Catatan Hendriyanto: UAS dan Minangkabau

Catatan Hendriyanto: UAS dan Minangkabau
Penulis Hendriyanto bersama Ustadz Prof. DR. H. Abdul Somad, MA., atau UAS)dalam suatu kesempatan usai kegiatan.
PAK
Jusuf Kalla pernah mengundang Ustadz Abdul Somad (UAS) dalam peringatan ulang tahunnya yang ke-80. Jawaban UAS waktu itu, "Maaf pak Jk, sy tidak bisa datang diluar 4 hari yang sudah saya jadwalkan."

UAS juga pernah diundang untuk menghadiri penikahan anak pak Anies Baswedan. Jawaban UAS sama, yakni beliau tidak bisa datang diluar jadwal yang sudah ditetapkan.

UAS juga pernah diundang salah seorang jenderal, bahkan private jet disiapkan untuk menjemputnya. Jawabannya tetap sama: Maaf pak, tak bisa!

UAS juga diundang untuk acara haul ibu dari bang Ahmad Ali ke Morowali. Juga pernah ditelpon Sekjen PKS untuk acara haul ibu dari bang Haji Hisam di Batu Licin, Kalsel. Private Jet juga disiapkan untuk antar jemput. Jawabannya tetap sama: "Mohon maaf, tidak bisa datang diluar jadwal".

Sultan Brunei dua tahun berturut-turut yakni 2022 dan 2023 mengundang UAS untuk bisa datang dihajatan beliau yang dibuat disetiap bulan Februari. Lagi-lagi UAS tak bisa memenuhi undangan tersebut. Alasannya sama, karena diluar jadwal yang sudah disusun. 

Begitu juga, saat Perdana Menteri Malaysia, Datuk Sri Anwar Ibrahim ingin mengundang UAS. "Mohon maaf Datuk Sri. Saya tidak datang diluar 4 hari yang sudah dibagi untuk Malaysia."

UAS selalu menyebutkan, kalau datang ke bumi Minangkabau ini, ada rasa nyaman tersendiri dalam diri. Setiap datang disambut dengan pencak silat. UAS selalu melinangkan air mata, terbayang, bagaimana moyangnya dulu, Syekh Abdurrahman di Pagaruyung. Sampai hari ini disetiap tanggal 8 syawal, dibuat raya poncak di Silau, kampungnya Omak UAS.

"Ustadz Abdul Somad bukan tamu undangan, tapi ombak nan suruik ka darek, pulang ka kampuang halaman." Demikian sambutan pak Indra Catri, Bupati Agam, saat pertama sekali UAS menginjakkan kaki ke bumi Minangkabau. Berurai air mata mendengarnya.

Hari ini, entah penyakit apa yang merasukinya, dan itu pun hanya kambuh disaat Pilkada saja, UAS dilarang Ketua MUI Sumbar, Buya Gusrizal untuk datang ke Sumatera Barat. Bahkan beliau memobilisasi MUI Kabupaten/kota di Sumbar untuk menolak kehadiran UAS didaerahnya.

Seperti ke daerah lain di seluruh Indonesia, UAS datang ke Sumatera Barat hanya sekali dalam setahun. Jadwal Safari Dakwah UAS dibuat setahun sebelumnya. UAS tidak pernah memikirkan, ada acara apa, atau hari besar apa di suatu daerah tersebut. Begitu juga ke Sumbar ini. Dan setiap datang, selalu disambut. Bahkan ada yang datang ke Riau untuk meminta jadwal UAS. Dan tidak pernah ada masalah. Nah, kebetulan, jadwal UAS ke Sumbar tahun ini, bertepatan dengan Pilkada. 

UAS salalu sampaikan, bahwa beliau memang tidak boleh terlalu sayang kepada sesuatu, termasuk ke suatu daerah, terutama ke bumi Minangkabau ini. Bahasa lainnya: Ndak buliah talabiah raso ati ka bumi Minangkabau.

Melihat prilaku Ketua MUI Sumbar seperti itu, sepertinya UAS enggan untuk menginjakkan kaki ke bumi Minangkabau. 

Dan saya menjadi saksi, bagaimana nasib orang-orang yang mencoba berbuat tidak baik kepada UAS. Nasib Buya Gusrizal, biar pengadilan Allah yang menentukan. Semua kita akan menjadi saksi dari peristiwa ini.

*Ditulis Oleh: Hendriyanto Sahabat UAS

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »