Perempuan Memiliki Hak untuk Memilih dan Berpartisipasi dalam Membangun Bangsa

BENTENGSUMBAR.COM - Sosok presenter Najwa Shihab tentunya sudah tidak asing di kalangan anak muda Indonesia. Dikenal cerdas, tegas, dan berwawasan luas, Najwa Shihab kerap menjadi inspirasi.

Dalam acara Opera Van Java di tahun 2019 silam, Najwa Shihab sempat memberikan jawaban menohok saat diminta memilih antara menjadi jurnalis atau ibu rumah tangga.

"Kenapa perempuan harus disuruh memilih? Bukankah kita bisa mendapatkan keduanya? Pertanyaan itu seolah-olah membuat perempuan tak berdaya," pungkas Najwa Shihab saat itu.

Dari kutipan Najwa seolah - olah kaum perempuan tidak boleh memilih. Padahal, perempuan memiliki hak untuk menjadi sesuatu yang lebih, pemimpin misalnya. 

Menurut survei berjudul Advancing Women in Entrepreneurship tahun 2020 yang menyatakan bahwa sebanyak 52% perempuan percaya mereka seharusnya boleh bekerja purna waktu setelah menjadi ibu, sedangkan laki-laki yang setuju hanya 41%.

Sementara itu, sekitar 60% perempuan percaya bahwa mengurus dan mendidik anak adalah tugas perempuan, meskipun angka ini lebih baik ketimbang tahun 2017 yakni sebesar 80%. Artinya dalam tiga tahun, pergeseran pemikiran tersebut terjadi secara cukup signifikan di antara kaum perempuan sendiri.

Sudah saatnya perempuan mampu memberikan kontribusi sebagai pemimpin di negara maupun organisasi lainnya. 

Sebab, bukan zamannya lagi perempuan memiliki keterbatasan dalam memilih apa yang diinginkan, melainkan kini perempuan memiliki kebebasan dalam menggapai cita-citanya.

Bahkan, saat ini sudah banyak kaum perempuan menjadi pemimpin suatu perusahaan hingga sebuah organisasi. Kepimpinan perempuan pun didukung oleh Menteri BUMN Erick Thohir.

Dukungan tersebut disampaikan Erick Thohir melalui partisipasinya dalam kampanye global #GirlsTakeover untuk mendukung perempuan muda tumbuh menjadi pemimpin. Ia pun mengunggah sebuah video di media sosialnya, dalam video tersebut ia menantang kaum muda perempuan untuk berperan menjadi Menteri BUMN di Oktober mendatang. 

“Ini merupakan komitmen saya untuk mendukung kepemimpinan perempuan di BUMN dan secara umum di Indonesia," jelas Menteri Erick Thohir.

Saat ini jajaran direksi perempuan BUMN baru mencapai angka 11 persen dari target 15 persen. Saya berharap target ini dapat tercapai tidak hanya di lingkungan BUMN, namun di berbagai instansi pemerintah serta swasta,” tambah Erick Thohir.

Menanggapi hal itu, Ketua DPR RI, Puan Maharani berkata bahwa peran perempuan mampu mempercepat pemulihan ekonomi global.

“Jika perempuan diberikan peran lebih besar, hal ini akan mempercepat proses pemulihan ekonomi global di suatu negara. Womenomics atau pelibatan lebih besar perempuan dapat menjadi penggerak ekonomi, baik dalam masa normal ataupun krisis,” ucap Puan.

Puan selalu mengingatkan semua pihak agar menyertakan perempuan dalam seluruh proses pembangunan. Menurut dia, partisipasi perempuan seharusnya bukan sekadar kebijakan afirmatif, melainkan kesadaran atas penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia.

“Tanpa kesadaran akan penghargaan harkat dan martabatnya sebagai manusia, maka perempuan akan terus menghadapi berbagai kendala yang dapat berasal dari kehidupan sosial, budaya, ekonomi, maupun politik,” ujar dia.

Puan mengatakan pemberdayaan perempuan harus menjadi agenda bersama antara pemerintah, masyarakat, dunia usaha, dan pemangku kepentingan lainnya. Dia percaya sebuah negara tidak mungkin sejahtera dan maju jika para perempuannya tertinggal.

“Saat ini, perempuan telah banyak aktif dan mengambil peran strategis dalam setiap kegiatan pembangunan di segala bidang. Mulai dari ekonomi, sosial, lingkungan hidup, olahraga, ilmu pengetahuan, riset, dan lainnya,” tutur dia.

Puan pun mendorong agar perempuan terus meningkatkan kapasitas dan kualitas dirinya demi menghadapi tantangan masa depan. Dia juga menekankan pentingnya perempuan untuk mampu mengorganisir sehingga menghasilkan kepemimpinan perempuan yang inspiratif.

Dia yakin, inti pembangunan kesetaraan dan keadilan gender bukanlah meneguhkan siapa yang mendominasi dan didominasi. Melainkan menemukan koridor untuk saling berbagi secara adil dalam segala aktivitas kehidupan tanpa membedakan jenis kelaminnya.

“Inilah semangat yang harus kita tanamkan bersama dalam membangun dunia dimana perempuan dan laki-laki dalam harkat, martabat, kemajuan, dan kesejahteraan yang sama,” kata dia.

Perlu diketahui, Sebuah studi pada tahun 2007 menemukan bahwa keterwakilan perempuan dalam jajaran pimpinan perusahaan mampu memberikan pengembalian modal investasi (ROCI) 66% lebih tinggi, pengembalian ekuitas (ROE) 53% lebih tinggi, dan keuntungan penjualan sebesar 42% lebih tinggi.

Perlu diketahui,  Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada 2,82 juta penduduk berusia 15 tahun ke atas yang bekerja memiliki jabatan manajerial. 

Dari angka tersebut baru sebanyak 33,08% yang merupakan perempuan. Proporsi perempuan pada posisi manajerial ini masih tertinggal dari laki-laki yang mencapai 66,2%.

Sementara itu berdasarkan lokasi, proporsi pekerja perempuan di posisi manajerial yang berada di perkotaan sebesar 33,1%. Sedangkan di pedesaan, proporsi pekerja perempuan yang menempati jabatan manajerial sebesar 33,03%.

Adapun berdasarkan sektor, proporsi perempuan pada posisi manajerial paling banyak berada di sektor jasa, yakni  37,9%. Proporsi perempuan dengan jabatan manajerial di sektor industri sebesar 20,5%, sedangkan di sektor pertanian 20,08%.

Persentase jumlah kepemimpinan perempuan pada tahun 2020 tersebut sebenarnya juga mengalami kenaikan. Pasalnya pada 2019, hanya 21,66% perempuan yang terjun sebagai tenaga kepemimpinan. Jumlahnya tak jauh berbeda dengan tahun 2018, yakni sebanyak 20,22% perempuan yang memegang jabatan manajerial.

Laporan: Mela

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »