KPK Rilis Film "Sebelum Pagi Terulang Kembali"

BentengSumbar.com --- Mengulang kesuksesan film pendahulunya; Kita Versus Korupsi (KVSK) Jilid I yang membetot 800 ribu perhatian penonton, kini Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali mempersiapkan film pencegahan korupsi, KVSK jilid II yang berjudul Sebelum Pagi Terulang Kembali. Rencananya, film ini akan dirilis pada Maret nanti.

Film ini tetap melanjutkan pesan film pendahulunya, yakni upaya melawan korupsi di negeri ini, sesuai dengan kapasitas kita masing-masing. “Bagaimana kita bisa memulai dari diri sendiri. Bagaimana kita memulai dari hal  yang simpel,” kata Lasja Fauzia Susatyo, sang sutradara melalui Siaran Pers KPK, Jum'at (3/1).

Hanya saja, KVSK jilid II kini dikemas dalam sebuah film panjang dengan balutan darama keluarga. Sehingga karakter, konflik, setting dan alur cerita memiliki kompleksitas tersendiri bila dibandingkan KVSK jilid I yang dipecah dalam empat seri film pendek; Rumah Perkara, Aku Padamu, Selamat Siang, Risa!, dan Pssst…Jangan Bilang Siapa-Siapa.

Sang produser, Abduh Aziz mengaku senang bisa bekerja sama dengan KPK. Pihaknya diizinkan menafsirkan secara bebas pesan-pesan kunci yang diminta, yakni nilai-nilai keluarga, pendidikan karakter dan kejujuran yang universal. “Bagaimana film yang baik; film dengan cerita yang menggugah, karakter yang kuat, ekseskui gambar dan suara editing yang baik dan pesan yang menjadi bahan bagi masyarakat melihat dirinya,” katanya.

Genre drama sendiri dipilih, kata Lasja, sebab genre ini sudah banyak absen dari topik kejujuran. Setiap hari, katanya, genre action muncul di layar kaca. “Kita sudah lihat setiap hari di televisi, bagaimana mereka ditangkapi satu per satu.”

Lasja yang juga menyutradari Aku Padamu, salah satu seri dalam KVSK I, mengaku bersyukur film pencegahan korupsi ini bisa dilanjutkan. Bagi wanita yang juga menyutradarai Cinta dari Wamena (2013) ini, perjuangan dalam melakukan perubahan itu harus dilakukan dengan kontinyu dan tidak cepat puas. “Ketika kita sudah berubah, apa lagi yang harus diubah? Kita semua elemen di negara ini harus bekerja sama secara serius kalau mau menuntaskan korupsi di negeri ini,” kata sutradara wanita kelahiran 10 Oktober 1970.

Meski dengan kemasan yang ringan, namun KPK tetap memperhatikan pesan film yang kuat. Sehingga, diharapkan tidak hanya tersebarnya nilai-nilai antikorupsi di tengah masyarakat, melainkan “Film ini diharapkan mampu membuat gerakan antikorupsi yang lebih luas," ujar Wakil Ketua KPK Adnan Pandu Pradja, beberapa waktu lalu. Adnan menilai, pendekatan lewat film efektif untuk memberi pemahaman akan pentingnya pemberantasan korupsi bagi masyarakat.

Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas juga menambahkan, film ini juga bagian dari terobosan dan evaluasi KPK dalam memberantas korupsi. Dia meyakini, nurani masyarakat akan tersentuh. “Karena makna atau value dari film menggambarkan masih banyak segmen masyarakat yang peka lewat hati nuraninya," tandas Busyro.

Film Sebelum Pagi Terulang Kembali menceritakan tentang sepasang kakak-beradik yang tumbuh dari keluarga sempurna: memiliki orangtua dan karib-keluarga yang baik-baik sebagai potret keluarga ideal. Mendapatkan pendidikan di sekolah dan di rumah  yang baik. Namun timbul persoalan, ketika mereka harus menghadapi dunia nyata, apakah mereka akan tetap memegang nilai-nilai kebaikan seperti sebelumnya?

Bagi Lasja, koruptor tidak harus lahir dari rahim dan lingkungan yang buruk. “Bisa saja dari (lingkungan dan pendidikan) yang baik, bahkan paham mana itu baik dan buruk.” Ketika dibenturkan dengan realitas, barulah seseorang itu akan diuji nilai-nilai yang dimiliki dan dianutnya. Dan, film ini berusaha untuk menyadarkan kita semua soal tabrakan realitas dan idealitas itu.

Memang tak bisa dinafikan. Realitas yang terjadi, nilai-nilai masayarakat seolah-olah tengah mengalami pergeseran. Seseorang dikatakan sukses dalam pendidikan, bila memiliki indeks prestasi yang tinggi. Atau sukses dalam karir, bila ia punya gaji besar dan harta yang banyak. Semua diukur serbamateri. Nah, film ini kemudian menggugat nilai-nilai itu. “Apakah nilai yang ditanamkan keluarga sudah sama dengan yang ditanamkan oleh negara?”

Sastha Sunu, sang editor juga mengamini bahwa film ini seolah memotret lebih jernih kebanyakan keluarga Indonesia, dimana nilai-nilai kehidupan yang dianut tengah mengalami perubahan. “Ada godaan yang begitu kuat. Orang dinilai dari materi, orang sukses dari apa yang dia punya. Dan itu menggerus nilai-nilai.”

Keterlibatannya dalam penyuntingan film ini, Sastha mengaku merasa tertantang menerimanya. Meski ia lebih banyak menyunting film anak muda yang penuh percintaan namun ia berharap mendapat sesuatu dari film ini. “Sekarang, saya ingin yang lebih sederhana, tapi lebih mendalam.”

Ada hal yang mendasar yang hendak disasar film ini. Yakni, gugatan terhadap nilai luhur yang dibenamkan institusi pendidikan dan keluarga pada diri seseorang. Kesadaran penonton akan dibangunkan bahwa selalu ada dinamika dalam sebuah keluarga. Tidak semuanya melulu hitam atau putih yang mutlak. Ada anak yang baik, ada pula yang kurang baik. Ada yang sukses, ada juga yang kurang sukses. Tapi benang merah dinamika keluarga itu, kata Abduh Aziz, selalu ada cinta, ada sayang, ada tekanan tertentu, tetapi ada pula sikap saling menjaga.

“Film ini akan mengajak penonton melihat wajah kita sehari-hari di rumah,” pungkasnya. (Fit)

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »