BENTENGSUMBAR.COM - Saat ini seluruh dunia susah masuk di era digital, dimana semua kegiatan bisa dilakukan dengan cara yang lebih canggih. Secara umum era digital adalah suatu masa yang sudah mengalami perkembangan dalam segala aspek kehidupan menjadi serba digital.
Perkembangan era digital juga terus berjalan tanpa bisa dihentikan. Karena sebenarnya masyarakat sendiri yang meminta dan menuntut segala sesuatu menjadi lebih praktis dan efisien. Namun tentu ada beberapa dampak yang akan diterima dengan era digital tersebut. Namun perubahan tersebut membuat munculnya Era disrupsi.
Perlu diketahui, era disrupsi adalah masa ketika perubahan terjadi sedemikian tidak terduga, mendasar dan hampir dalam semua aspek kehidupan. Tatanan baru hadir menggantikan tatanan lama yang sudah tidak sesuai dengan tuntutan zaman. Dalam hal politik, disrupsi akan mendorong terjadinya digitalisasi sistem politik.
Munculnya inovasi aplikasi teknologi digital akan menginspirasi lahirnya aplikasi sejenis di bidang politik. Tidak lama lagi, hingar bingar kampanye pengerahan massa, akan diganti dengan edukasi via berbagai media sosial, yang tidak saja lebih murah akan tetapi juga memiliki daya jangkau audien yang jauh lebih luas dan merata.
Menurut, laporan perusahaan media asal Inggris, We Are Social mengungkapkan laporan "Digital 2021: The Latest Insights Inti The State of Digital" yang diterbitkan pada 11 Februari 2021 menunjukkan bahwa jumlah pengguna internet di Indonesia pada Januari 2021 tercatat mencapai 202,6 juta orang. 85% diantaranya aktif bermedia sosial.
Media sosial kini menjelma jadi ladang kampanye yang murah, mudah dan efisien bagi para tokoh politik. Maka dari itu, tidak heran bila para tokoh politik mulai aktif bermedia sosial, tujuannya untuk membangun kedekatan dengan masyarakat, membagikan kegiatan sehari-hari yang tujuan akhirnya tentu saja menarik simpati publik demi nama elektabilitas.
Namun, penggunaan media sosial sebagai sarana kampanye perlu diberi pengawasan yang ketat jika tidak ingin menampilkan berita palsu atau yang sering disebut dengan hoax. Tidak hanya berita hoax yang dapat menyebar luas dengan cepat, konten-konten berisi SARA pun dapat menyebar luas dengan cepat. Dengan demikian, tujuan kampanye positif bergeser menjadi kampanye hitam.
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI menyatakan penggunaan Drone Emprit merupakan salah satu langkah untuk merawat Indonesia dari angkasa melalui selebaran yang dibagikan oleh PT. Media Kernels Indonesia.
Drone Emprit
Drone Emprit merupakan sebuah sistem yang berfungsi untuk memonitor serta menganalisa media sosial dan platform online yang berbasis teknologi big data. Drone Emprit sendiri menggunakan keahlian Artificial Intelligence dan Natural Learning Process (NLP).
Drone Emprit mampu menyajikan peta Social Network Analysis tentang bagaimana sebuah hoax berasal, menyebar, siapa influencers pertama, dan siapa groupnya. Bukan hanya hoax, Drone Emprit dapat menyajikan berbagai jenis Analisa media sosial, termasuk di dalamnya popularitas dan elektabilitas tokoh di media sosial.
Data yang dimiliki Drone Emprit berasal dari pantauan Online News, Twitter, Facebook, Instagram dan Youtube. Setiap pembicaraan di masing-masing kanal dideteksi sentimennya dengan beberapa parameter.
Share of Voices Adalah proporsi jumlah mention tiap kandidat terhadap total mention yang didapat semua kandidat. Angka ini sama dengan angka “% Mention” di laporan kita di index laporan bulanan.
Kemudian, Popularity & Favorability. Popularity / popularitas adalah jumlah angka percakapan yang didapat kandidat di semua kanal. Angka ini sama dengan angka “Mention” di laporan kita setiap hari. Sementara favorability adalah selisih sentimen positif dan negatif.
Favorability ini sama dengan pertimbangan yang kita gunakan dalam formula indeks “Likeability” dalam laporan bulanan kita. Drone Emprit menggabungkan dua indikator ini
(popularity x favorability) untuk menghitung potensi elektabilitas.
Terakhir, #Elektabilitasdigital yang didapatkan dengan mempertimbangkan sentiment
positif (pendukung/loyalis) dan sentiment netral (simpatisan) memperlihatkan urutan sebagai berikut:
1 – Ganjar P (89.5K)
2 – Puan Maharani (67.7K)
3 – AHY (59.5K)
4 – Anies Baswedan (49.9K)
5 – Erick Thohir (24.5K)
6 – Ridwan Kamil (13.1K)
7 – Sandiaga Uno (6K)
8 – Prabowo Subianto (3.8K)
9 – Airlangga Hartanto (3.7K)
Elektabilitas ini memiliki satuan angka, bukan persentase, menandakan mereka hanya menggunakan grafik sederhana dengan sumbu x = popularity (“mention”) dan sumbu y = (“favorability” / selisih sentimen positif & negatif). Orang yang paling tinggi elektabilitasnya adalah yang popularity-nya tertinggi dengan selisih sentimen terbesar (positif - negatif).
Siapa sangka Drone Emprit dikembangkan mulai tahun 2009 di Amsterdam, Belanda oleh anak bangsa melalui Media Kernels Netherlands B.V. Dari Laporan #ElektabilitasDigital Drone Emprit terlihat bahwa Puan Maharani menempati urutan ke-2. Sebuah pencapaian yang luar biasa.
Meski tertinggal dari Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, ternyata elektabilitas digital Puan Maharani mampu mengungguli tokoh-tokoh popular seperti Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno. Elektabilitas Puan Maharani bahkan mengalahkan Ketua Umum Partai Politik seperti AHY dan Airlangga Hartanto. Untuk Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang disebut Gubernur Medsos atau Gubernur Instagram elektabilitasnya hanya bertengger di posisi ke-6.
Laporan: Mela
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »