Pemimpin Agung Iran, Ayatollah Ali Khamenei, muncul di hadapan publik pada Sabtu kemarin, menandai penampilan perdana sejak pecahnya perang selama 12 hari antara Iran dan Israel. |
Khamenei hadir dalam sebuah upacara duka menjelang peringatan Asyura, hari suci dalam kalender Islam Syiah.
Saluran televisi pemerintah Iran menayangkan momen saat Khamenei masuk ke dalam masjid yang berdekatan dengan kediaman dan kantornya di Teheran.
Ia terlihat melambaikan tangan dan mengangguk kepada para hadirin yang berdiri menyambutnya sambil meneriakkan slogan dukungan.
Mengutip dari PBS News Hour, Minggu, 6 Juli 2025, tidak ada pernyataan publik yang langsung disampaikan oleh Khamenei dalam kesempatan tersebut.
Sejumlah pejabat tinggi Iran, termasuk Ketua Parlemen, tampak hadir. Acara berlangsung di bawah pengamanan ketat.
Khamenei Bersembunyi Selama Perang
Absennya Khamenei selama konflik dinilai menunjukkan peningkatan pengamanan terhadap dirinya, terutama setelah eskalasi ancaman yang ditujukan padanya.
Selama perang berlangsung, pemimpin berusia 86 tahun itu disebut berada di dalam bunker sebagai tindakan perlindungan.
Ketegangan semakin meningkat ketika Amerika Serikat turut campur dalam konflik dengan membombardir tiga fasilitas nuklir utama Iran.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sempat mengirim peringatan terbuka lewat media sosial, menyatakan bahwa AS mengetahui lokasi keberadaan Khamenei tetapi “belum berniat untuk membunuhnya, setidaknya untuk saat ini.”
Pada 26 Juni, setelah gencatan senjata dimulai, Khamenei menyampaikan pernyataan publik pertamanya dalam beberapa hari melalui video rekaman.
Ia menyebut serangan balasan Iran terhadap pangkalan militer AS di Qatar sebagai “tamparan ke wajah Amerika,” serta memperingatkan agar AS dan Israel tidak melakukan serangan lanjutan ke wilayah Iran.
Trump merespons pernyataan tersebut kepada wartawan dengan komentar tajam: “Anda orang yang sangat dihormati di negara Anda. Tapi Anda harus jujur. Anda dihajar habis-habisan.”
Dampak Perang dan Ketidakpastian Program Nuklir
Pemerintah Iran mengakui lebih dari 900 warganya tewas selama konflik, serta ribuan lainnya terluka.
Iran juga membenarkan adanya kerusakan serius pada fasilitas nuklirnya, dan sejak itu menolak akses bagi para inspektur dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
Presiden Iran pada Rabu lalu memerintahkan penghentian kerja sama dengan IAEA, yang semakin membatasi kemampuan badan tersebut dalam memantau program nuklir Iran.
Program ini sebelumnya diketahui telah memperkaya uranium mendekati tingkat senjata nuklir, yang menjadi alasan utama Israel melancarkan serangan.
Hingga kini, belum jelas seberapa parah kerusakan fasilitas nuklir Iran, apakah Iran sempat memindahkan uranium atau sentrifugalnya sebelum serangan, dan apakah Teheran masih bersedia melanjutkan negosiasi dengan AS terkait program nuklirnya.
Israel dalam serangannya juga menargetkan sistem pertahanan, pejabat militer tinggi, serta ilmuwan nuklir Iran.
Sebagai balasan, Iran meluncurkan lebih dari 550 rudal balistik ke wilayah Israel.
Mayoritas rudal berhasil dicegat, namun serangan itu tetap menewaskan sedikitnya 28 orang dan menyebabkan kerusakan di berbagai area. (*)
Sumber: Metrotvnews.com
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »