Jet Pribadi The Candidate

SAYA senyum-senyum sendiri membaca sebuah status yang mempermasalahkan sewa jet pribadi Jokowi - JK selama pilpres ini dengan mengambil berita dari salah satu media.

Hantaman itu mencoba membandingkan dengan saat Jokowi ke KPU naik bajaj dan saat menemui masyarakat dengan naik becak.

Saya tidak habis pikir, bagaimana caranya seseorang bisa berada di sekian tempat sekaligus tanpa menggunakan jet prribadi ? Apalagi ini masa kampanye Pilpres, masa paling penting untuk menemui para pemilih di sudut-sudut daerah baik di kota maupun di pelosok sana. Adakah alternatif yang paling cepat selain itu ?

Jangan dibandingkan dengan saat Jokowi naik bajaj atau becak, itu berbeda. Bajaj dan becak itu transportasi lokal, sedangkan jet pribadi itu transportasi antar pulau.

Jadi menyinggung transportasi paling efektif saat situasi membutuhkan, dengan asumsi bahwa itu pamer kekayaan, sama sekali tidak logis. Coba saja yang buat status, apa mau saat ada keluarga yg kena musibah di ujung pulau Sumatera trus dia naik kapal laut dari Jawa ? Tidak logis kan ?

Lihat urgensinya. Itu baru logis dan adil.

Kemudian dengan semangat membaja, ia menghantam lagi dengan menghitung pengeluaran sewa jet pribadi itu sehari Rp1,7 miliar x 60 hari masa kampanye sebesar Rp106 miliar. Ditutup dengan pertanyaan "darimana datangnya jika harta Jokowi cuma Rp 27 miliar ?"

Ini kan lebih tidak logis lagi dan lucu.

Disini yang keluarin duit bukan cuma Jokowi. Kan ada PDI-P. Kan ada partai pendukung. Ada JK. Karena itulah dibuka rekening tabungan bersama untuk menjaring dana partisipasi masyarakat.

Lucu kan, dana kampanye kok diperhitungkan dengan ukuran uang Jokowi pribadi.

Saya bukan ingin menghantam yang membuat status, apalagi mencoba membandingkannya dengan berapa yang dikeluarkan Prabowo dengan jet pribadi sebagai kendaraan sehari-hari, bukan hanya saat pilpres.

Saya ingin mengajak berfikir, ketika anda tidak menyukai sesuatu, janganlah menjadi tidak adil. Naikkan keunggulan pilihan anda, tanpa harus menuding pilihan orang lain. Seseorang yg dulu terlihat pintar, bisa menjadi sangat bodoh ketika ia menjadi tidak adil. Jadi mengada-ngada.

Mendingan minum kopi biar cerah ceria pikirannya dan mulai bertanya, apa yang salah dari saya.. Itu jauh lebih baik daripada menuding, dia yang salah !

By: Denny Siregar

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »