LIRIK Puisi:
Anggun Nan Tongga
Masih terngiang saat alm Hamid menyuruh membaca puisi ini,walau waktu itu aku belum begitu paham akan maknanya...kini berselang 23 tahun terlewati dan saat perjalanan hidup ini membawa pada makna anggun nan tongga,serak suara serasa ingin kembali menyuarakan puisi yang terasa agung dan khidmat ini,,salute for darman munir,,,terimakasih utk 50 ribu rupiahnya alm hamid yang sangat sangat berharga di zaman susah itu...
walau tiada pada peta, gunung Ledang itu pun bukan tujuan terakhirnya
tetapi ia memang lelaki yang gagah perkasa,
serta arif terhadap cuaca dan warna
kucabik-cabik daun sejarah,
kulangkahi telapakmu ini,
kuhadang siapa di depan,
dan kusebut: Tuhan!
Anggun nan Tongga pun membangkit batang terendam
sampai di negeri Champa
dan pada akhirnya bersua jua dengan makna
kukumpul dan kusandang seratus tiga puluh mainan untukmu
kuingat lentik jarimu ketika darah menetes di tanganmu
aku belum mati, bersyukurlah
dan kini dadaku penuh oleh makna yang hilang dan kerinduan...
pulang dengan kemenangan, rumah nan gadang tiba-tiba jadi sunyi
ia menampak apa pun tidak
tidak juga mimpi!
adakah siapa yang berkisah
[bahwa] aku sudah menyauk di air yang tenang
menggunting dalam lipatan
menyeka janji terpatri
ataukah mengubah kiblat abadi?
berlari ke gunung rahasia itu
dan ketika terdengar suara perempuan memanggil-manggil namanya:
Angguuuunnnnn.....! Anggun nan Tonggaaaa.......!
dia berlari menembus awan, menuju bulan.
Ombak Laut Sailan
Ombak laut sailan, sibakkan gerbang gelombang
sebab kibaran selempangku akan membuat langit gelap.
Dari pusar arus telah aku tunggangi belasan mambang, telah
aku suruh mereka memanggil segala angin segala dingin, aku
seraya mereka meruntuhkan tebing runcing segala pulau.
Dari gelanggang penyabungan ayam di Sungai Geringging
aku datang buat merompak urat jantung seseorang dari kaum
penggila selawat, kaum penggila nubuat.
“Nan Tongga, aku inginkan seekor nuri pandai bernyanyi
juga sehelai kain cindai berjambul kuning yang tak basah
direndam air, kain yang jika dikembangkan akan selebar
alam, yang jika dilipat seukuran kuku kelingkingku.”
“Tapi Gondoriah, telur burung di sarang manakah yang
telah menyembunyikan cindai seperti itu?”
Ombak laut Sailan, sibakkan pintu gelombang, berilah jalan
bagi para mambang. Maka aku akan tunai sebagai petualang.
Analisis
Kaba Anggun Nan Tongga adalah sebuah cerita atau kaba yang populer di lingkungan masyarakat Minangkabau. Di daerah-daerah berbahasa Melayu cerita ini dikenal dengan nama Hikayat Anggun Cik Tunggal. Kaba ini juga dibuatkan puisi nya seperti karya Darman Munir dan ombak laut sailan karya Esha Tegar Putra
Kaba ini bercerita tentang petualangan dan kisah cinta antara Anggun Nan Tongga dan kekasihnya Gondan Gondoriah. Anggun Nan Tongga berlayar meninggalkan kampung halamannya di Kampung Dalam, Pariaman. Ia hendak mencari tiga orang pamannya yang lama tidak kembali dari merantau. Sewaktu hendak berangkat Gondan Gondoriah meminta agar Nan Tongga membawa pulang 120 buah benda dan hewan langka dan ajaib.
Meskipun pada awalnya dikisahkan secara lisan beberapa versi kaba ini sudah dicatat dan dibukukan. Salah satunya yang digubah Ambas Mahkota, diterbitkan pertama kali. Maka tidak heran juga kaba tersebut juga ada puisi yang dibuatkan pertama tentu karya kaba.
Teori yang relevan untuk membandingkan puisi ini yaitu Intertekstual adalah sebuah pendekatan untuk memahami sebuah Teks sebagai sisipan dari teks-teks lain. Intertekstual juga dipahami sebagai proses untuk menghubungkan teks dari masa lampau dengan teks masa kini. Suatu teks dipahami tidak berdiri sendiri karena kedua puisi ini berhubungan dengan kaba anggun nan tongga maka diperlukan teori cocok untuk menganalisis puisi dari kedua ini yang berjudul anggun nan tongga karya Darman Munir dan Esha Tegar Putra ini, karena isi dari kedua puisi ini hampir sama tapi puisi pertama yang lahir yaitu puisi Darman Munir ini dan yang kedua tentu karya Esha Tegar Putra ini.
Hal ini keduanya tentu memiliki hubungan dari teks sebelumnya. Tentu puisi ombak laut sailan secara tidak langsung memiliki referensi terhadap puisi karya daman munir ini. Tentu hal ini menjadi landasan bahwa setiap karya sastra tentu ada teks yang mendahuluinya.
Puisi sulit mencari maknya tetapi dengan tanda-tanda seperti dalam lirik puisi ombak laut sailan ini tentu menyebut sungai geringging, ombak, laut, penggila selawar dan nubuat tentu merujuk pada cirikhas daerah Pariaman.
Tentu hal ini menjadi landasan tersendiri untuk membandingkan dengan anggun nan tongga karya Munir ini. Puisi anggun nan tongga jelas didalam nya membahas tentang bagaimana dia bersama gandoriah dan sebagai nya tetapi dalam puisi ombak laut sailan ini maka hal ini menjadi sulit dicari maka dengan menyebut anggun nan tingga didalam liriknya dan juga gandoriah maka hal ini jelas puisi ini membahas juga tentang kisah cinta anggun nan tongga dan juga Gandoriah yang tidak boleh menikah oleh agama tersebut.
Pengarang satu dari pengarang lain menerima gagasan anggun nan tongga dipuisikan, contohnya sudah ada dua buah puisi yang ada dalam kaba ini. Naskah ini Merupakan Adaptasi dari Kaba dan Naskah Drama "Anggun Nan Tongga" .
*Penulis adalah Abdul Jamil Al Rasyid Mahasiswa Sastra Minangkabau FIB Unand angkatan 2019 berdomisili di Padang Pariaman Santri Pondok Pesantren Madinatul Ilmi Nurul Ikhlas Patamuan Tandikek
« Prev Post
Next Post »