PENANTIAN warga kota, kapan pemilu kada (pemilihan umum kepala daerah)
putaran kedua agaknya terjawab sudah. Putaran kedua itu rencananya akan
digelar pada tanggal 5 Maret 2014.
Tak usah kita persoalkan lagi
Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang tak kunjung menggelar pilkada putaran
kedua itu. Tak hanya persoalan teknis yang menjadi kendala, tetapi juga
persoalan anggaran yang tak kunjung ada titik temunya.
Sekarang
mari kita melihat ke depan. Tanggal 5 Maret 2014 merupakan penentuan.
Warga kota ini akan menentukan pilihannya, siapa yang akan memimpin
Ranah Bingkuang 5 tahun ke depan.
Kembali ke judul yang mungkin cukup pribadi bagi penulis. Sebagai mantan Ketua Bidang Kajian Strategis Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Komisariat IAIN Imam Bonjol Padang, sosok Ustad Mahyeldi tak asing lagi bagi penulis.
Dia
adalah aktivis dakwah kampus. Hari-harinya dihabiskan untuk membina
generasi muda tentang keislaman. Setidaknya pemuda Islam yang
dicita-citakan Ikhawanul Muslimin.
Perkenalan penulis dengan sang
Ustad diawali ketika temu ramah yang diadakan KAMMI Komisariat IAIN
Imam Bonjol dengan H. Irwan Prayitno, bertempat di Fakultas Syariah. Dia
dan Bustami (kini anggota DPRD Kabupaten Padang Pariaman dari PKS)
mendampingi H. Irwan Prayitno pada acara tersebut.
Awal perkenalan
tentulah tidak terlalu mendalam. Hanya sekilas dan mungkin tanpa makna,
karena yang banyak berbicara dan menjawab pertanyaan mahasiswa yang
hadir adalah H. Irwan Prayitno, yang sekarang menjabat Gubernur Sumatera
Barat itu.
Sejak itu praktis kami tidak pernah bertemu lagi.
Apatah lagi, penulis tak terlibat politik praktis di PKS. Sebab haluan
politik yang penulis ambil saat itu adalah partai beringin. Hanya satu
kali penulis mengundang sang Ustad untuk memberikan materi pada seminar
yang penulis adakan di IAIN. Waktu itu sang Ustad sudah menjabat Wakil
Ketua DPRD Sumbar dan Ketua DPW PKS Sumbar.
Pada periode kedua
jabatan Fauzi Bahar sebagai Walikota Padang, baru perkenalan itu
terulang kembali. Itu pun dikarenakan profesi penulis sebagai jurnalis.
Sampai sekarang hubungan baik antara kami tetap terjaga.
Ada
cerita yang cukup menarik. Diantara Anak Nagari Pauh IX, Kuranji, yang
mendorong Emzalmi maju sebagai Wakil Walikota adalah penulis. Saat itu
belum ada jawaban pasti dari da Em, demikian penulis menyapa mantan
Sekdako Padang tersebut. Waktu itu penulis katakan kepada da Em, jika
jadi maju, maka pasangannya harus Mahyeldi. Kalau tidak, bagus tak usah
maju, buang-buang duit saja.
Alhamdulillah, akhirnya Emzalmi jadi
berpasangan dengan Mahyeldi, sang Ustad yang gigih berjuang dan membina
generasi muda Islam dari kampus ke kampus tersebut.
Kenapa
penulis mendorong da Em berpasangan dengan Mahyeldi? Bukan hanya
pertimbangan kalah atau menang. Tetapi kota ini butuh sosok pemimpin
yang menyejukan dan mengerti birokrasi, karena persoalan terparah kota
ini, tak hanya persoalan pasar, terminal, tetapi persoalan penataan
birokrasi.
Siapa mengerjakan apa? Layak dan patutnya seseorang
menjabat jabatan tertentu, yang penulis rasa perlu pembenahan total. Dan
dari calon yang ada, mungkin da Emzalmi adalah yang paling patut dan
layak melakukan pembenahan itu.
Harapan penulis memang tertumpu
kepada pasangan ini. Sebab dari karakter keduanya, Insya Allah akan
kompak memimpin kota ini 5 tahun ke depan, tanpa saling cemburu dan
'gasak' harta karun kota ini. Insya Allah. Wallahu'alam bishahawab
Ditulis Oleh :
Zamri Yahya, SHI
Sekretaris Umum Komunitas Insan Pers Sumatera Barat
Zamri Yahya, SHI
Sekretaris Umum Komunitas Insan Pers Sumatera Barat
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »