Catatan Isa Kurniawan: Minangkabau Itu Sudah Istimewa

MENJADIKAN Minangkabau itu sama dengan Sumbar sebagai wilayah administratif sama saja dengan pengingkaran terhadap sejarah dan mengecilkan Minangkabau itu sendiri sebagai sebuah entitas yang cakupannya sampai ke Kampar (Riau), Bangko, Kerinci (Jambi), Muko-muko (Bengkulu), Natal (Sumut) dan Negeri Sembilan (Malaysia).

Upaya ini sekaligus berpotensi memecah masyarakat Sumbar, khususnya masyarakat Mentawai yang mayoritasnya adalah non muslim --yang secara budaya tidak sama dengan Minangkabau. 

Untuk menjadikan Minangkabau sebagai slogan kepariwisataan Sumbar saja ditolak oleh Pemkab Kepulauan Mentawai, apalagi jadi nama provinsi.

Pada hakikatnya Minangkabau itu sudah istimewa sejak dulu, baik dari sisi matrilineal-nya (garis keturunan ibu), adatnya yang bersendi syara', syara'-nya bersendi Kitabullah (orang Minangkabau itu adalah muslim/Islam), maupun sejarah panjangnya dalam memperjuangkan dan mempertahankan eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Terjadinya degradasi budaya Minangkabau (yang parah) hari ini --salah satu ditandai dengan paling tingginya angka LGBT di banding daerah lain di Indonesia-- sebenarnya bukan terletak pada struktur, tapi lebih ke alur berpikir (mindset) dan kegagapan menerima perubahan yang ada (culture shock). 

Jadi yang diperlukan sekarang bagaimana meluruskan alur berpikir --semua pihak, itu yang utama, di samping persoalan-persoalan ekonomi.

Sebagai sebuah gagasan ataupun gerakan, menjadikan Sumbar sebagai Daerah Istimewa Minangkabau (DIM) --di negara yang menjunjung tinggi demokrasi-- sah-sah saja. 

Apakah itu bisa dikongretkan, karena ini menyangkut urusan ketata-negaraan, atau cuma menggantang asap? Biarkan waktu yang menjawabnya.

*Isa Kurniawan, Koordinator Komunitas Pemerhati Sumbar (Kapas)

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »