribu dan dipakai dalam satuan ukur serta satuan dalam bidang teknologi. Contoh pemakaian huruf ‘K’ dalam bidang teknologi ialah pemakaian resolusi. Satuan yang sering digunakan dalam resolusi adalah pixel, salah satu resolusi yang tertinggi saat ini adalah 3.840 x 2.160. Namun, oleh orang-orang IT, angka 3.840 dibulatkan menjadi 4.000 sehingga lahirlah istilah 4K (Kompas.com).


Kedua, dilansir kembali dari Merriam Webster huruf ‘K’ juga digunakan sebagai keterangan harga. Di dunia, penggunaan istilah ‘K’ ini sudah mulai digunakan sejak pertengahan tahun 1940-an. Catatan menunjukkan bahwa huruf ‘K’ sebagai singkatan untuk ribu sudah ada dalam glosarium buku teks Basic Electrical Engineering terbitan McGraw-Hill’s tahun 1945. Pada tahun 1947 perusahaan Elektronic Radio Corporation of America (RCA) memasukkan ‘K’ yang berarti ribu dalam glosariumnya, yaitu Common Words in Radio, Television, & Electronics. Bersamaan dengan hal tersebut, penggunaan huruf ‘K’ sebagai singkatan untuk ribu juga meraba ke Indonesia untuk menyatakan satuan ukur dan satuan dalam bidang teknologi. Namun, akhir-akhir ini penggunaan huruf ‘K’ di Indonesia tidak sebatas serapan sebagai satuan ukur dan teknologi saja, tetapi merembes dalam penulisan harga. Dalam daftar menu, huruf ‘K’ banyak ditemukan sebagai satuan ribuan di belakang nominal harga, lalu apakah penulisan tersebut benar adanya?


Penggunaan huruf ‘K’ berkaitan dengan kata serapan yang diambil dari istilah asing. Ada 4 cara yang dilalui kata serapan untuk masuk dalam bahasa Indonesia, yaitu:


Pertama, proses adopsi, yakni proses yang terjadi apabila pemakai bahasa asing mengambil bentuk kata asing secara keseluruhan. Contohnya kata serapan dari bahasa Inggris seperti film, golf dan internet.


Kedua, proses adaptasi, yakni proses yang hanya mengambil makna kata asing. Sementara itu, ejaan atau cara penulisannya disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia. Contohnya kata serapan dari bahasa Inggris, seperti pada kata bisnis yang diadaptasi dari kata business.


Ketiga, proses penerjemahan, yakni proses yang mengambil konsep bahasa asing kemudian dicari padanannya dalam bahasa Indonesia. Contohnya kata serapan dari bahasa Inggris seperti pada kata ‘download’ yang diserap dengan ‘unduh’. 


Oleh karena itu, dari proses tersebut huruf ‘K’ yang melambangkan ribu diserap dari bahasa Prancis oleh bahasa Indonesia. Namun, penggunaannya hanya pada bidang satuan ukur dan teknologi saja bukan pada bidang keuangan. Di Indonesia, penggunaan huruf ‘K’ sebagai lambang ribu belum ditetapkan dan belum disesuaikan dengan kaidah penulisan yang sesuai dengan aturan dalam PUEBI. Sebaliknya, penulisan angka dan bilangan telah dijelaskan dalam PUEBI, bahwa dalam penulisan harga, angka dapat ditulis dengan angka dan huruf. Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis sebagian dengan huruf supaya lebih mudah dibaca. Contohnya:


a) Korban bencana alam mendapatkan bantuan 250 juta rupiah untuk merekonstruksi ulang wilayah terdampak bencana. 

b) Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya Rp10 triliun.


Sesuai PUEBI, telah ada keringanan untuk menyingkat nominal angka harga dengan huruf demi menghemat ruang dan waktu dalam pengetikan. Namun, di zaman digital ini semua orang berbondong-bondong mengikuti trend dan memilih menggunakan penyingkatan huruf ‘K’ sebagai nominal harga. Penyingkatan ini jelas tidak benar. Secara tidak langsung masyarakat mengikuti penyingkatan ini karena dianggap efisien tanpa memperhatikan kaidah yang baik dan benar sesuai aturan penulisan dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu, demi melestarikan penulisan yang baik dan benar maka dalam penulisan harga hendaklah masyarakat mengikuti aturan yang sudah jelas tertera dalam kaidah penulisan bahasa Indonesia yang terdapat dalam PUEBI. Hal tersebut bertujuan agar generasi kedepannya tidak salah mengambil unsur serapan asing yang dapat menggantikan tata bahasa Indonesia dan secara perlahan dapat menggeser kearifan bahasa Indonesia.


*Penulis Gebryla Rito, lahir di Nagari Taluk Limpaso Kecamatan Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan. Mahasiswi aktif jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas. Berkegiatan aktif di Labor Sastra dan Seni Sastra Indonesia. Aktif menulis cerpen, opini, artikel, dan naskah film.

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »