![]() |
Krisis Ukraina: Situasi Krimea Mencekam |
BentengSumbar.com --- Draf resolusi resolusi yang mengecam referendum Crimea di Dewan Keamanan PBB, Republik Rakyat China (RRC) memilih sikap abstain. Sementara itu, Rusia, koco erat China menggunakan hak vetonya, Sabtu (15/4).
Draf resolusi itu, yang menyatakan bahwa referendum Crimea yang digelar Minggu (16/3), tidak sah, didukung 13 dari 15 negara anggota. Namun, resolusi itu dinyatakan gagal setelah Rusia, sebagai anggota tetap DK PBB, menggunakan hak vetonya.
“Rusia terisolasi, sendirian, dan salah, memblokir jalan resolusi,” kata Dubes AS untuk PBB, Samantha Power kepada sidang DK PBB yang menggelar sesi darurat ketujuh terkait krisis Ukraina.
“Saat kita berbicara sekarang ini, angkatan bersenjata Rusia menerobos perbatasan timur Ukraina,” tambah Samantha.
Sementara itu, para diplomat Barat menilai posisi abstain adalah cara terbaik yang dimiliki China untuk masalah Ukraina ini. Dubes China untuk PBB, Liu Jieyi mengatakan menerbitkan resolusi terkait Ukraina di saat ini hanya akan menghasilkan konfrontasi dan semakin memperumit situasi.
“China selalu bersikap adil dan obyektif. Kami akan melanjutkan mediasi dan mendorong dialog selain memainkan peran konstruktif dalam mencari solusi politik krisis ini,” ujar Jieyi.
Dia juga menyerukan sebuah mekanisme internasional yang terkordinasi untuk mencari solusi politik sesegera mungkin. China menyerukan semua pihak untuk menahan diri agar tidak meningkatkan ketegangan dan meminta institusi keuangan internasional membantu Ukraina untuk menstabilkan perekonomiannya.
Sidang darurat DK PBB pada Sabtu ini merupakan permintaan Washington dan draf resolusi itu dirancang AS sedemikian rupa agar Beijing bisa menerimanya.
Sejak lama Beijing berpendapat perlunya penghormatan terhadap integritas teritorial dan tidak ikut campur dalam urusan dalam negeri negara lain. Posisi abstain juga menjadi pilihan China saat DK PBB berencana menerbitkan resolusi serupa terhadap krisis antara Rusia dan Georgia pada 2008. (Malin/LiputanIslam.com)
Draf resolusi itu, yang menyatakan bahwa referendum Crimea yang digelar Minggu (16/3), tidak sah, didukung 13 dari 15 negara anggota. Namun, resolusi itu dinyatakan gagal setelah Rusia, sebagai anggota tetap DK PBB, menggunakan hak vetonya.
“Rusia terisolasi, sendirian, dan salah, memblokir jalan resolusi,” kata Dubes AS untuk PBB, Samantha Power kepada sidang DK PBB yang menggelar sesi darurat ketujuh terkait krisis Ukraina.
“Saat kita berbicara sekarang ini, angkatan bersenjata Rusia menerobos perbatasan timur Ukraina,” tambah Samantha.
Sementara itu, para diplomat Barat menilai posisi abstain adalah cara terbaik yang dimiliki China untuk masalah Ukraina ini. Dubes China untuk PBB, Liu Jieyi mengatakan menerbitkan resolusi terkait Ukraina di saat ini hanya akan menghasilkan konfrontasi dan semakin memperumit situasi.
“China selalu bersikap adil dan obyektif. Kami akan melanjutkan mediasi dan mendorong dialog selain memainkan peran konstruktif dalam mencari solusi politik krisis ini,” ujar Jieyi.
Dia juga menyerukan sebuah mekanisme internasional yang terkordinasi untuk mencari solusi politik sesegera mungkin. China menyerukan semua pihak untuk menahan diri agar tidak meningkatkan ketegangan dan meminta institusi keuangan internasional membantu Ukraina untuk menstabilkan perekonomiannya.
Sidang darurat DK PBB pada Sabtu ini merupakan permintaan Washington dan draf resolusi itu dirancang AS sedemikian rupa agar Beijing bisa menerimanya.
Sejak lama Beijing berpendapat perlunya penghormatan terhadap integritas teritorial dan tidak ikut campur dalam urusan dalam negeri negara lain. Posisi abstain juga menjadi pilihan China saat DK PBB berencana menerbitkan resolusi serupa terhadap krisis antara Rusia dan Georgia pada 2008. (Malin/LiputanIslam.com)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »