Letjen Dudung Sudah Klarifikasi soal Patung Penumpasan PKI tapi Politisi PKS Ngotot Itu Belum Cukup, Apa Maunya?

BENTENGSUMBAR.COM – Legislator DPR RI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Sukamta, ngotot mendesak Panglima Kostrad Letjen Dudung Abdurrachman memberikan penjelasan utuh kepada publik.

Itu terkait dengan hilangnya patung diorama bagian dari peristiwa penumpasan PKI di Meseum Dharma Bhakti Kostrad.

Persoalan ini kali pertama diungkap mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo. Atas alasan itu, Gatot menyebut TNI telah disusupi PKI.

Terkait tudingan Gatot itu, Panglima Kostrad Letjen Dudung Abdurrachman pun sudah memberikan klarifikasi dan penjelasan.

Akan tetapi, Sukamta menilai penjelasan Letjen Dudung itu masih belum cukup dan dinilai kurang utuh.

“Kepada TNI, wabil khusus Kostrad, alangkah baiknya kalau memberikan penjelasan segamblang-gamblangnya supaya persoalan ini,” kata Sukamta, Selasa, 28 September 2021, dilansir dari Pojoksatu.id.

Menurut anggota Komisi I ini, penjelasan utuh dan menyeluruh dari Letjen Dudung itu sangat diperlukan.

Penjelasan Letjen Dudung

Sebelumnya, Panglima Kostrad Letjen Dudung Abdurrachman menjelaskan, patung dimaksud adalah patung Jenderal TNI AH Nasution (Menko KSAB), Mayjen TNI Soeharto (Panglima Kostrad), dan Kolonel Inf Sarwo Edhie Wibowo (Komandan RPKAD).

“Patung tersebut dibuat pada masa Panglima Kostrad Letjen TNI AY Nasution (2011-2012),” ujar Letjen Dudung dalam keterangannya, Senin, 27 September 2021.

Namun, patung tersebut diambil oleh penggagasnya, yakni Letjen TNI (Purn) AY Nasution yang sudah meminta izin kepada dirinya.

“Saya hargai alasan pribadi Letjen TNI (Purn) AY Nasution, yang merasa berdosa membuat patung-patung tersebut menurut keyakinan agamanya,” Kata Letjen Dudung.

“Jadi, saya tidak bisa menolak permintaan yang bersangkutan,” jelasnya.

Letjen Dudung pun tak terima atas tudingan yang dilontarkan Gatot Nurmantyo.

“Itu tudingan yang keji terhadap kami,” tegasnya.

Semestinya, sebagai senior, Gatot Nurmantyo lebih dulu melakukan klarifikasi secara langsung atau tabayyun.

“Dalam Islam disebut tabayun agar tidak menimbulkan prasangka buruk yang membuat fitnah, dan menimbulkan kegaduhan terhadap umat dan bangsa,” tuturnya.

Sampai saat ini, foto-foto peristiwa dan barang-barang milik Panglima Kostrad Mayjen TNI Soeharto saat peristiwa 1965 itu, masih tersimpan dengan baik di museum tersebut.

“Hal ini sebagai pembelajaran agar bangsa ini tidak melupakan peristiwa pemberontakan PKI dan terbunuhnya pimpinan TNI AD serta Kapten Piere Tendean,” tantas Letjen Dudung Abdurrachman. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »