Di tengah meningkatnya krisis kemanusiaan di Jalur Gaza yang terkepung, Lembaga Penyiaran Israel (KAN) mengonfirmasi militer Israel telah menghancurkan puluhan ribu paket bantuan. |
Bantuan yang dihancurkan itu termasuk sejumlah besar makanan dan obat-obatan yang ditujukan bagi penduduk Gaza yang kelaparan.
Mengutip sumber-sumber militer Israel, laporan tersebut mengungkapkan lebih dari 1.000 truk bantuan kemanusiaan sengaja dihancurkan.
Sumber yang sama mengakui, "Masih ada ribuan paket bantuan yang tersisa, dan jika tidak diangkut ke Gaza, kami terpaksa menghancurkannya."
Meskipun tekanan internasional yang semakin meningkat untuk memfasilitasi pengiriman bantuan, otoritas Israel mengklaim penghancuran tersebut disebabkan oleh dugaan kegagalan dalam "mekanisme distribusi bantuan" di Gaza.
Langkah ini telah memicu kecaman luas karena terjadi di tengah apa yang disebut oleh para ahli kemanusiaan dan organisasi internasional sebagai kelaparan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Seluruh penduduk Jalur Gaza—lebih dari 2,3 juta orang—telah terdesak ke ambang batas kelangsungan hidup akibat perang, pengepungan, dan kebijakan kelaparan yang disengaja selama lebih dari 21 bulan.
Laporan dari dalam Gaza menggambarkan kenyataan yang semakin suram: orang-orang bertahan hidup hanya dengan pakan ternak, rumput, atau tidak makan apa pun.
Keluarga-keluarga yang mengungsi kini bergantung pada kulit kentang, gulma yang dipungut, atau tepung yang terbuat dari kulit jagung kering, karena akses terhadap bahan pangan pokok hampir terputus.
Di rumah sakit dan tempat penampungan, dokter melaporkan peningkatan kematian akibat malnutrisi, terutama di kalangan anak-anak, lansia, dan mereka yang menderita penyakit kronis.
Menurut Kementerian Kesehatan di Gaza, 122 orang—kebanyakan anak-anak—telah meninggal dunia akibat penyebab yang berkaitan dengan kelaparan.
Statistik terbaru menunjukkan 11,5% anak-anak menderita malnutrisi akut yang parah, angka yang dianggap katastrofik menurut standar kesehatan global.
Kelompok-kelompok bantuan memperingatkan angka-angka tersebut kemungkinan besar meremehkan jumlah korban yang sebenarnya, mengingat runtuhnya sistem layanan kesehatan dan pemantauan di sebagian besar wilayah tersebut.
Perusakan pasokan kemanusiaan bukanlah insiden yang terisolasi, melainkan bagian dari pola hambatan yang lebih luas.
Israel telah mempertahankan blokade ketat di Jalur Gaza selama hampir dua dekade, tetapi kondisinya telah memburuk secara dramatis sejak perang dimulai.
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) internasional dan badan-badan PBB telah berulang kali menuduh pemerintah Israel memblokir atau menunda pengiriman bantuan, terkadang selama berminggu-minggu, sementara puluhan ribu ton makanan, air, dan peralatan medis membusuk di titik-titik penyeberangan.
Tuntutan untuk akuntabilitas semakin keras. Dalam wawancara dengan Al Jazeera pekan ini, Pelapor Khusus PBB untuk Hak atas Pangan, Michael Fakhri, mengecam keras tindakan Israel.
“Kita membutuhkan sanksi sekarang,” tegas dia. “Kecaman saja tidak cukup. Israel menghalangi masuknya bantuan, yang menumpuk di perbatasan di hadapan dunia.”
Fakhri menekankan badan-badan bantuan tidak dapat beroperasi secara bebas dan kelaparan penduduk Gaza harus diakui sebagai bentuk hukuman kolektif—dan mungkin merupakan komponen genosida.
Ia menambahkan tekanan Arab dan internasional yang berkelanjutan sangat penting untuk mematahkan blokade dan memberikan bantuan mendesak. (*)
Sumber: SINDONews
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »