Ulama, da’i, ustadz dan tuanku sebagai pemilik otoritas ilmu-ilmu keislaman, sejatinya memiliki peran besar bagi pengembangan ilmu secara keseluruhan. |
Perannya dalam pengembangan ilmu pengetahuan sangat penting.
Apalagi sebagai pemimpin spiritual dan intelektual dalam masyarakat muslim, khususnya di Minangkabau, mereka memiliki tanggung jawab untuk memahami, mengembangkan, dan menyebarkan pengetahuan yang sesuai dengan prinsip-prinsip agama Islam.
Demikian diungkapkan Pj. Walikota Pariaman Roberia dalam sambutannya yang dibacakan Staf Ahli Bidang Sumber Daya Manusia Hartati Thaher pada pembukaan Seminar Nasional, Halal Bi Halal dan Pembukaan Halaqah Tuanku, Sabtu (20/4/2024) di aula Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Syekh Burhanuddin Pariaman.
Seminar yang diselenggarakan WA Group Silaturahmi Tuanku Nasional dengan STIT Syekh Burhanuddin Pariaman, diikuti 150 orang dari pimpinan pondok pesantren, para tuanku, dosen dan mahasiswa STIT Syekh Burhanuddin.
Menurut Roberia, kehadiran ulama, da’i, ustadz dan tuanku, sering kali diminta untuk memberikan panduan dan fatwa terkait isu-isu ilmiah, seperti bioetika atau keputusan teknologi yang kontroversial.
“Dengan pengetahuan agama dan pemahaman mendalam tentang ilmu pengetahuan, ulama dapat memberikan nasihat dan bimbingan kepada individu dan masyarakat dalam mengambil keputusan yang tepat,” kata Roberia.
Dikatakan, mereka memiliki peran penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan di kalangan umat Muslim.
Mereka menjaga keseimbangan antara agama dan ilmu pengetahuan, menafsirkan dan memahami implikasi ilmiah, memberikan arahan moral dan etika,menyebarkan pengetahuan, membantu dalam pengambilan keputusan terkait ilmu pengetahuan.
“Mencermati pentingnya kedudukan Islam dan ilmu pengetahuan maka adalah tuntutan kehidupan keduanya kembali disatutubuhkan (integrasi dan islamisasi pengetahuan). Kerja strategis yang mesti dimulai adalah menempatikan lembaga pendidikan ulama, satu di antara halaqah, dengan pendidikan di madrasah sebagai bentuk dari sekolah umum yang bercirikan agama,” tutur Roberia.
Sudah saatnya tidak melanjutkan dikhotomi akademisi dengan ulama, sekolah dengan madrasah, madrasah dengan halaqah, perguruan tinggi Islam dengan perguruan tinggi umum.
Setiap orang akan bekerja sesuai keahlian, professional dan proporsional adalah cara terbaik untuk menghadapi masa depan yang terus berubah, kata Roberia menambahkan.
Roberia juga menyebutkan, akselerasi dakwah dapat dilakukan dengan cepat dan mudah jika seorang ulama, da’i, ustadz atau tuanku mempunyai pemahaman yang dalam akan ajaran agama dan dapat merespon dengan cepat permasalahan umat.
"Untuk melaksanakan tugas tersebut maka seorang ulama, da’i, ustadz atau tuanku, harus memiliki wadah yang dapat mengantarkan dirinya pada hal tersebut. “
Salah satu wadah yang dapat mencapai hal tersebut adalah dengan mengikuti halaqah-halaqah yang diadakan untuk mendalami ilmu-ilmu agama.
Halaqah artinya lingkaran, dalam hal ini berarti lingkaran orang-orang yang duduk bersama dalam suatu majelis pengajian untuk bersama-sama mengkaji dan mempelajari Islam.
"Dalam bahasa lebih popular bisa juga disebut sebagai pengajian atau majelis taklim,” kata Roberia menambahkan.
Turut memberikan sambutan Bupati Padang Pariaman Suhatri Bur, Ketua STIT Syekh Burhanuddin Dr. Neni Triana, M.A, Sekretaris Yayasan Islamic Centre Syekh Burhanuddin Ali Amran, Ketua Panitia Ahmad Damanhuri, SH Tuanku Mudo
Tampil sebagai narasumber Guru Besar UIN Imam Bonjol Padang Prof. Dr. Duski Samad, MA, Tuanku Mudo, Kepala Biro AUAK IAIN Kerinci Dr. Muhammad Nur, MA Tuanku Bagindo, Kepala MTsN 2 Kota Pariaman Dr. Zalkhairi, MA Tuanku Bagindo dengan moderator Wakil Ketua I STIT Syekh Burhanuddin Pariaman Dr. Heri Surikno, MA. Seminar nasional bertemakan “Rekognisi Kepemimpinan Tuanku: Kompetensi, Tradisi dan Aktualisasinya”. (at)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »