Terbaru Mahfud MD Sebut Ferdy Sambo Nangis-nangis Merasa Terhina dan Terdzolimi, 3 Orang Dihasut

BENTENGSUMBAR.COM - Fakta baru di balik pembunuhan Brigadir J alias Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat yang diskenario Irjen Ferdy Sambo dibongkar Menkopolhukam Mahfud MD.

Mahfud MD menyebut ada jebakan psikologis yang yang dilakukan Ferdy Sambo terhadap orang-orang tertentu untuk mendukungnya setelah pembunuhan Brigadir J.

Bahkan Ferdy Sambo sampai nangis-nangis demi meyakinkan orang-orang tertentu untuk mempercayai skenario pembunuhan Brigadir J yang awalnya disebut tembak menembak itu.

Di podcast Deddy Corbuzier terbaru, Mahfud menyebut setidaknya ada tiga orang yang mengalami jebakan psikologis Ferdy Sambo.

Pertama Kompolnas yang diwakili Poengky Indarti diundang Ferdy Sambo ke kantornya pada Senin (11/7/2022), atau tiga hari setelah kejadian.

Di situ Ferdy Sambo nangis-nangis sambil mengaku terhina dan terdzolimi.

"Hanya untuk nangis di depan Kompolnas. Saya teraniaya, Kalau saya sendiri ada di situ, saya tembak habis dia. Nangis-nangis ini," ujar Mahfud menirukan perkataan Ferdy Sambo di depan Kompolnas saat itu.

Poengky Indarti yang mendapati hal itu, disebut Mahfud tidak mengerti apa yang terjadi karena memang Ferdy Sambo saat itu hanya menangis dan mengiba.

Lalu sesudah itu ada lagi seseorang yang dipanggil Ferdy Sambo.

"Nangis dengan ceritanya sama," ungkap Mahfud dikutip dari channel youtube Deddy Corbuzier.

Bahkan, lanjut Mahfud ada juga publik figure yang dihubungi Sambo dengan diberi cerita serupa.

Bahkan dikabarkan ada anggota DPR yang juga dihubungi, namun Mahfud belum bisa mengklarifikasi karena saat dihubungi tidak menjawab.

Menurut Mahfud, apa yang dilakukan Ferdy Sambo ini adalah upaya untuk pengondisian psikologis agar ada orang yang nanti membela dan menyatakan bahwa itu terdzolimi.

Dan ternyata benar, di awal kasus ini, baik Kompolnas dan Komnas HAM sempat memiliki perspektif tersebut.

"Artinya ada pengkondisian untuk mengatakan itu didzolimi, istrinya dilecehkan. Ini sudah prakondisi untuk menyatakan itu pelecehan," terang Mahfud MD.

Setelah dia pulang dari ibadah haji, Mahfud pun langsung memanggil Kompolnas dan Kombas HAM yang terkadang masih terpengaruh jebakan psikologis Ferdy Sambo.

Mahfud juga memanggil Sekretaris Kompolnas Benny Mamoto yang di awal sempat berstatemen bahwa ada pelecehan seksual di balik terbunuhnya Brigadir J.

Kepada Mahfud, Benny menyebut bahwa hal itu berdasarkan informasi yang didapat dari Kapolres Jakarta Selatan.

"Kenapa anda percaya, wong itu ndak masuk akal. Coba ganti perspektif, ini bukan pelecehan tapi ini sesuatu terjadi," ungkap Mahfud saat itu. 

Akhirnya perspektif berubah hingga kemudian pengacara Brigadir J bersuara, publik marah dan ujung-ujungnya Kapolri membentuk tim khusus untuk menyelidiki kasus ini. 

Saat ini, Mahfud menyebut kasus ini ibarat bisul yang sudah keluar batunya. 
Meski begitu, masih ada sejumlah pertanyaan yang belum dijawab sampai saat ini. 

"Sekarang kan belum ada yang tahu, Jumat sore (saat kejadian) sampai Senin sore kejadiannya bagaimana. 
Komnas  HAM saya tanya juga belum tahu," ungkap Mahfud. 

Ngotot Ada Pelecehan

Sebelumnya, Ferdy Sambo diperiksa tim khusus Kapolri di Mako Brimob, pada Kamis (11/8/2022).

Selama sekira 7 jam, tim khusus Kapolri memeriksa Ferdy Sambo.

Pemeriksaan dilakukan sejak pukul 11.00 dan selesai pukul 18.00.

Irjen Ferdy Sambo mengaku marah dan emosi kepada Brigadir J.

Amarah itu muncul setelah mendapat laporan dari istrinya Putri Chandrawathi tentang peristiwa yang terjadi di Magelang.

Sayangnya Direktur Tindak Pidana Umum (Dirtipidum) Bareskrim Polri, Brigjen Andi Rian tak menjelaskan lebih detail peristiwa apa yang terjadi.

Tapi peristiwa itu dikatakannya terjadi di Magelang dan dilakukan oleh Brigadir J.

"Dirinya marah dan emosi setelah mendapat laporan dari istrinya PC, yang telah mengalami tindakan yang melukai harkat dan martabat keluarga, yang terjadi di Magelang yang telah dilakukan oleh almarhum," kata Andi Rian dalam keterangan pers yang disiarkan di Kompas TV, Kamis (11/8/2022) malam.

Ferdy Sambo pun kemudian memanggil RR dan RE untuk melakukan perencanaan pembunuhan kepada Brigadir J.

"Kemudian tersangka FS memanggil tersangka RR dan tersangka RE untuk merencanakan pembunuhan terhadap almarhum Yosua atau Brigadir J," terang Andi.

Menurut Brigjen Andi Rian Djajadi, pengakuan Ferdy Sambo hal itu patut disyukuri.

Pasalnya, tidak mudah membuat Irjen Ferdy Sambo bicara terkait kasus kematian Brigadir J.

“Pengakuan tersangka kan kita tahu semua ya, syukur ini tersangka bunyi, ngomong,” kata Brigjen Andi Rian Jayadi dalam konferensi pers di Mako Brimob, Depok, Jawa Barat, Kamis (11/8/2022).

Meskipun, kata Andi, jika Ferdy Sambo enggan bicara pun tidak mempengaruhi penyidikan Tim Khusus Bareksrim Polri.

Pasalnya, kata dia, Timsus sudah memiliki bukti.

Andi mengatakan bukti-bukti tersebut sudah siap untuk dilimpahkan ke pengadilan.

“Kita sudah punya alat bukti untuk memberikan sangkaan terhadap yang bersangkutan dan siap untuk kita bawa ke pengadilan,” ujarnya.

Versi Kamaruddin Simanjuntak

Dalam program Kontroversi Metro TV, Kamis (11/8/2022), Kamaruddin Simanjuntak membeberkan motif pembunuhan versinya. 

"Si bapak diduga melakukan perkawinan di luar undang-undang dengan yang cantik-cantik itu. Dan diduga ada pertanyaan dari ibu, kemana bapak kenapa tidak pulang. Biasanya bapak kalau bintang 2, istri bintang 3, yang jadi repot sopir dan ajudannya," kata Kamaruddin.

Lalu, lanjut Kamaruddin, diduga Bigadir J memberitahu bahwa si bapak menemui yang cantik-cantik itu hingga akhirnya terjadilah pertengkaran rumah tangga.

"Sejak saat itu almarhum diancam sampai tanggal 21 Juni 2022," terang Kamaruddin.

Ancaman itu lalu diberitahukan kepada sang kekasih, Vera Simanjuntak. 

"Diberitahu dia akan dibunuh atau dihabisi. carilah pria lain, saya tidak mungkin lagi menikahi kamu karena saya mau dibunuh. Dia juga minta maaf, kalau saya salah mohon dimaafkan. Si kekasih bertanya, yang sakitnya kau bang. Si kekasih sampai ikut menangis juga," ungkap Kamaruddin. 

Kemudian pada tanggal 1 Juli 2022, Putri Candrawathi mengundang adik Brigadir J, Reza Hutabarat dan memberinya uang Rp 5 juta, dompet Pedro dan dijanjikan akan dipindah ke Jambi. 

Lalu, pada tanggal 2, Brigadir J bersama Putri Cnadrawathi dan ajudan lain berangkat ke Magelang. 

"Di Magelang terjadi keributan rumah tangga karena di sana diduga si wanita cantik mengadu ke si bapak, bahwa dia akan mundur dari instansi. Ini membuat si bapak emosional.  Terjadi pertengkaran dan nangis. Si bapak pulang duluan, dengan ajudan yang selama ini sering menghasut," ungkap Kamaruddin. 

Tanggal 7 Juli 2022 atau sehari sebelum pembunuhan, Brigadir J kembali mendapat ancaman pembunuhan, jika dia naik ke atas maka akan dibunuh. 

"Tanggal 7 telpon lagi ke kekasih kalau dia naik ke atas akan dibunuh. Cuma kekasih tidak bertanya apa yang dimaksud naik ke atas," ungkap Kamaruddin. 

Lalu, sehari setelahnya terjadi lah pembunuhan itu. 

Disinggung tentang pengakuan Ferdy Sambo bahwa Brigadir J telah melakukan pelecehan terhadap Putri Candrawathi, menurut Kamaruddin itu menandakan bahwa mantan Kadiv Propam itu terlalu muda. 

"Belum memahami ilmu hukum mengenai tempo delicty dan locus delicty. Kalau kejadiannya di magelang, laporkan ke Magelang," katanya. 

Kamaruddin juga menyoroti kejadian sebelum pembunuhan dimana saat itu Brigadir J masih kompak bersama berjalan ke Jakarta dengan Putri Candrawathi. 

"Adakah wanita yang sudah dilecehkan mau berjalan bersama dikawal ajudannya yang sudah melecehkan dia yang juga anak dia," katanya. 

Kamaruddin justru melayangkan sindiran mengenai pembohong. 

"Ada seorang pengarang cerita bekerja sebagai staf ahli kapolri yang membuat skenario., Ternyata skenario pertama gampang dipatahkan, diganti skenario kedua. Pembohong menggali lobang untuk berbohong lagi. Siapa yang percaya denagn orang yang suka berbohong.  Di kampung kami di Batak, sekali berbohong, dia tidak dipercaya lagi," tegasnya. 

Reaksi Keluarga Brigadir J

Di bagian lain, Samuel Hutabarat, ayah Brigadir Yosua atau Brigadir J angkat bicara terkait hasil pemeriksaan Ferdy Sambo yang menyatakan motif pembunuhan karena adanya tindakan asusila.

"Apa mungkin Yosua bisa berbuat begitu, sedangkan di Magelang kan bukan berdua, ada juga yang lain," ucapnya, Kamis (11/8/2022).

Ia menuding pernyataan Ferdy Sambo hanya sandiwara karena sejak awal pernyataannya berubah-ubah.

"Itu menurut versi mereka, karena sandiwara mereka selalu berubah-ubah dari awal, di skenario pertama katanya Yosua masuk ke kamar Ibu Putri melakukan pelecehan sekarang skenario kedua dikatakan bahwa pelecehan sudah terjadi di Magelang, jadi mana yang benar, saya sebagai orang tua bingung," jelasnya.

Sebelumnya Kadiv Humas Polri, Irjen Dedi Prasetyo menyampaikan hasil pemeriksaan Ferdy Sambo terkait dengan motif pembunuhan yang dilakukan kepada Brigadir Yosua, Kamis (11/8/2022).

Dedi Prasetyo mengatakan berdasarkan hasil BAP, yang dikatakan Ferdy Sambo alasan dirinya merencanakan pembunuhan ini karena tersulut emosi setelah mendapat cerita dari istrinya bahwa ada tindakan asusila yang dilakukan Brigadir Yosua kepada Istrinya saat di Magelang.

Samuel merasa kecewa, heran dan bingung dengan pernyataan tersebut.

Kalaupun seandainya benar Brigadir Yosua melakukan kesalahan, apakah pantas jika harus diperlakukan seperti itu.

"Apakah seandainya salah, apa harus disiksa seperti itu, seandainya salah anak saya ya udah lumpuhkan, penjarakan, bila perlu pecat, jangan membabi buta, manusia anak saya itu, ada haknya untuk hidup," tutupnya.


Sumber: Surya Tribun

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »