Presiden Direktur Mizan Group: Identitas Arab Potensi Picu Konflik di Indonesia

BENTENGSUMBAR.COM - Presiden Direktur Mizan Group, Haidar Bagir juga ikut mendiskusikan buku Musa Kazhim Al Habsyi berjudul Identitas Arab Itu Ilusi.

Ia mengikuti diskusi buku itu melalui aplikasi zoom meeting yang disiarkan secara di Channel YouTube Tribun Timur, Kamis (28/4/2022).

Menurutnya, buku tersebut sangat menarik dan terbit pada waktunya.
Baik dari segi pembahasan, maupun pendekatannya sangat original.

"Banyak orang yang saya kira dibuat terkejut dengan pembahasan dalam buku ini," katanya.

Judul "Identitas Arab Itu Ilusi" kata dia bisa saja dipersoalkan.

Namun, untuk keperluan mengangkat tesis yang tidak disampaikan, judul tersebut sangat bagus dan menarik.

Karena pada kenyataannya, identitas Arab itu tidak bisa dipungkiri. Ada orang yang disebut sebagai Arab keturunan.

Selain itu, buku tersebut menarik bagi dia karena berusaha menjernihkan yang dimaksud dengan identitas Arab itu.

Menurut Haidar Bagir, identitas Arab yang dimaksud dalam buku Musa Kazhim Al Habsyi bukan kesukuan maupun kebangsaan.

Melainkan identitas sebagai penutur bahasa Arab.

"Jadi yang mengikat semua orang yang disebut sebagai Arab itu adalah bahasa yang dipakainya bukan identitas Arab yang terkait dengan simbol," katanya.

Dalam buku tersebut, kata dia, dijelaskan awal mula orang Yaman datang ke Indonesia.

Mereka datang ke Indonesia langsung berusaha melakukan akulturasi.

Sehingga banyak orang Indonesia yang sebetulnya habib, tapi sudah tidak dikenal kehabibannya.

"Seperti di Aceh, Makassar, dan beberapa daerah di Indonesia," katanya.

"Bahkan kakek saya termasuk," tambahnya.

Saat tiba di Indonesia, kakek Haidar Bagir bukan hanya belajar bahasa Indonesia, Namun juga belajar bahasa Jawa.

Hal tersebut dilakukan agar dapat berkomunikasi dengan warga lokal di sekitarnya.

Persoalan identitas Arab, kata dia, sudah hampir selesai. 

Bahkan sejak abad ke-4, interaksi antara ulama Indonesia dengan ulama Hadramaut.

Dalam buku tersebut juga disampaikan keterampilan ulama Yaman beradaptasi di Indonesia.

Mereka menikah dengan orang Indonesia. Lalu memiliki keturunan dan sebagainya.

Sehingga identitasnya sebagai orang Yaman menjadi Indonesia.

Namun, belakangan ini, kata dia, ada sekelompok keturunan Yaman maupun yang bukan, malah mengeraskan identitas Arab.

Seolah-olah identitas Arab yang mereka sebutkan lebih mulia dari identitas Indonesia.

Akibatnya, banyak keturunan Yaman yang bangga tampil dengan identitas Keyamanannya.

Begitupun dengan orang Indonesia yang merasa lebih religius jika tampil seperti orang Yaman.

"Padahal dalam buku ini dijelaskan bahwa keislaman itu bukan dilihat pada identitas Arabnya. Apalagi, Arab bukanlah identitas, melainkan bahasa," katanya.

Musa Kazhim, kata dia, menulis buku ini cenderung sudah mulai sampai pada titik yang mengkhawatirkan. Seperti persoalan identitas Arab.

"Itu berpotensi menjadi sumber konflik," katanya.

Karena ada kelompok yang merasa menjadi lebih Islam dan mendukung pengerasan yang diduga sebagai identitas Arab.

Di sisi lain, ada sekelompok masyarakat Indonesia merasa keberatan karena memaksakan untuk mengikuti identitas yang dianggap Arab itu.

"Akibatnya justru menciptakan gap baru sehingga belakangan ini menjadi panas. Ada yang mati-matian membela segala yang berbau Arab dan ada juga yang menyuruh Arab pulang ke negerinya," katanya. 

Sumber: TribunTimur

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »