BentengSumbar.com --- Peternak ungas petelur dan peternak ayam potong megadukan nasibnya kepada Wakil Gubernur Sumatera Barat Muslim Kasim yang akrab disapa MK, Jum'at siang (11/4).
Mereka mengeluhkan tingginya pakan ternak yang dikuasai perusahaan besar yang dalam setahun terakhir naik 100 persen karena jagung dipakai oleh perusahaan besar sangat tinggi, sehinga jagung harganya naik 4 ribu rupiah perkilogram dalam 2 tahun terrahir. Padahal jagung merupakan kebutuhan dasar untuk pakan ternak sehingga para pertenak mengeluh.
Muslim Kasim mengatakan, lebih kurang produksi ayam petelur 6 sampai 8 juta ekor yang menghasilkan telur sampai 6 juta sampai 8 juta telor. Sekarang dengan harga jual yang sangat rendah ini karena pakan di pasok oleh perusahaan perusahaan besar akhirnya harga telur di Sumatera Barat terancam.
Akibatnya peternak menderita kerugian 20 sampai 50 butir perhari, kalau produksi 4 juta sampai 6 juta perhari berarti 600 juta perhari kerugian peternak. Kalau tidak diatasi dan tidak turun tangan pemerintah, terutama Kementrian perdanggangan, Kementerian Peternakan dan Kementerian Pertanian serta bulog, apa yang diperoleh selama ini, Sumbar akan hancur dari perkembangan dunia peternakan.
Penyebabnya, pakan dikuasi oleh perusahaan besar, harga jangung naik, konsentrat naik. Dulu harganya 800 ribu sekarang saja sudah naik 950 ribu perkilo. Kondisi ini tidak bisa ditangani oleh pemerintah daerah sendiri, tetapi harus menghadap Kementerian Perdanggangan, Kabulog dan Kementerian Pertanian.
Sangat disayangkan, ungkap Muslim Kasim lagi, UU No. 18 tahun 2009 tentang peternakan dimana memberikan izin kepada perusahaan-perusahaan besar sejak dari hulu sampai kehilir mulai dari mendidrikan pabrik mengimpor jagung sendiri, memproduksi pakan sendiri ini liberalisasi terlalu luar biasa sekali. Jadi jauh dari semangat membela kepentingan rakyat.
Perlu perhatian pemerintah pusat agar para peternak tidak bangkrut. Hal ini tak hanya dialami peternak unggas di Sumbar, tetapi juga di tempat lain. Padahal, disisi lain Sumatera Barat berusaha meningkatkan produksi jagung tapi juga diatur tingkat harganya sehingga harus seimbang dengan harga dasar ini.
"Harapan kita, pada masa paceklik ini, perusahaan-perusahaan besar harus mengunakan stoknya, pada stoknya banyak ia jangan menjual terlau tinggi ini. Kita harus melindungi petani. Disamping kita mendorong masyarakat untuk menkonsumsi telur, orang kita baru menkonsumi telur rata 87 butir per tahun, sedangkan Malaysia 340 butir pertahun ini rata-rata 2 butir pertahun," ujarnya.
Dengan adanya monopoli perusahaan perusahaan besar, wagub juga mengunjurkan ditunda dulu izin pendirin perusahaan pakan yang berskala besar, yang tidak mementingkan rakyat banyak. Jadi Tim ini mengajak wagub untuk menghadap menteri pertanian, peternakan dan kabulog menyampaikan persoalan ini.
"Peternak ungas di Sumatera Barat tidak lagi memberi jangung dalam satu hari untuk peliharaannya ini sangat memprihatinkan sekali. Jadi produksi itu sudah jatuh sekali misal produkoksi 75 sampai 85 sekarang ini sudah jatuh 45 sampai 50 persen," kata Akmal, Ketua Asosiasi Peternak Ayam Petelur.
Faktor penyebabnya adalah kenaikan pakan ternak. Harga pakan itu dinaikan beberapa kali oleh pabrik. Memang pabrik ada keluhannya karena susuhnya bahan baku, tapi ia punya stok untuk jangka panjang. Kalau ada sedikit saja kepentingan pabrik terhadap rakyat itu masih bisa di tahan, ujarnya. (Jon)
Muslim Kasim mengatakan, lebih kurang produksi ayam petelur 6 sampai 8 juta ekor yang menghasilkan telur sampai 6 juta sampai 8 juta telor. Sekarang dengan harga jual yang sangat rendah ini karena pakan di pasok oleh perusahaan perusahaan besar akhirnya harga telur di Sumatera Barat terancam.
Akibatnya peternak menderita kerugian 20 sampai 50 butir perhari, kalau produksi 4 juta sampai 6 juta perhari berarti 600 juta perhari kerugian peternak. Kalau tidak diatasi dan tidak turun tangan pemerintah, terutama Kementrian perdanggangan, Kementerian Peternakan dan Kementerian Pertanian serta bulog, apa yang diperoleh selama ini, Sumbar akan hancur dari perkembangan dunia peternakan.
Penyebabnya, pakan dikuasi oleh perusahaan besar, harga jangung naik, konsentrat naik. Dulu harganya 800 ribu sekarang saja sudah naik 950 ribu perkilo. Kondisi ini tidak bisa ditangani oleh pemerintah daerah sendiri, tetapi harus menghadap Kementerian Perdanggangan, Kabulog dan Kementerian Pertanian.
Sangat disayangkan, ungkap Muslim Kasim lagi, UU No. 18 tahun 2009 tentang peternakan dimana memberikan izin kepada perusahaan-perusahaan besar sejak dari hulu sampai kehilir mulai dari mendidrikan pabrik mengimpor jagung sendiri, memproduksi pakan sendiri ini liberalisasi terlalu luar biasa sekali. Jadi jauh dari semangat membela kepentingan rakyat.
Perlu perhatian pemerintah pusat agar para peternak tidak bangkrut. Hal ini tak hanya dialami peternak unggas di Sumbar, tetapi juga di tempat lain. Padahal, disisi lain Sumatera Barat berusaha meningkatkan produksi jagung tapi juga diatur tingkat harganya sehingga harus seimbang dengan harga dasar ini.
"Harapan kita, pada masa paceklik ini, perusahaan-perusahaan besar harus mengunakan stoknya, pada stoknya banyak ia jangan menjual terlau tinggi ini. Kita harus melindungi petani. Disamping kita mendorong masyarakat untuk menkonsumsi telur, orang kita baru menkonsumi telur rata 87 butir per tahun, sedangkan Malaysia 340 butir pertahun ini rata-rata 2 butir pertahun," ujarnya.
Dengan adanya monopoli perusahaan perusahaan besar, wagub juga mengunjurkan ditunda dulu izin pendirin perusahaan pakan yang berskala besar, yang tidak mementingkan rakyat banyak. Jadi Tim ini mengajak wagub untuk menghadap menteri pertanian, peternakan dan kabulog menyampaikan persoalan ini.
"Peternak ungas di Sumatera Barat tidak lagi memberi jangung dalam satu hari untuk peliharaannya ini sangat memprihatinkan sekali. Jadi produksi itu sudah jatuh sekali misal produkoksi 75 sampai 85 sekarang ini sudah jatuh 45 sampai 50 persen," kata Akmal, Ketua Asosiasi Peternak Ayam Petelur.
Faktor penyebabnya adalah kenaikan pakan ternak. Harga pakan itu dinaikan beberapa kali oleh pabrik. Memang pabrik ada keluhannya karena susuhnya bahan baku, tapi ia punya stok untuk jangka panjang. Kalau ada sedikit saja kepentingan pabrik terhadap rakyat itu masih bisa di tahan, ujarnya. (Jon)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »