Ketum DPP BAPERA: Aktivisme Politik Kaum Muda Belum Mampu Terobos Ruang Politik Indonesia yang Buas, Transaksional dan Nir Gagasan

BENTENGSUMBAR.COM – Generasi “tech savvy” itu lihai dalam menggunakan teknologi untuk cari informasi menggalang kampanye, protes di media kanal dan media sosial, hingga membangun jejaring sosial.

"Tak sedikit anak muda menjadikan dunia maya sebagai ruang aktivisme politik mereka," ucap Fahd El Fouz A Rafiq di Jakarta pada selasa, (4/4).

Ketua Umum DPP BAPERA mengatakan, “Kekecewaan gen z dan y pada institusi politik formal khususnya parpol dan parlemen membuat mereka beralih pada media sosial dan karya karya digital yang dituangkan di blogger, youtube, tik tok dan banyak lagi.” 

Jadi generasi muda saat ini tidak lagi di dikte oleh media konvensional (cetak, televisi dan radio). 

Percaya atau tidak media sosial menjadi rujukan informasi utama mereka naik dari 39,5 persen (2018) menjadi 59 persen di tahun 2022.

Mantan Ketum PP – AMPG menambahkan, isu lain yang mendapat perhatian kaum muda adalah lapangan kerja.

Lapangan kerja yang luas sangat dibutuhkan anak muda untuk bisa tersenyum menatap masa depan.

Masalahnya, tingkat pengangguran usia muda di Indonesia mencapai 20 persen (CORE Indonesia).

Data ILO menyebut, pengangguran usia 15-24 tahun mencapai 16 persen pada 2021.

Senada dengan para founding fathers, “siapa yang menggenggam hari depan di tangannya, maka dialah yang digemari pemuda di hari sekarang. ”

Masalahnya sekarang, hampir tidak ada parpol yang benar-benar bisa menggenggam harapan anak muda. 

Di sisi lain Parpol hari ini terlalu elitis, tradisional dan janji palsu di mata anak-anak muda. Hampir tak ada parpol yang melek teknologi. Memang, hampir semua parpol kini hadir di Medsos.

Namun, hampir tak ada parpol yang punya visi atau program yang berkaitan dengan penciptaan iklim yang kondusif bagi kemajuan teknologi. 

Hampir semua parpol parlemen di Indonesia bersifat elitis dan hierarkis. 

Sementara banyak survei menyebut, anak muda lebih tertarik dengan voluntarisme dan kolegialitas.

Selain masih bermental feodal, parpol-parpol di Indonesia juga semakin terjerembab dalam personal party. 

Personal party, istilah yang diciptakan oleh ilmuwan politik Italia, Norberto Bobbio, merujuk pada parpol yang diciptakan oleh satu orang, demi melayani kepentingan satu orang, dan pengambilan keputusannya tersentralisasi di tangan satu orang.

Di sisi lain, aktivisme politik kaum muda, baik di jalanan maupun media sosial, belum melahirkan sebuah kekuatan politik baru yang signifikan.

"Memang ada upaya-upaya pendirian alat politik baru berbasis anak muda, seperti PSI tetapi belum cukup kuat untuk menerobos ruang politik Indonesia yang buas, transaksional, dan nir-gagasan," tutup Ketua Bidang Ormas DPP Partai Golkar. (ASW)

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »