SOSOK Jacinda Ardern, Perdana Menteri Selandia Baru, adalah salah satu pemimpin perempuan yang sekarang berada di bawah lampu sorot. Dengan slogan go hard and go early, Ardern telah memberlakukan karantina 14 hari pada siapa pun yang memasuki negara itu pada 14 Maret serta lockdown ketat dua minggu kemudian, ketika total infeksi baru kurang dari 150 orang dan bahkan belum ada yang meninggal.
Melihat gaya kepemimpinan Jacinda membuat semua negara kagum bahkan tak segan-segan Jacinda banyak yang bilang cocok untuk memimpin dunia saat ini.
Sebelumnya, banyak stigma negatif terhadap kaum perempuan sampai saat ini. Padahal, perempuan tidak lagi dipandang sebelah mata, mereka memiliki hak yang sama sesama manusia.
Namun, di Indonesia masih saja ada beberapa orang menganggap bahwa wanita memiliki batasan saat disandingkan dengan kaum pria. Hal itu bisa dirasakan ketika perempuan dalam lingkup pekerjaan, pertemanan sampai lingkungan.
Perempuan kerap dianggap pekerjaannya hanya di dapur saja, dan tidak bisa menjadi pemimpin. Stigma itu sudah tidak berlaku untuk saat ini. Perempuan bisa melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh kaum pria.
Faktanya, perempuan Indonesia saat ini menjadi pemimpin dalam negara. Mereka menjadi sosok kartini yang patut dibanggakan karena kecerdasannya dalam memimpin dalam suatu kementerian di Indonesia.
Sebut saja Menteri Keuangan, Sri Mulyani. Ia dinobatkan sebagai perempuan inspiratif dalam acara Anugerah Perempuan Hebat Indonesia 2021.
Bukan tanpa sebab ia dinobatkan menerima penghargaan itu. Ia menjadi perempuan Indonesia yang menorehkan banyak prestasi dan diakui oleh dunia internasional.
Bahkan ia dinobatkan sebagai Menteri Keuangan terbaik Asia pada 2006 silam. dan menjadi “Best Minister in the World” pada World Government Summit di Dubai tahun 2018.
Dalam penghargaan tersebut, Sri Mulyani dengan bangga membacakan surat Kartini yang berisi.
“Harapan kami, tolonglah, bantulah kami agar usaha kami berguna bagi bangsa kami dan terutama bagi kaum perempuan bangsa itu. Beban berat yang diletakkan di atas bahunya oleh adat lama turun temurun," begitu Sri Mulyani membuka surat Kartini.
Pembacaan narasi Surat Kartini ini untuk mengenang kepedulian Kartini terhadap nasib kaumnya. Tergambar salah satunya melalui surat-surat yang dilayangkan untuk para sahabat di Eropa pada awal abad 20.
Selain Sri Mulyani, ada pula sosok perempuan lain yang memimpin kementerian saat ini. Adalah Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi.
Ia meraih penghargaan Tokoh Perempuan Inspiratif Indonesia 2021. Ia merupakan perempuan pertama yang menjabat Menteri Luar Negeri di Indonesia.
Sepak terjangnya di pemerintahan sudah tak diragukan lagi. Ia pernah menduduki posisi strategis selama berkarier di Kemlu RI.
Pada 2001 - 2003, Retno Marsudi menjabat sebagai Direktur Kerjasama Intra dan Antar Regional Amerika dan Eropa.
Kemudian, istri dari Bagas Marsudi itu menjabat sebagai Direktur Eropa Barat. Retno juga menjabat sebagai Duta Besar RI untuk Norwegia merangkap Islandia pada 2005 - 2008. Lalu Retno juga pernah menjadi Duta Besar Indonesia untuk Belanda pada 2012-2014.
Lalu, ia dipercaya oleh Presiden Joko Widodo untuk mengisi Menteri Luar Negeri selama dua periode saat ini.
Dua perempuan di atas adalah sosok inspiratif bagi perempuan Indonesia. Mereka menjadi simbol, bahwa perempuan bisa melakukan pekerjaan yang sama dengan kaum pria.
Perlu diketahui, pentingnya pemahaman soal kesetaraan gender di tengah masyarakat perlu ditanamkan sejak dari keluarga. Sebab, dimulai dari keluarga pemahaman terhadap kesetaraan gender bisa ditularkan lebih luas ke luar rumah.
Mengajarkan kesetaraan gender sejak dini dalam rumah tangga memang penting untuk dilakukan. Sebab di era modern, sepatutnya pria membantu urusan rumah tangga bukan lagi hal tabu.
Kesetaraan gender harus dimulai dari dalam keluarga. Keluarga adalah kesatuan masyarakat terkecil yang merupakan inti dan sendi-sendi masyarakat.
Pemahaman kesetaraan gender dalam keluarga akan menentukan perspektif dan membuka kesetaraan bagi laki-laki dan perempuan secara lebih strategis.
Perbedaan aktivitas anak laki-laki dan perempuan justru akan membuat anak-anak tidak dapat berkembang bebas. Buku 'Materi Pembelajaran Pendidikan Keluarga Responsif Gender' yang disusun Oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2014 menyebutkan kesempatan aktivitas yang sama harus diberikan oleh orang tua terhadap semua anak.
(Siti Muryani – Anggota Perempuan Indonesia Satu)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »