Ibu-ibu yang tidak salat Idul Fitri ikut berdoa mengikuti khatib salat Id, di Mandalay, Myanmar. Gempa telah merubuhkan sejumlah masjid dan merenggut puluhan nyawa. (Foto Tangkapan Layar) |
Menurut pemerintahan bayangan, Pemerintah Persatuan Nasional, lebih dari 50 masjid di seluruh Myanmar porak poranda akibat gempa.
Gempa terjadi pada Jumat pukul 12.50 waktu setempat saat masjid dipenuhi jemaah untuk melaksanakan Salat Jumat.
Banyak dari mereka yang meninggal karena tertimpa puing masjid. Bencana itu terjadi tiga hari menjelang Lebaran yang biasanya dirayakan dengan suka cita.
Pagi itu, sekitar pukul 8 pagi ratusan jemaah melaksanakan Salat Idul Fitri di jalanan, seberang Masjid Sajjah, Mandalay, yang rubuh. Sekitar 20 orang meninggal di sana.
Hanya pria yang salat Id. Para perempuan berkumpul di bagian belakang areal salat dengan mengenakan pakaian rumahan, seperi daster dan temannya.
Mereka tak kuasa menahan tangis saat khatib memanjatkan doa. Mereka teringat anak dan suami serta kerabat yang wafat beberapa hari menjelang Lebaran.
"Semoga Allah memberikan kita semua keselamatan. Semoga semua saudara-saudara kita terbebas dari bahaya,” ucapan doa sang khatib, seperti dikutip dari AFP, Selasa (1/4/2025).
Menara Masjid Sajja Selatan di lingkungan Muslim Mawyagiwah ambruk akibat gempa pada Jumat lalu, menewaskan 14 anak-anak dan dua orang dewasa.
Empat orang lainnya meninggal di Masjid Sajja Utara yang lokasi tak berjauhan. Menara di masjid itu juga runtuh menimpa jemaah.
Banyak dari korban tewas itu adalah anggota keluarga Win Thiri Aung (26).
“Biasanya, merayakan Idul Fitri penuh dengan kegembiraan, hati kami riang. Tahun ini, tidak seperti itu. Semua pikiran kami tertuju pada anak-anak yang meninggal. Saya melihat wajah mereka di mata saya,” katanya, sambil menangis.
“Ini ujian dari Allah. Ini pengingat dari-Nya bahwa kita perlu menghadap kepada-Nya. Jadi, kita perlu lebih banyak berdoa,” ujarnya.
Aung Myint Hussein, kepala Dewan Kehormatan Masjid Sajja Utara, mengatakan situasi Idul Fitri kali ini sangat menyedihkan sehingga sulit untuk diungkapkan.
“Kami ketakutan saat melihat kehancuran. Rasanya seluruh hidup kami hancur oleh serangkaian gempa dan ketakutan ini," ujarnya.
Selain korban tewas di masjid saat bencana terjadi, beberapa Muslim lainnya meregang nyawa saat sedang beraktivitas.
Enam orang tewas ketika sebuah toko makanan ambruk. Begitu pula dua orang lainnya yang meninggal di sebuah restoran.
Warga lainnya Sandar Aung mengatakan, putraya yang berusia 11 tahun, Htet Myet Aung, meninggal setelah menjalani perawatan di rumah sakit. Dia tertimpa menara masjid saat salat Jumat.
“Saya sangat sedih. Anak saya sangat gembira menyambut Idul Fitri,” kata pria 37 tahun itu sambil menangis, seraya mengenang baju Lebaran yang sudah dibelinya untuk Htet.
Meski demikian dia sudah menerima musibah ini.
“Kami menerima apa yang telah direncanakan Allah,” ujarnya.
Di lokasi lain, seorang penduduk berusia 39 tahun di wilayah Mandalay menggambarkan pemandangan yang mengerikan ketika ia mencoba menyelamatkan seorang pria yang terjebak di bawah puing-puing masjid yang runtuh di desa Sule Kone. Namun dia terpaksa melarikan diri karena gempa susulan yang kuat.
"Saya harus meninggalkannya...saya sudah mencoba dua kali untuk menyelamatkannya," tuturnya, dikutip Reuters.
"Saya mencoba menyelamatkan empat orang dengan tangan saya sendiri. Namun sayangnya, tiga orang sudah meninggal, dan satu orang meninggal dalam pelukan saya."
Korban Tewas 2.719
Korban gempa yang tewas telah mencapai 2.719. Informasi itu dipaparkan Pemimpin Junta Militer Min Aung Hlaing di televisi.
Sebanyak 4.521 orang terluka dan 441 orang masih hilang setelah gempa bumi yang terjadi, Jumat (28/3/2025).
Gempa berkekuatan 7,7 skala Richter ini telah menyebabkan kerusakan parah di Myanmar, dengan banyak bangunan yang hancur dan jalan yang melengkung. Di Thailand, setidaknya 19 orang tewas akibat gempa bumi ini.
Myanmar mengadakan satu menit untuk mengheningkan cipta menghormati korban gempa bumi.
Negara ini juga telah mengumumkan pekan berkabung nasional, dengan bendera yang dikibarkan setengah tiang di gedung-gedung resmi hingga Minggu (6/4/2025).
Pemerintah Myanmar telah meminta bantuan internasional untuk membantu korban gempa bumi. (*)
Sumber: RM.ID
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »