Sosok Ade Armando, Kecil Dikucilkan, Ayah Berpangkat Mayor Diberhentikan Setelah G30S/PKI 1965, Dahlan Iskan Singgung Orde Baru

BENTENGSUMBAR.COM - Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan menilai sosok Ade Armando menjadi tokoh utama peristiwa besar demo 11 April 2022 yang digelar Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI).

"Justru tidak satu pun nama tokoh mahasiswa yang mengorbit," demikian dikutip dari tulisan Dahlan Iskan berjudul Demo Ade Armando yang tayang di laman disway.id, termasuk JPNN.com, Kamis (14/4).

Dahlan juga menilai sosok pegiat media sosial sekaligus dosen di Universitas Indonesia (UI) itu menjadi pusat pemberitaan dan opini di jagat medsos.

"Kasus Ade telah menenggelamkan isu utama yang diperjuangkan mahasiswa: anti-tiga periode dan turunkan harga-harga. Tidak ada lagi orang bicara dua isu itu," ucap Dahlan.

Diketahui, Ade Armando menjadi korban pengeroyokan saat demo mahasiswa itu berlangsung di depan gerbang utama DPR/MPR, Senin lalu.

Ade babak belur dikeroyok oleh sekelompok orang yang bergabung ke dalam aksi demo BEM SI tersebut.

"Peristiwa besar melahirkan tokoh besar dan itu Ade Armando. Bukan perancang dan penggagas gerakan itu," lanjut Dahlan Iskan dalam tulisannya.

Menurut Dahlan, tingginya popularitas Ade Armando sekarang ini tidak mustahil membuatnya sebagai tokoh politik tidak lama lagi.

Terlebih lagi, Ade menurutnya sudah punya bendera sendiri, PIS (Pergerakan Indonesia untuk Semua).

"Siapa tahu kelak PIS –baca peace– jadi partai politik. Setidaknya bisa jadi ormas untuk mendukung satu partai politik," ujar Dahlan.

Menurut Dahlan Iskan, spirit untuk ke sana mestinya besar. Agar Ade bisa melakukan perubahan bangsa lewat kekuasaan. 

Ia tentu punya ''dendam'' untuk membuat bangsanya tidak seperti masa kecilnya: miskin dan terkucilkan.

"Miskin karena orang tuanya harus kehilangan pekerjaan sebagai tentara. Sebenarnya pangkat bapaknya lumayan: mayor. Jabatannya juga lumayan: atase militer di dua negara ASEAN," katanya.

Dahlan Iskan juga menyebut, Ayah Ade Armando harus diberhentikan setelah G-30-S/PKI pada 1965. Mungkin dianggap terlalu Sukarnois –yang harus dibersihkan oleh Orde Baru.

"Keluarga ini sampai harus merantau ke Malaysia untuk mencari penghidupan. Di Malaysia, Ade-kecil merasa dihina-hina. Ia tidak bisa bahasa Inggris," katanya.

Dilansir dari JPNN.com, Polda Metro Jaya telah menangkap tujuh orang terduga pengeroyok Ade Armando. 

Ketujuh orang itu masing-masing bernama Muhammad Bagja, Komarudin, Dhia Ul Haq, Abdul Latif, Arif Pardhiani, Markos Iswan, dan Alfikri Hidayatullah.

"Mereka ditetapkan sebagai tersangka aksi kekerasan ini," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Endra Zulpan di Jakarta, Kamis (14/4).

Dua nama terakhir yang ditangkap polisi terkait kasus pengeroyokan Ade Armando ialah Markos Iswan dan Alfikri Hidayatullah. 

Markos Iswan ditangkap petugas di Sawangan, Depok, Jawa Barat, sedangkan Alfikri diringkus di Jagakarsa, Jakarta Selatan pada Kamis dini hari. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »