BARU beberapa waktu lalu seorang content creator TikTok mengunggah video tanya jawab singkatnya yang dilakukan dengan anak-anak SD. Rata-rata anak SD tersebut dicoba pengetahuannya mengenai apa singkatan dari SD. Rata-rata jawaban yang disediakan anak-anak tersebut sangatlah polos, ada yang menjawab bahwa SD merupakan kepanjangan dari “Sekolah Dihapus” hingga “Sekolah Duduk”. Entah settingan atau tidak, namun keseluruhan anak kecil yang ditanya tidak bisa menjawab dengan benar apa itu singkatan dari SD.
Konten serupa juga pernah waktu beberapa lalu muncul terkait dengan wawasan kebangsaan dan budaya nasional kepada anak-anak SD. Ketika mereka ditanyai mengenai apa singkatan SBY (-yang jawabannya adalah Susilo Bambang Yudhoyono), apa terusan dari lagu nasional yang dinyanyikan oleh sang penanya yang kemudian mereka diminta untuk meneruskan, singkatan dari PKN, mereka rata-rata tidak menggelengkan kepala dengan raut wajah bingung dan memberikan plesetan tertentu kepada pertanyaan yang ditanyakan. Namun apabila terkait dengan permainan atau game terkini seperti apa singkatan FF (-yang merupakan singkatan dari permaian Free Fire), siapa saja nama tokoh FF, bagaimana cara bermain FF, mereka dengan lancar menjawab pertanyaan tersebut.
Dapat diketahui bahwa saat ini anak-anak yang dijejali dengan teknologi dan modernisasi semakin jauh melupakan jati diri bangsanya. Kebudayaan bangsa Indonesia sendiri terdiri dari kebudayaan daerah, dari daerah-daerah tersebut kemudian terbentuklah suatu sistem kebudayaan nasional. Kebudayaan nasional dapat tetap ada dan eksis apalagi masih terdapat warga negara yang tidak hanya mengenalnya namun juga melestarikannya melalui praktik budaya terkait.
Praktik kebudayaan yang sering dinilai ribet dan tidak efisien serta kuno membuat peminatnya dari generasi muda dari waktu ke waktu semakin menurun dengan drastis. Generasi muda saat ini sedikit yang menyadari bahwa peran merekalah seharusnya untuk melestarikan budaya dalam bentuk berbagai acara dan aktivitas dalam masyarakat. Generasi muda masih menoleh acuh apabila disuruh untuk mengenali atau mempraktikkan kebudayannya sendiri karena dirasa tidak sesuai dengan kepribadiannya yang menyukai hal-hal modern.
Insitusi pendidikan dapat dikatakan merupakan satu-satunya lembaga yang mampu memberikan cara mengikat bagi generasi muda untuk mengenali budayanya masing-masing melalui mata pelajaran terkait. Dalam pendidikan terdapat pembelajaran kebudayaan yang bisa diamalkan melalui wadah mata pelajaran seni budaya dan melalui ujian praktek kesenian. Namun mata pelajaran yang diterapkan di sekolah untuk menerapkan budaya masih berorientasi pada untuk kegiatan mengejar nilai dan bukan merupakan suatu bentuk tindakan berdasarkan keinginan sendiri dan keikhlasan dari siswa untuk mempelajarinya.
Kebudayaan nasional kita perlu dilestarikan dengan cara-cara baru yang lebih menyesuaikan terhadap perkembangan jaman dan tidak terikat dengna nilai-nilai konservatif agar generasi muda memiliki minat melestarikannya. Budaya nasioal perlu diberi sedikit bumbu terobosan pelestariannya dengan gaya anak muda masa kini yang modern namun tidak merubah nilai dasar kebudayaan yang ada.
TikTok, platform yang sering menghasilkan konten booming saat ini menjadi sorotan dari berbagai masyarakat dan merupakan salah satu saluran distribusi iklan digital agency yang paling diminati karena engagement dan popularitas suatu konten bisa dengan cepat menyebar dari platform ini. TikTok sendiri identik dengan konten penggunanya yang berjoged dengan iringan musik-musik unik yang disediakan dari bawaan aplikasi TikTok.
Apabila ingin dijadikan sebagai kesempatan, pendidik maupun pegiat seni bisa memanfaatkan platform TikTok untuk memamerkan budaya nasional Indonesia, salah satunya adalah budaya khas Minangkabau yang mungkin banyak orang belum mengenalnya, Kebudayaan Minangkabau selain dari kulinernya yang mendunia, harus disusul dengan kebudayaan dari sisi lainnya juga. Keuntungan dari adanya faktor budaya kuliner yang populer membuat perkenalan budaya Minangkabau lainnya dapat dilakukan dengan lebih mudah.
Dengan memadukan unsur modernisasi yang dipadukan dengan kebudayaan yang bersifat tradisional, perkawinan antara kebudayaan daearh dengan cara modern bisa diperkenalkan dengan epik sesuai dengan nilai modernisasi yang disukai oleh anak muda. Apalagi jangkauan dari TikTok luas sekali dan apabila dipadukan dengan unsur kreativitas dalam perencanaan dan proses pembuatannya maka konten kebudayaan Minangkabau bisa mendapat respon dipahami oleh masyarakat luas dengan besar.
Dapat dikatakan cara tadi adalah salahs atu cara yang sangat relevan dengan jaman yang ada saat ini, selera anak muda, dan pendekatan yang optimis agar kebudayaan daerah yaitu dalam fokus penulisan artikel kali ini yaitu budaya Minangkabau agar lebih dikenal. Apalagi di TikTok apabila ada satu gerakan konten yang mudah diikuti, unik, dan mendapat respon yang bagus maka tak jarang banyak pengguna lainnya yang akan mereplika gerakan tersebut. Daripada mereplika jogedan yang tidak tahu apa juntrungnya dan hanya sebagai asik-asikkan saja, pegiat konten di TikTok bisa mereplika konten berunsur kebudayaan daerah Minangkabau dengan cara yang berbeda.
*Penulis adalah Muhammad Ilham, Mahasiswa Sastra Daerah Minangkabau Fakultas Ilmu Budaya,Universitas Andalas
« Prev Post
Next Post »