Back To Nature – Permakultur Solusi untuk Meningkatkan Keseimbangan Alam dan Memakmurkan Petani

Back To Nature – Permakultur Solusi untuk Meningkatkan Keseimbangan Alam dan Memakmurkan Petani
BENTENGSUMBAR.COM - Motto Sayang Bumi : Lakukanlah seperti bumi melakukan, Aku dan bumi satu menyatu, Kebaikan dan keburukan hakekatnya satu. (Khaerul Anam Masrur)


Alam beserta isinya memiliki cara sendiri untuk membuat keseimbangan. Maraknya musibah yang terjadi akhir-akhir ini merupakan cara alam untuk menyeimbangkan dirinya. Peran tangan-tangan manusia dengan berbagai aktifitasnya untuk mengeruk dan mengambil keuntungan dari alam tentulah menjadi faktor penyebab yang tak dapat diabaikan.


Permakultur adalah cabang ilmu desain ekologis, teknik ekologis, dan desain lingkungan yang mengembangkan arsitektur berkelanjutan dan sistem pertanian swadaya berdasarkan ekosistem alam. (kamus wikipedia).


Pengertian lain dari Permakultur adalah pertanian dengan tatanan kehidupan yang lestari, terus menerus, dan permanen. Maka dari itu, permakultur memegang erat prinsip keseimbangan dan berkelanjutan.


“Permakultur itu lebih dari sekedar menghasilkan pertanian biasa (tradisonal). Permakultur merupakan pertanian terpadu (desain ekologis - landscape) yang di dalamnya menyediakan kebutuhan manusia, seperti kayu, makanan dan sayuran, obat-obatan, dlsb. Permakultur adalah solusi bagi keseimbangan alam untuk memakmurkan petani,” demikian paparan Angga Dwiartama.


Hal ini terungkap dalam acara yang dilaksanakan secara virtual oleh Perkumpulan Agripreneur Ganesha pada hari Sabtu, 1 Mai 2021, dimulai sejak pukul 09.00 – 11.30 wib.


Hadir dalam acara ini sebagai nara sumber: 1. Dr. Angga Dwiartama - Wakil Dekan SITH ITB Bidang Sumberdaya, Bidang keilmuan: manajemen sumber daya hayati, 2. Khaerul Anam Masrur - Consultant of Family Farming at UN FAO, sebagai panitia Agung Hartanto TI-80 – pengurus dan pendiri Perkumpulan Agripreneur Ganesha, dan sebagai Moderator: Luky Lambang Santoso, Founder Rumah KAyu Permaculture.


Khaerul Anam Masrur menerangkan bahwa Permakultur merupakan sebuah design yang menyatukan kegiatan manusia dan alam.


“Pemakaian pupuk kimia yang berlebihan membuat tanah tidak lagi bersahabat, sehingga menimbulkan banyak hama dan penyakit yang merusak tanaman. Mari kita kembali ke alam – Back To Nature, memperbaiki ekosistem alam,” harapan Khaerul Anam Masrur kepada peserta yang hadir berjumlah 180 orang, yang dibagi menjadi 2 channel, yakni melalui Zoom Meeting dan Channel Youtube.


Proses desain ekologis untuk mewujudkan permakultur tersebut dapat diterapkan melalui metode dan langkah SADAR (Survey, Analisis, Desain, dan Rencana) dan TREO (Terapkan, Rawat, Evaluasi, dan Oprek). Langkah-langkah yang diterjemahkan secara komprehensif  oleh Lumbung Kampung Nuswantara (2014), mengidentifikasi apa yang diperlukan, apa yang menjadi prioritas dan mendesak, kapan waktu pelaksanaannya, di mana lokasi yang tepat, dan bagaimana prosesnya.


Sebagai penutup acara, Agung Baskoro TI-80 mengungkapkan rasa senang dan bahagia telah terselenggaranya acara sharing session ini dalam rangka sedekah ilmu dan pengalaman dari para ‘narsum’ yg ahli di bidangnya, dalam rangka LITERASI SAINS bagi khalayak mempunyai akses yang sama tentang hal yang di-sharing.


Hal ini merupakan Trilogi kami, yaitu LITERASI – EDUKASI - AKSI. Sehingga diharapkan setelah fase LITERASI ini harus siap untuk meindaklanjuti (via WAG khusus) untuk EDUKASI dan AKSI mulai dari skala kecil terutama dalam hal resiko, hingga bisa naik kelas dengan cara Scale-Up. 


Dilaporkan Oleh:  H. Ali Akbar

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »