Hari Batik Nasional, Momen Mempromosikan Batik Kepada Generasi Muda Bangsa

BATIK kini mulai diminati oleh generasi muda, bahkan menjadi salah satu fesyen ikonik. Hari Batik Nasional pada 2 Oktober ini menjadi momen tepat untuk mempromosikan batik secara lebih luas, lintas generasi dan lintas batas negara.

Apalagi, setiap daerah di Indonesia memiliki corak khas batik masing-masing, memperkaya khazanah batik nasional. Misalnya, batik Cirebon memiliki motif mega mendung, sedangkan batik Solo memiliki khas warna kuning dengan corak tanpa warna putih.

Corak gambar pada kain batik juga memiliki makna berbeda yang kebanyakan menggambarkan kehidupan manusia dari awal hingga akhir. Filosofi batik yang mendalam ini juga menjadi salah satu daya tarik yang belum banyak diketahui generasi muda.

Raja Keraton yang juga Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X pun mendorong masyarakat tak sekedar bangga mengenakan batik, tetapi juga bisa mempelajari makna filosofis dari setiap corak batik dan melestarikan corak-corak itu.

Terlebih, menurut Sultan, batik sarat makna simbolis dalam penggunaannya meski saat ini batik sudah menjadi produk global seperti produk fashion lainnya. Batik, lanjutnya, bukan lagi hanya milik para tetua yang mapan, tapi sudah bagian dari gaya hidup anak muda.

Terdampak pandemi

Sayangnya, industri batik juga turut terdampak hebat akibat pandemi Covid-19. Penjualan menurun drastis sehingga membuat banyak pengrajin batik alih profesi.

Menurut Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia (APPBI), penurunan penjualan mencapai hingga 80%. Jumlah pengrajin batik juga turun drastis dari sebelumnya 151.656 pengrajin, menjadi hanya 37.914 orang yang masih aktif.

Ketua APPBI Komarudin Kudiya menyebut memang sejak pandemi Covid-19 banyak perajin batik yang tutup sementara. Namun, adanya pelonggaran PPKM membuat pengrajin batik mulai bangkit.

Sejak pandemi Covid-19, Komarudin mengatakan pihaknya berupaya untuk melakukan penjualan melalui online. Kolaborasi dengan berbagai komunitas pun dilakukan agar daya beli batik dapat meningkat. 

Di sisi lain, Komarudin juga mengkhawatirkan sulitnya regenerasi bagi perajin batik yang terampil karena banyak perajin alih profesi. Pekerjaan batik yang biasa menggunakan keterampilan tangan motorik halusnya bisa hilang sehingga menimbulkan masalah baru bagi pengrajin batik.

Kreasi batik modern

Permaisuri Sultan HB X yang juga Ketua Dewan Kerajinan Nasional DIY Gusti Kanjeng Ratu Hemas berujar, seni batik di era modern idealnya dapat berkembang melintasi batasan ruang dan waktu. Batik juga mesti mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman serta teknologi terkini.

Menurut Hemas, seni batik juga dapat dikembangkan secara fleksibel dalam menyikapi berbagai batasan formal sehingga seni batik dapat berkembang lebih luas dengan dinamis namun tetap bijaksana, dalam artian tanpa meninggalkan pakem dasarnya. 

Meski kini batik tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang kuno, menarik perhatian anak muda untuk mengenakan batik tetap tidak semudah yang dikira. Ada berbagai hal yang perlu diperhatikan, seperti desain dan warna yang menarik serta harganya yang terjangkau.

Oleh karena itu, banyak pemilik brand fesyen dalam negeri yang melakukan kreasi busana dengan mengawinkan batik dan gaya masa kini. Luna Maya misalnya.

Artis sekaligus pemilik brand fesyen Luna Habit ini meluncurkan koleksi terbaru tepat sebelum peringatan Hari Batik Nasional. Koleksi bertajuk Saujana Pesisir ini menggunakan motif batik Sunda dan Jawa Barat dengan desain modern dan bergaya muda.

Luna mengatakan, dirinya ingin agar anak muda tak berpikir bahwa batik itu mahal dan terkesan berat. Corak batik Sunda dan Jawa Barat juga dipilih karena memiliki warna-warna terang dan colorful.

Beberapa corak yang digunakan adalah motif lokcan, sawat sairis, dan bunga kepang. Semuanya dihadirkan dalam bentuk 12 jenis koleksi atasan (top), bawahan (bottom), satu pasang (set), serta blazer.

Tak hanya Luna Maya, pemilik brand batik premium Garuda Kencana Batik, Yos Christian Addyputra juga berkreasi dengan desain dan model batik yang diminati oleh anak muda.

Tidak hanya menghadirkan batik dalam bentuk kemeja, dia juga mendesain jaket bomber, collarless blazer, jaket riders hingga kimono batik dengan motif kontemporer semisal corak batik polos, atau motif macan dan naga.

Menurut Yos, saat ini anak muda banyak yang pakai batik tapi kebanyakan hanya pada acara-acara formal saja. Jarang anak muda yang nongkrong mengenakan batik.

Akhirnya, dia pun buat bomber jaket batik dengan desain tidak konvensional tapi dengan motif kontemporer. Lebih modern, tapi tetap batik tulis. Harapannya, batik semakin diminati anak muda sebagai gaya busana sehari-hari. (Dewi Chandra – Anggota Perempuan Indonesia Satu)

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »