Catatan Abdul Jamil Al Rasyid: Eksistensi Perempuan Di Minangkabau

DI Minangkabau ibu sendiri dipanggil dengan sebutan mandeh, akan tetapi hal ini sekarang sudah jarang orang yang memanggil ibunya dengan sebutan mandeh tersebut. Hal ini terjadi karena pergesaran nilai budaya, seakan-akan masyarakat tentu tidak tahu dahulu mandeh ini sekarang  sudah tidak ada lagi. Masyarakat sekarang sudah jarang melakukan panggilan ini. Tetapi hal ini tentu tidak mengurangi peran ibu di Minangkabau ada beberapa peran ibu di Minangkabau 

Perempuan adalah ibu kita, kitalahir dari rahim perempuan maka tentu kita harus menghormati hak-hak perempuan. Tindakan kelemahan terhadap perempuan tidak perlu dilakukan karena itu adalah tindakan yang salah, didalam karya sastra dan kenyataan sering terlihat penganiayaan terhadap kaum perempuan. Perempuan sekarang sudah bergeser karena tidak setiap perempuan menjadi pemimpin dalam sebuah rumah tangga adanya kepentingan serta arogamsi pihak yang kuat membuat perempuan seakan berada di bawah menjadi penghambat tersendiri bagi perempuan itu untuk berkembang. Tentu hal ini tidak jarang terlihat dari sebuah karya sastra yang mana perempuan itu berada satu level di bawah laki-laki, hal ini tentu tidak baik karena di Indonesia perempuan sudah dihormati karena ada hari kartini dam sebagainya. Di Minangkabau sendiri perempuan begitu dihormati karena Minangkabau menggunakan sistem matrilineal hak perempuan lebih  dihargai dan dihormati oleh khalayak. Begitu beda di Minangkabau karena menggunakan daerah lain. Hak perempuan ketika direndahkan seperti skenario ini perlu diperhatikan agar tetap bisa menjadi perempuan yang lebih seutuhnya. Hak perempuan tentu perlu diperhatikan dan tidak boleh menghilangkan hak-hak perempuan agar sama seperti laki-laki. Perempuan juga dijunjung tinggi karena kita dilahirkan dari rahim perempuan. Perempuan tentu ibu kita seperti sabda Nabi Muhammad Saw tentang ibu kita.

Agama Islam juga menempatkan Ibu di posisi yang paling mulia. Bahkan anak diwajibkan lebih dulu hormat kepada ibu sebelum kepada ayahnya. Hal ini tertulis dalam Alquran di Surat Luqman ayat ke 14.

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya  kepada-Ku lah kamu kembali”

Dalam hadis riwayat Abu Hurairah Radiyallahu’annhu, Rasulullah menyuruh kita untuk berbuat baik tiga kali lebih besar kepada ibu dibanding bapak.

“Seseorang datang kepada Rasulullah SAW dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakan aku harus berbakti pertama kali?’. Nabi SAW menjawab, ‘Ibumu’. Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’, Nabi SAW menjawab ‘Ibumu’. Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’, beliau menjawab ‘Ibumu’. Orang tersebut bertanya kembali, ‘ Kemudian siapa lagi,’ Nabi menjawab ‘Kemudian ayahmu’” (HR. Bukhari dan Muslim).

Masyarakat Minangkabau menganut sistem matrilineal, yaitu garis keturunan ibu. Perempuan diminangkabau juga sering di sebut bundo kanduang yaitu perempuan yang diberi kehormatan dan keutamaan menurut adat.

Laki-laki  sering kali menganggap perempuan tidak bisa menjadi pemimpin hanya bisa untuk menguris rumah dan anak, padahal bisa kita lihat dari RA kartini dikenal sebagai pahlawan nasional Indonesia yang memperjuangkan emansipasi wanita. pada zaman sekarang tidak hanya laki-laki yang bisa menjadi pemimpin tapi perempuan sidah banyak menjadi pemimpin. Dan kenapa perempuan harus disuruh memilih bukannya kita bisa mendapatkan kedua-duanya seolah-olah perempuan tidak bisa melakukan apa-apa.  perempuan senantiasa ada di barisan paling depan untuk memastikan urusan hidup keluarga. Perempuan juga tidak hanya mengurusi diri mereka sendiri tapi juga rumah tangga. jujunglah tinggi perempuan lindungilah dan hormati karena kalau tidak ada perempuan kita pasti tidak ada didunia ini. Hak-hak perempuan haris ditegakan karna perempuan bukan benda mati.

Sistem kekerabatan ini menarik garis keturunan dari pihak ibu saja. Anak akan terhubung dengan ibunya, termasuk terhubung dengan kerabat ibu, berdasarkan garis keturunan perempuan secara unlateral.

Konsekuensi sistem kekerabatan ini yaitu keturunan dari garis ibu dipandang sangat penting. Dalam urusan warisan, misalnya, orang dari garis keturunan ibu mendapatkan jatah lebih banyak dari garis bapak. Sistem kekerabatan ini bisa dijumpai pada masyarakat Minangkabau dan Semando.

Sebuah gurindam indah Minangkabau menggambarkan posisi, peran dan fungsi perempuan secara elok dan holistik.

"Limpapeh rumah nan gadang. Amban puruak pegangan kunci. Amban puruak aluang bunian. Pusek Jalo kumpulan tali. Hiasan dalam nagari”

Bundo Kanduang adalah limpapeh rumah gadang atau penyangga rumah gadang. Rumah gadang, rumah keluarga. Perempuan adalah tiang penyangga suatu rumah.

Maka, perempuan memegang posisi sentral dan strategis dalam keluarga dan masyarakat. Ia adalah kunci penyelesaian semua masalah keluarga, manajer, problem shooter (amban puruak; pegangan kunci, amban puruak aluang bunian).

Perempuan adalah pemersatu dan penyelaras segala perbedaan (pusek jalo kumpulan tali). Perempuan adalah penjaga adat, nilai dan peradaban (hiasan dalam nagari ). 

Mayoritas pemimpin adalah mereka yang berjenis kelamin laki-laki. Pemimpin perempuan hanya ditemukan di sebagian kecil masyarakat. Sebenarnya, terkait kepemimpinan, Islam tidak melarang perempuan untuk menjadi pemimpin.

Dalam surat Al-Baqarah ayat 30 berbunyi :

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Ayat tersebut menjelaskan semua manusia itu sama, yaitu menjadi khalifah dan menciptakan kemaslahatan di muka bumi. Rasulullah SAW bersabda, “Ketahuilah, setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya.

Seorang pemimpin yang memimpin manusia akan bertanggung jawab atas rakyatnya, seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya, dan dia bertanggung jawab atas mereka semua, seorang wanita juga pemimpin atas rumah suaminya dan anak-anaknya, dan dia bertanggung jawab atas mereka semua, seorang budak adalah pemimpin atas harta tuannya, dan dia bertanggung jawab atas harta tersebut. Setiap kalian adalah pemimpin dan akan bertanggung jawab atas kepemimpinannya,”

Masalah perempuan yang di pandang lemah dan tidak bisa punya cita-cita, mungkin ini di karenakan oleh adat terdahulu yang mengharuskan perempuan itu tidak boleh berkeliaran, mereka hanya boleh keluar jika memang perlu kalau tidak ada perlu mereka cukup di rumah menjaga rumah. Dan menurut saya penyenbab adanya karya-karya satra yang berisi tentang perempuan itu lemah itupun dilandasi masa lalu itu tadi, jadi sang pencita karya terinspirasi atau memiliki ide untuk karyanya memalui pengalaman dia yang menemukan sebuah cerita bahwa dahulu kedudukan perempuan itu terbatas.

Namun berbeda dengan sekarang, sekarang perempuan sadar akan kemampuan mereka yang juga bisa setara dengan laki-laki sehinga banyak perubahan yang terjadi dalam kedudukan perempuan pada zaman sekarang. Menurut kami jika masih ada yang mengatakan perempuan itu lemah dan tidak akan bisa mempunyai cita-cita itu salah, karna di lihat dan telah banyak terbukti bahwa perempuan juga bisa bersaing dengan laki-laki. 

*Penulis adalah Abdul Jamil Al Rasyid,  Mahasiswa Sastra Minangkabau FIB Unand angkatan 2019 berdomisili di Padang Pariaman Santri Pondok Pesantren Madinatul Ilmi Nurul Ikhlas  Patamuan Tandikek

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »