BENTENGSUMBAR.COM - Sosok Wahyu Suhantyo sebagai pelatih memang tidak familiar. Ia hanya seorang pelatih asal Desa Klagen yang pernah menangani klub amatir, Indomaret yang berkiprah di kompetisi internal Persebaya Surabaya dan Persida Sidoarjo. Tapi, sumbangsih Wahyu Suhantyo buat pembinaan dan prestasi sepak bola Indonesia terbilang besar.
Lewat sentuhan, kesabaran, ketegasan plus kerja kerasnya dalam melatih, Wahyu Suhantyo melahirkan sederet pemain yang menonjol di kompetisi Tanah Air bahkan ada yang berstatus pilar Timnas Indonesia. Di antaranya Uston Nawawi, Rendi Irwan, Nurul Huda, Lucky Wahyu Arif Ariyanto dan Sutaji.
Yang menarik, nama-nama tesebut semuanya berposisi sebagai gelandang. Dalam channel youtube Omah Balbalan, Wahyu mengungkap metode kepelatihan dan cara menangani pemain binaannya itu sehingga mampu mengorbit di level atas kompetisi Tanah Air.
"Dulu fasilitas yang ada tidak secanggih saat ini. Jadi saya menyiasatinya dengan cara dan metode sederhana tapi tujuannya sama," kenang Wahyu.
Menurut Wahyu, kalau pun banyak pemain binaannya menonjol sebagai gelandang, itu karena memang sejak dini mereka diwajibkan bermain di posisi itu. Alasan Wahyu simpel dan sederhana. Baginya, bermain sebagai gelandang membuat mental, fisik, teknik dan kecerdasan seorang pemain lebih terasah.
"Karena saat bermain di lapangan, mereka akan mendapat tekanan dari berbagai sisi. Beda dengan bek atau penyerang," ungkap Wahyu.
Wahyu menambahkan, dengan modal keterampilan sebagai gelandang, sang pemain biasanya lebih cepat beradaptasi kalau dimainkan di posisi yang berbeda.
"Kalau sejak dini, mereka hanya fokus pada posisi bek atau penyerang saya, biasanya tak mudah untuk berkembang. Apalagi di level klub profesional posisi bek dan striker lebih banyak dihuni pemain asing," cerita Wahyu.
Bekal Pengalaman dan Kuliah
Wahyu mengaku metode kepelatihan yang diterapkannya berdasarkan pengalaman dan ilmu yang didapatnya ketika menempuh pendidikan di IKIP Surabaya yang sekarang menjadi Universitas Negeri Surabaya (Unesa).
"Di bangku kuliah, saya mendapatkan ilmu terkait metode kepelatihan, pembentukan karakter, mental dan psikologi pemain," kata Wahyu yang meraih gelar sarjana pada 1991.
Wahyu pun menularkan ilmu yang didapatnya kepada pemain usia muda di Desa Klagen, kampung halamannya. Karena fasilitas dan sarana yang tak standar, Wahyu pun menyiasatinya dengan meracik program latihan yang disesuaikan dengan kondisi yang ada. Misalnya untuk melatih fisik pemainnya, ia mewajibkan pemainnya berlari minimal 5-10 kilometer diluar latihan reguler.
"Saya juga memberikan mereka pekerjaan rumah dengan berlatih fisik secara mandiri seperti push-up dan sit-up. Jadi ketika di lapangan, program yang diberikan lebih banyak ke teknik," terang Wahyu.
Cara yang diterapkan Wahyu ini sudah jarang dijumpai di sekolah sepak bola yang kini menjamur. Di mana program latihannya dicampur dalam satu periode latihan. "Akhirnya banyak waktu yang terbuang dan hasilnya jadi kurang optimal," pungkas Wahyu.
Source: Bola.com
« Prev Post
Next Post »